Boys Don’t Cry?

Home Articles Boys Don’t Cry?
Share the knowledge!

“Laki-laki itu ga boleh nangis.”

“Menangis itu haram buat seorang Pria Sejati!”

Anda pasti sering mendengar kalimat-kalimat semacam itu bukan? Bahkan dari usia dini, berbagai kalimat larangan menangis sudah ditanamkan di benak pria-pria muda agar menjadi sosok manusia yang bermental kuat dan pemberani. Visinya jelas, sekali lagi, menjadi manusia yang bermental kuat dan pemberani. Tapi coba lihat kenyataannya, apakah sesuai yang diharapkan? Apakah para pria di zaman ini bermental kuat dan pemberani? Mungkin ada, tapi apakah banyak yang berhasil menjadi yang diharapkan? Lebih banyak pria yang sensitif dan bermental lemah atau pria yang bermental kuat dan jantan?

Bila Anda menjawab semua pertanyaan tadi sesuai dengan realita yang terjadi, Anda pasti berfikir bahwa ini ironis, padahal semua pria digembleng dengan mantra pertahanan terhadap air mata yang sama.

Tahukah Anda, statistik dunia yang dilakukan oleh World’s Health Organization (WHO) menunjukan perbedaan yang sangat fantastis antara pria dan wanita yang melakukan bunuh diri. Pria 4 kali lebih banyak. Negara manapun, kota manapun, pria adalah makhluk yang malah paling rentan untuk mengakhiri hidupnya. Fakta ini menjadikan entitas pria semakin kontradiktif. Pria yang notabene paling sering dijejali dengan larangan-larangan untuk berlaku lemah (salah satunya menangis), malah menjadi yang paling bermental lemah.

Ini jelas terjadi karena sempitnya wawasan pria terhadap kepriaan itu sendiri. Menangis didefinisikan menjadi sebuah perbuatan yang lemah, betina, memalukan, dan tidak manusiawi bila dilakukan oleh pria, sehingga haram adanya untuk dilakukan. Jadi, seorang pria itu tidak boleh menangis, alasannya? Ya karena tidak boleh dan karena memalukan.

Mispersepsi yang diperparah dengan nihilnya alasan logis inilah yang menyebabkan para pria tumbuh menjadi makhluk yang punya tanggul air mata yang terlihat kuat, padahal sebenarnya rapuh seperti kertas.

Faktor kedua, mispersepsi terhadap air mata tadi sudah begitu populer, menciptakan perbedaan yang signifikan pada pendidikan internal pria dan wanita dari mereka kecil.

Saat gadis kecil menangis, dunia begitu memperhatikannya dan memandangnya dengan wajar. Orangtuanya atau bahkan teman-temannya menghampiri, memberikan dukungan dan konsolidasi. Berbeda saat pria kecil menangis, dunia memandangnya dengan sebelah mata. Orangtuanya atau teman-temannya cenderung memberikan umpan balik yang negatif, seperti cemooh, hinaan, teguran, bahkan tidak diperhatikan samasekali. Buruknya umpan balik ini menjadikan para pria hanya belajar MENAHAN dan MENGHINDARI air mata, bukan MENGELOLANYA.

Sebagian besar pria hanya tahu bahwa menangis itu tidak boleh, tanpa tahu alasannya atau bahkan tanpa tahu bahwa menangis itu punya efek fisik dan psikis yang sangat baik. Efek buruk dari minimnya pemahaman ini akan begitu terasa seiring pertambahan umur si pria. Ia akan cenderung terus menahan gejolak perasaan dan perubahan hormonnya, tak berdaya untuk memitigasi kesedihannya, merasa harus menampungnya sendiri, dan berujung pada bencana psikis yang melahirhan sebuah keputusan sepihak untuk mengakhiri hidupnya.

Jadi, apakah menangis itu penting? PENTING. Bendungan yang kuat harus disertai dengan pengelolaan air dan distribusi yang juga tersistem dengan baik agar tidak jebol. Manusia butuh menangis untuk mendistribusikan dan memitigasi arus emosi dan hormon dengan rutin, agar volume arus tetap terkendali. Salah satunya, dengan cara menangis.

Jadi, apakah pria diperbolehkan untuk menangis? BOLEH, tapi tetap ada aturannya. Mispersepsi air mata yang disebutkan diatas itu sudah terlanjur ditanam dari zaman peradaban awal, dan tumbuh mengakar di zaman perang, tidak bisa ditebang begitu saja di zaman ini. Saya bisa memberikan trik agar tidak terlihat lemah saat menangis, agar tetap terlihat dewasa, jantan, dan wibawa utuh terjaga;

1.  JANGAN menangis untuk menarik simpati dan perhatian publik!

Alasannya: Tidak akan ada yang peduli dan Anda kembali mendapat umpan balik yang negatif.

Solusinya: menangislah di tempat-tempat yang disediakan khusus untuk pria: Kamar pribadi, Sisi kiri/kanan teman (Bro) terdekat Anda, dan di semua ruangan yang TERTUTUP atau jauh dari keramaian.

2. JANGAN histeris dan merengek!

Alasannya: Terlihat sangat menjijikan.

Solusinya: Menangislah dengan dewasa, tanpa melibatkan tangan/kaki dan barang-barang disekitar Anda, minimalisir drama. Ingat, Anda menangis untuk melepas beban, bukan untuk casting sinetron.

3. JANGAN terlalu sering menangis!

Alasannya: Diperbolehkan bukan berarti diharuskan. Terlalu sering menangis membuat air matamu menjadi murahan, dan membuat kamu menjadi kekanakan atau manja atau keduanya.

Solusinya: Selagi masalah tersebut bisa diatasi sendiri, tidak perlu melibatkan air mata apalagi orang lain. Anda tidaklah selemah itu sampai harus menangisi semua masalah.

4. JANGAN berlarut-larut!

Alasannya, Anda sendiri pasti tidak suka dengan orang lain yang terus-menerus larut dalam kesedihan, apalagi terus menerus meminta bantuan tapi tidak mau membantu dirinya sendiri.

Solusinya, Hargai saran teman Anda yang membantu Anda. Proseslah saran tersebut dengan kemauan Anda untuk bangkit dari kesedihan. Bila Anda selalu bisa bangkit, teman Anda akan merasa berjasa dan melihat air mata Anda hanyalah sebagai hal yang manusiawi.

Mudah bukan? Trik-trik diatas mampu membuat Anda sehat lahir dan batin sebagai manusia namun tetap berwibawa dan jantan seperti Pria Sejati.

BOYS DO CRY, BUT CRY LIKE A MAN.

Share the knowledge!