Jodoh Berdasarkan Zodiak? (1)

Home Articles Jodoh Berdasarkan Zodiak? (1)
Share the knowledge!

Lebih dari 2300 tahun lalu, penduduk Babilonia meyakini bahwa bintang-bintang dan benda langit lainnya bisa mengendalikan nasib manusia. Keyakinan itu muncul karena mereka percaya bahwa para dewa tinggal di antara bintang. Munculah ilmu astrologi karenanya.

sparkling-constellations-above-the-earthSaat ini, kebanyakan orang mengandalkan zodiak untuk menyiapkan diri dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi atau sekedar menyusun strategi. Kehidupan sehari-hari sampai masalah jodoh jadi topik ramalan zodiak favorit. Kamu juga diam-diam masih melakukannya. Alasannya hanya membaca sedikit sebagai hiburan saja tapi nyatanya diam-diam kepikiran juga kan?

Ilmiah karena Berhubungan dengan Rasi Bintang (?)

Definisi zodiak secara ilmiah adalah sebuah siklus tahunan dari 12 wilayah sepanjang lingkaran ekliptik (pola lintasan perubahan posisi matahari di angkasa) yang terbentuk karena dibagi oleh gugus-gugus bintang menjadi 12 area dengan ukuran busur yang sama. Tidak ada definisi yang menyinggung soal nasib atau ramalan.

Fungsi utama zodiak adalah menunjukan posisi matahari di angkasa. Namun, sayangnya zodiak dimanfaatkan untuk meramal nasib hanya karena itu menarik.

Jika zodiak diibaratkan sebagai pensil, kita memahami fungsi utama pensil adalah untuk menulis bukan? Namun, pensil bisa saja digunakan untuk tusuk konde rambutmu atau alat peraga sulap agar menciptakan pertunjukan yang menarik.

Zodiak seperti seni untuk mengolah objek menjadi sesuatu yang menarik karena dianggap bisa meramal nasib. Terbiasa dengan itu, kamu jadi melupakan fungsi utama dari zodiak.

Astrologi dan Validasi Subjektif Forer

Bertram R. Forer seorang psikolog Amerika membuktikan bahwa astrologi tidaklah berhubungan dengan nasib namun mecinptakan sugesti kepada pembacanya.

Forer melakukan tes kepribadian kepada mahasiswanya untuk memberikan penilaian individu. Sebelumnya ia memberikan analisis penilaian yang sama persis disalin dari kolom surat kabar astrologi kepada semua mahasiswanya.

Mahasiswa diminta memberikan angka evaluasi penilaian itu dari skala nol sampai lima. Lima adalah skala paling akurat. Hasil evaluasi menunjukan rata-rata di skala 4,26. Penelitian ini diulang ratusan kali sejak tahun 1948 dan rata-ratanya tetapnya adalah 4,2.

Forer menunjukan bahwa orang cenderung menjadikan deskripsi umum sebagai pilihan yang benar. Itu disebut sebagai ‘validasi subjektif’. Kamu jadi mengaitkan hal-hal yang tidak berkaitan karena keyakinan subjektif bahwa itu saling berkaitan.

Artinya, kamu sendiri yang mengaitkan persepsi sendiri dengan isi zodiak.

Ramalan Populer Vs Selective Bias

‘Kamu berzodiak Aries adalah orang yang perhatian, mandiri dan pencemburu sehingga Leo yang hangat, penyayang dan perhatian adalah jodoh terbaik untukmu’. Kalimat seperti itu mengandung persepsi berupa sifat-sifat manusia yang sangat umum dan samar. Sehingga bisa berlaku untuk siapa saja. Ini disebut sebagai “Barnum Statement”. Zodiak memanfaatkan Barnum Statement sebagai bumbu agar tampak lebih gurih di mata pembacanya.

Efek Barnum adalah efek saat kamu merasa berbeda dengan orang lain padahal sebenarnya sama. Kamu merasa berbeda karena efek barnum dimunculkan dengan menyajikan hal positif dan negatif tentang kepribadianmu. Orang tidak akan percaya pada statement positif seutuhnya. Kamu harus diberikan sisi negatif juga agar statement itu terasa seimbang dan bisa dipercaya.

Pembaca merasa senang saat menemukan hal yang cocok dengan kepribadiannya (Ramalan hits)  dan otomatis tidak peduli dengan statement yang tidak cocok dengannya (selective bias). Itulah yang membuat ramalan seolah selalu benar di mata pembaca.

Share the knowledge!