Cinta atau Obsesi?

Home Articles Cinta atau Obsesi?
Share the knowledge!

Sudah hampir dua tahun ini Wina berharap bisa balikan lagi sama mantannya yang sampai detik ini ia cintai. Sosok Bisma memang tak pernah bisa hilang dari otak dan juga hatinya. Hampir setiap hari Wina mengawasi Bisma melalui social media. Mengintip apa saja ativitas yang dia lakukan. Wina tahu kalau Bisma masih saja makan ramen, Bisma masih suka travelling, Bisma masih suka memakai baju hitam dan sebuah boots. Bahkan, Wina juga selalu mengikuti perkembangan kisah cinta Bisma yang sudah berganti pacar hingga tiga kalisejak mereka berpisah. Wina juga tahu jika dua bulan yang lalu, Bisma putus sama wanita yang merupakan teman SD-nya dulu. Semua yang dilakukan Bisma, Wina selalu tahu. Maklum, hubungan mereka memang cukup lama: 4 tahun dengan dua kali putus-sambung. Dan selama dua tahun itulah sosok Bisma selalu ada. Wina memang sudah mencoba untuk dekat dengan pria lain, tetapi hasilnya selalu sama: hanya ada Bisma di hatinya.

Kisah Wina mungkin dialami oleh beberapa wanita yang sulit sekali berdamai dengan masa lalu. Bahkan terkadang saking cintanya dengan seseorang, kita hingga lupa dan sulit membedakan: apakah kamu benar-benar jatuh cinta atau hanya terobsesi. Seperti Dinda yang baru berkomitmen dengan Ronald yang merupakan gebetan lamanya. Dinda senang bak menemukan harta karun karena bisa dekat dengan Ronald yang sudah ia tunggu hampir 3 tahun sejak SMA. Hingga akhirnya Dinda tak tahu apakah itu cinta atau hanya sebuah obsesi yang justru bisa menghancurkan hubungan barunya bersama Ronald.

Tiga point di bawah menjadi pertanda dan jawaban apakah selama ini kamu benar-benar mencintainya atau hanya sebuah obsesi.

Bisa Membatalkan Janji Hanya untuk Dia

Anggaplah kamu sudah memiliki janji dengan teman wanitamu atau sekadar hang out dengan rekan kerja dan kolega. Namun, saat akan berangkat, pasangan kamu (atau mungkin mantan dan gebetan) menelepon untuk ngajak kamu bertemu. Atau suatu hari pekerjaan kamu sangat menumpuk, dan pasangan minta ditemani untuk beli sebuah kemeja. Jika kamu merasa dia prioritasmu, tentu kamu akan membatalkan janji dengan teman, kolega, atau meninggalkan tanggung jawabmu hanya untuk bertemu dia. Kamu tahu kalau kamu menolak, si dia akan kecewa dan kamu tentu nggak akan membuatnya kecewa. Dekat kata lain hidupmu hanya untuk membuatnya senang. Kalau begini, suatu saat nanti kamu akan sadar dan menyesali keputusan kamu selalu ada untuknya, sedangkan dia tak memiliki waktu untuk kamu.

Kehilangan Waktu Mengerjakan Hal yang Kamu Cintai

Sebelum komitmen atau kenal dengan si pria, kamu bebas melakukan apa pun. Kamu sudah travelling, suka aktivitas ekstrem, suka pakai heels, suka pakai mini dress saat hang out sama teman-teman. Namun, mendadak hal itu berubah saat kamu berkomitmen dengannya. Dia mulai mengatur kamu memakai mini dress karena dia insecure kamu akan dilirik pria lain. Kamu mulai dilarang travelling karena dia nggak bisa menemani. Namun, hal-hal itu kamu anggap wajar dan bukti cinta dan peduli dia sehingga kamu nggak masalah saat kehilangan waktu mengerjakan hal-hal yang kamu sukai. Yang kamu lakukan hanya menunggu pesan teks darinya, teleponnya, dan ajakan main si dia. Padahal dia belum tentu melakukan hal serupa seperti yang kamu lakukan.

Melupakan Teman

Beberapa dari mereka lambat laun mulai menjauh dari teman-teman yang menemani mereka selama ini. Sudah takada waktu untuk sekadar bertemu atau lupa mencari kabar tentang mereka. Jika kamu sudah terobsesi dengan pasangan kamu, hal ini sering kali terjadi. Nggak segan kamu mulai menghilang dari mereka. Waktumu hanya untuk pasangan meskipun selama ini minimal dua minggu sekali bertemu dengan sahabat-sahabat.

Nah, jika ketiganya kamu alami, kini kamu tahukan jawabannya? Cinta atau hanya obsesi?

Share the knowledge!