Arti Pacaran: Saat AKU Mati dan KITA Terlahir

Home Articles Arti Pacaran: Saat AKU Mati dan KITA Terlahir
Share the knowledge!

Pacaran tak melulu diisi hal yang indah. Ada rasa sedih, ada pertengkaran, dan ada diskusi mengenai visi masa depan, meski pada akhirnya tentu saja bertujuan demi kebahagiaan bersama. Pacaran dalam arti yang sebenarnya adalah sebuah tahap membentuk hubungan dengan pasangan sebelum benar-benar terjun ke dalam kehidupan pernikahan. Penyesuaian satu sama lain.

Pacaran tak hanya berdasarkan atas: aku suka kamu, kamu suka aku, ayo kita pacaran. Seiring bertambahnya umur dan kematangan pikiran, ada berbagai aspek yang perlu dilihat dalam masa PDKT, apakah hubungan nantinya bisa berlanjut hingga jangka panjang. Misalnya seperti: sifat dan kepribadian satu sama lain, bagaimana latar belakang keluarga, agama, harapan dan cita-cita masing-masing pihak, obyektif dari hubungan pacaran, dan tentunya yang paling penting adalah rasa nyaman.

Dalam masa pacaran, yang benar-benar saya pelajari adalah membangun komunikasi serta berhenti belajar berpikir secara AKU, pola pikir yang mungkin sudah jadi kebiasaan semasa single. Kalau kata teman saya, “Inilah hubungan, ada perasaan yang harus kita jaga.” AKU sekarang menjadi KITA.

Namun dua orang yang berbeda jelas punya pola pikir dan kepribadian yang berbeda. Konflik adalah hal yang tidak akan terelakkan dalam hubungan. Namun konfliklah yang melatih KITA menjadi dewasa dalam bekerja sama menemukan solusi. Diskusi, kompromi, introspeksi, dan toleransi.

Ironisnya, masa terbaik untuk mengetahui bagaimana karakter dan kematangan emosi pasangan kita adalah pada saat bertengkar. Apakah dia tipe yang meledak-ledak yang suka ngambek, atau orang dewasa berkepala dingin yang bisa mencari solusi? Apakah dia bisa mengendalikan emosinya atau dikendalikan emosinya?

Lalu tak selamanya solusi menguntungkan kedua belah pihak, ada kalanya salah satu pihak harus mengalah. Seringkali seorang AKU suka lupa mengalah untuk mempertahankan KITA.

Memang tidak ada yang tahu apakah pasti berlanjut hingga ke jenjang pernikahan bahkan hingga akhir hayat, tapi yang namanya hubungan pasti memerlukan usaha kedua belah pihak untuk mencapai satu tujuan. Setiap hubungan yang berhasil tidak pernah terjadi karena seorang AKU, melainkan karena kerjasama KITA.

Sebagai penutup, saya mau berbagi beberapa kutipan dari Daisaku Ikeda tentang hubungan pacaran. Kutipan ini adalah kutipan yang paling saya sukai:

Ideal love is fostered only between two sincere, mature and independent people. Real love is not two people clinging to each other; it can only be fostered between two strong people secure in their individuality.
Even married people were once strangers. Therefore, without patience and the effort to understand one another, things are likely not to go well. We need patience in order to become happy.

If you are going to fall in love, try to make your relationship one that generates great spiritual creativity, one that is mutually enriching.

It is important to make the effort to calmly construct something together. From there, real love develops. Real marriage is when you have been married for twenty-five years and feel an even deeper love than you did when you first met. Love deepens. Love that does not is merely on the level of simple likes and dislikes.

Cinta terbentuk dari dua orang dewasa dan independen, yang terbentuk dari ikatan dua orang yang stabil dengan individualitasnya. Matinya kata AKU, dan lahirnya kata KITA.

___________________

Artikel ini adalah artikel pertama yang dikirim oleh pembaca Kelas Cinta dan dimuat di halaman utama. Ingin artikel kamu dimuat di Kelas Cinta? Caranya gampang. Tinggal post artikel kamu ke forum di link ini di kategori yang sesuai. Bila pesan, isi, dan tata bahasanya sesuai dengan budaya Kelas Cinta, kita akan muat di halaman utama! Yuk berbagi kisah kamu sekarang!

Share the knowledge!