Mau Move On tapi Diganggu Orangtua

Salah satu situasi yang cukup berat dalam hidup kita adalah di mana kita menjalani relationship hingga bertahun-tahun, menjurus ke arah hubungan keluarga dan ternyata harus berpisah dengan si dia. Tentu keputusan untuk berpisah telah disepakati antara kamu dan dia. Kebetulan karena kalian sudah dewasa, maka bisa menentukan keputusan untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang tua—begitupun masalah perpisahan. Dan berbicara masalah move on yang dilakukan pasca perpisahan memang tak mudah, apalagi jika hubungan kamu sudah teramat dekat. Perlu penyesuaian diri dan usaha yang cukup keras untuk tak mengingat masa lalu. Sayangnya, usaha kamu untuk move on dikacaukan oleh orang tua kamu sendiri (atau mungkin juga orang tuanya).

Versi Orang Tua Kamu

Orang tua kamu pasti cukup kaget saat diberitahu kalau kalian berpisah di tengah jalan (bahkan saat kalian memutuskan untuk tunangan 3 bulan lagi!). Beberapa orang tua mungkin menyayangkan keputusan kalian bahkan ada di antara mereka yang masih selalu mengaitkan kamu dengan mantan. Mulai dari membahas kebaikan mantan pacar kamu, nyuruh kamu untuk balikan sama dia, hingga membandingkan si dia dengan pacar baru kamu.

Kalau begitu apa solusinya? Sebenarnya, benar bahwa apa pun keputusan yang kamu ambil itu murni hak kamu tanpa ada yang bisa ngelarang. Kebahagiaan kamu pun murni kamu sendiri yang ciptakan. Jangan hanya karena orang tua senang dan berharap bisa balikan lagi, maka kamu lakukan dengan hati terpaksa. Katakan kalau hubungan kamu memang sudah berakhir (jika perlu jelaskan pula alasannya) dan sebaiknya nggak perlu lagi membahas masa lalu kamu. Dan buktikan bahwa dengan orang lain, hidup kamu jauh lebih bahagia dibandingkan dengan yang dulu.

 Versi Orang Tua Mantan Pacar

Meskipun hubungan dengan mantan sedikit rusak akibat perpisahan kemarin, sayangnya hubungan dengan orang tuanya tetap saja baik. Sama seperti orang tua kalian, orang tua si mantan juga menanyakan kenapa kalian berpisah. Mamahnya bilang bisa terima keputusan kalian dan berharap untuk nggak memutuskan silaturahmi, apalagi hubungan kamu dengan mamahnya sangat dekat. Beberapa kali mamahnya telepon untuk ngajak makan siang bareng (kebetulan kantor kalian nggak begitu jauh) atau pernah juga mamahnya tiba-tiba minta ditemani shopping. Awalnya nggak masalah, hingga dia bilang kalau kamulah wanita/pria satu-satunya yang paling klop dengan keluarga, apalagi kamu bisa mengubah anaknya menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan penambahan “bumbu” yang berlebihan, dia cerita kalau anaknya mulai kembali seperti dulu dan cuma kamu satu-satunya orang yang bisa menasehati anaknya. Kamu mungkin terenyuh mendengar ucapan Mamahnya.

Kalau begitu apa solusinya? Saya beritahu bahwa hubungan kamu sudah berakhir dan kamu nggak memiliki tanggung jawab apapun terhadap mantan kamu meskipun Mamahnya sudah berkata seperti itu. Coba pikirkan, gimana bisa orang lain mengubah anaknya jika orang tuanya sendiri tak bisa lakukan itu? Komunikasikan kalau kamu sudah nggak ada hubungan apapun dengan anaknya dan bahwa anaknya sudah dewasa. Jadi, sepertinya peranan kamu nggak lagi dibutuhkan. Dan yang paling penting adalah tanamkan ke dalam diri kamu bahwa apapun yang berkaitan dengan mantan, bukan lagi urusan kamu, apalagi tanggung jawab kamu.