Pacaran Lihat Kuantitas atau Kualitas?

Waktu itu saya lagi nunggu teman di sebuah restoran fast food. Karena sendirian, saya nggak sengaja dengar obrolan dua wanita yang duduknya nggak begitu jauh dari saya. Ya, kira-kira obrolannya seperti ini.

Si A: Lho, lo putus?! Kok bisa?! Nggak sayang, ya? Kan udah pacaran lama.

Si B: Ya, gimana habisnya dia kasar, sih. Kalau marah, suka ngebentak gue. Genit banget lagi sama cewek. Gue tau, sih, dia sayang sama gue. Buktinya dia nggak mau putus sama gue. Kemarin sampe mohon-mohon biar bisa balikan.

Si A: Ya, iyalah. Wajar. Kan lo pacaran udah mau 7 tahun. Masa putus gitu aja?!

Si B: Iya, sih… Mana keluarga kita udah deket banget. Ya, lo taulah gue pacaran juga serius sama dia.

Si A: Mending pikir-pikir lagi deh. Sayang tau pacaran lama-lama akhirnya putus juga. Gue yakin deh hubungan lo pasti bisa diperbaikin lagi.

Saya kemudian nggak bisa mendengarkan lagi karena teman udah dateng. Ada kalimat yang masih saya ingat betul. “Sayang tau pacaran lama-lama ujungnya putus juga.”

Ya, beberapa orang—mungkin juga dulu saya pernah berpikir seperti itu. Pacaran lama tentu aja berharap dengan sebuah pernikahan. Pacaran lama berarti kamu udah berinvestasi waktu, perasaan, tenaga, dan uang dalam jumlah yang besar, makanya berharap kalau nggak hanya pacaran aja. Maunya nikah, punya anak nan lucu-lucu. Happily ever after.

Namun, siapa yang sangka kalau hubungan bertahun-tahun akhirnya kandas? Siapa juga yang mau kalau rencana-rencana indah akan sebuah pernikahan harus gagal di tengah jalan? Tentu saja ada banyak alasan kenapa seseorang bisa berpisah meskipun pacaran setahun, lima tahun, atau mungkin belasan tahun. Selingkuh, kasar, arogan, posesif, cemburuan, nggak disetujui orang tua, beda keyakinan, atau sederet alasan lain, meupakan sebagian kecil alasan pendukung perpisahan sebuah pasangan.

Intinya satu: Mereka sudah nggak cocok. Yang satu masih mau perbaiki, tapi yang satunya udah malas sehingga nggak nemu titik temu (Ingat, kan, kalau kamu nggak bisa memaksa seseorang?) Atau dua-duanya sudah sama-sama malas buat perbaiki dan akhirnya harus putus.

Makanya, pas saya dengar ada yang bilang SAYANG LHO PUTUS saat udah pacaran lama-lama, saya nggak setuju. Di luar investasi yang banyak saat pacaran, kamu tahu kalau dia bukan orang yang tepat untukmu dan kamu bukan orang yang tepat untuknya. Simpel—meskipun memang nggak sesimpel apa yang barusan kamu baca.

Namun, kalau kamu merasa bahwa hubungan sudah tak layak dipertahankan, jangan ragu untuk berpisah meskipun hubungan sudah bertahun-tahun. Nggak ada kata sayang dalam sebuah perpisahan, kecuali jika kamu mau menghabiskan sepanjang hidupmu dengan orang yang salah. Justru jika semakin kamu berputar dalam kalimat “sayang udah pacaran lama ujungnya putus” kamu justru semakin lama menemukan orang yang tepat. Kasarnya, kamu hanya buang-buang waktu bertahan dengan orang yang sebenarnya udah nggak cocok. Karena kamu dan dia sebenarnya sama-sama tahu jika hubungan tak bisa diselamatkan dan akhirnya bertahan hanya karena masalah kuantitas, bukan kualitas.

 

Nah, biasanya nih. Beberapa orang yang ngalamin putus cinta setelah pacaran bertahun-tahun bakal kecewa. Dan ujung-ujungnya bakal bilang, “Ah, gue kapok pacaran lama-lama. Mending yang serius yang udah siap nikahin gue.”

Kalau kamu ngedenger omongan itu, gimana menurut kamu? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar.