Menjalin sebuah hubungan minimal enam bulan (atau mungkin kurang), tentu saja sudah terbentuk sebuah pola kebiasaan. Misalnya, pagi hari kamu selalu mendapatkan ucapan “Good Morning”, setiap beberapa jam sekali pacar ngehubungin untuk kasih perhatian, setiap malam ditelepon, setiap minggu selalu pergi kencan, hampir setiap hari kamu selalu dijemput sama dia.
Semua tampak indah. Hingga suatu hari kamu dihadapkan kenyataan kalau hubungan kamu dan dia kandas. Sebanyak apa pun usaha kamu untuk mempertahankan, nyatanya hubungan nggak bisa lagi diselamatkan. Dia pergi ninggalin kamu.
Kebiasaan yang sudah berjalan selama beberapa bulan (bahkan tahun) itu akhirnya cukup menggoyahkan diri kamu. Kamu nelangsa. Galau. Kesepian. Ngerasa sendiri. Comfort zone kamu hancur berantakan. Karena masih ngarep sama mantan, akhirnya butuh waktu lama untuk kamu bisa benar-benar move on dari hubungan sebelumnya.
Kamu berpikir kalau kamu nggak bisa hidup sendirian. Kamu butuh orang, siapa pun itu. Yang bisa bikin kamu nggak ngerasa sendiri. Yang bisa bikin kamu ngelupain mantan dari pikiran. Yang bisa bikin kamu bahagia.
Pernah ngalamin hal itu, Ladies?
Ngejalanin hubungan berbulan-bulan atau bertahun-tahun dan akhirnya putus lalu ngebuat kamu ngerasa sendirian? Berpikir kalau punya pacar lagi secepatnya akan bisa ngisi kekosongan yang mantan pacar kamu berikan? Menganggap kalau punya pacar bisa bantu kamu untuk move on.
Padahal setiap malam nangisin mantan pacar yang pergi ninggalin kamu. Setiap beberapa menit sekali kamu selalu stalking media sosialnya. Apa pun yang kamu lakukan, semua kenangan tentang mantan seolah menari-nari di depan mata. Kamu sadar betul bahwa kamu belum bisa move on, belum bisa menerima dan berdamai dengan masa lalu.
Salah besar jika berpikir punya pacar baru akan bisa bikin kamu move on. Sebab move on jelas nggak membutuhkan orang lain alias hanya kamu satu-satunya orang yang bisa melakukan hal itu.
Mencari pacar baru sebelum 100% move on hanya akan menimbulkan masalah baru yang terkadang jauh lebih pelik. Hati kamu jelas belum stabil dan nggak bisa berpikir dengan jernih. Nggak jarang akhirnya ngebuat kamu membandingkan pacar baru dengan mantan sebelumnya, padahal mereka jelas dua sosok yang berbeda.
Kamu juga akan terus menuntut pasangan baru untuk ngebuat kamu bahagia biar bisa lupain masalah sebelumnya. Padahal hanya kamu satu-satunya yang bisa ngebuat diri sendiri bahagia. Secara nggak sadar, kamu justru merepotkan pacar baru kamu. Nggak hanya itu, hubungan yang berawal “hanya coba-coba” biar bisa move on, akhirnya ngebuat kamu bisa menyakiti orang lain yang nggak mengerti apa-apa.
Bagusnya sih jika kamu bisa benar-benar menyayangi pacar baru kamu sehingga bisa move on. Namun, pertanyaannya bagaimana jika tidak? Bagaimana jika saat kamu benar-benar move on, kamu baru menyadari kalau tak ada perasaan apa pun dan justru menyukai pria lain dan berniat untuk meninggalkan si pria? Jelas saja ini bukan hal yang adil bagi pacar baru kamu.
Jadi, menurut kamu cara untuk move on adalah dengan punya pacar baru lagi?