“Temen makan temen”.
“Kamu temen apa jalanan pegunungan? Kok banyak nikungnya?”
Saling Mengerti dan Menghargai
Ketika sahabatmu medapatkan sesuatu yang dia impikan, spontan kamu pasti akan memeluknya. Kamu juga mengucapkan selamat hingga tertawa bersama merayakan kebahagiaannya. Logika seperti ini sah atas kondisimu. Jika memang dia adalah sahabat yang baik, dia pasti memahamimu, kebahagiaanmu, dan apa yang kamu inginkan.
Jangan Merasa Jahat
Tidak ada yang bisa jahat pada dirimu ketika kamu tidak mengizinkan dirimu untuk dijahati. Tanggung jawab untuk berbahagia ada pada masing-masing diri, bukan tanggung jawab orang lain. Kamu mesti menyadari batasan untuk membahagiakan sahabatmu dan memahami kebahagiaanmu sendiri. Hanya karena dia sahabatmu, bukan serta-merta kamu merelakan kebahagiaanmu untuk membuatnya bahagia. Kebahagiaan itu dari hati dan bisa diciptakan sendiri. Jika dia menilai kamu berbahagia dengan merusak kebahagiaannya, maka dia sudah salah menafsirkan makna bahagia.
Bersikaplah Sebiasa Mungkin Seperti Sediakala
Sahabat baik tidak mudah ditemukan. Jangan karena rasa takut dan bersalah kamu jadi menghindari sahabatmu. Kebanyakan wanita membuat jarak dengan sahabatnya karena masalah seperti ini. Padahal, tidak ada korban dalam masalah ini. Sahabatmu merasa dirinya jadi korban tikung karena pengganti posisinya di hati mantannya adalah kamu.
Sikapi dengan wajar, hubungi dia seperti biasa, dan mulailah kembali berkomunikasi dengan sahabatmu dengan perlahan. Ini akan membuatnya berpikir kamu memang benar dan ini tidak perlu dijadikan konflik untuk memecah belah persahabatan.
Setelah mengetahui beberapa hal yang bisa kamu lakukan, mulailah berbahagia dengan hidupmu saat ini. Jika sahabatmu tetap menjauhimu, itu hanya perkara waktu. Tidak ada hal instan untuk menyikapi rasa sakit. Ini hanya soal bagaimana caramu menyikapi rasa sakit sahabatmu, dan kebahagiaan bersama pasanganmu secara berimbang namun tanpa bimbang.