Mengapa Kehidupan Rumah Tangga Membosankan?

Menginjak usia dua puluhan, kamu pasti sudah sering melihat foto-foto kehidupan pernikahan yang seru di sosial media. Teman-teman yang sudah menikah seringkali memamerkan kemesraan kehidupan rumah tangga mereka melalui tulisan, foto, atau video. Kehidupan mereka tampaknya sangat sempurna. Apalagi kalau mereka sudah mempunyai momongan. Timeline sosial media kamu dipenuhi oleh foto-foto bayi mereka. Rasanya ingin unfollow atau unfriend, tapi kamu takut mereka bakal tersinggung.

Namun, sebelum kamu iri terhadap mereka, saya beritahu kalau kehidupan nyata mereka sesungguhnya tidak sesempurna yang mereka perlihatkan. Kalau kehidupan pernikahan memang sesempurna dan sebahagia yang mereka pamerkan, lalu mengapa tingkat perceraian di Indonesia melonjak tinggi? Tahun 2016 saja terdapat sekitar 315 ribu kasus perceraian di seluruh Indonesia. Pengadilan Agama menerima pengajuan cerai sebanyak 224.240 ribu laporan dan terdapat 152.395 pasangan yang resmi diceraikan.

Melihat tingginya jumlah perceraian di Indonesia, tentu mustahil rasanya untuk percaya bahwa pernikahan selalu membawa kebahagiaan!

Kalau kamu bersahabat dengan orang-orang yang sudah menikah, kamu tentu sering mendengarkan curhat mereka tentang kehidupan pernikahan. Curhatan mereka tidak pernah jauh-jauh dari masalah perekonomian dan rasa bosan hidup bersama pasangan. Namun, saya paling sering mendengar curhat mereka tentang kebosanan. Rasa bosan itu yang berkembang menjadi masalah-masalah lain yang lebih besar dan akhirnya bisa menyebabkan perselingkuhan.

Jadi, mengapa kehidupan rumah tangga cenderung membosankan?

1. Tidak Mau Ikut Kegiatan Seru Bersama Teman-Teman Karena Merasa ‘Sudah Bukan Waktunya Lagi’


via Pexels

Berapa banyak teman kamu yang mendadak sulit diajak bertemu setelah menikah? Alasannya tidak jauh-jauh dari: “Wah, aku sudah nikah nih. Sudah bukan waktunya lagi.”

Setelah menikah, kebanyakan orang merasa bahwa dirinya tidak punya waktu lagi untuk berkumpul bersama teman-temannya. Bahkan ada yang menganggap kalau pernikahan telah membuat level kehidupannya menjadi tinggi sehingga dirinya tidak mau lagi bergaul dengan orang-orang yang masih single atau berpacaran. Kehidupannya kini didominasi oleh kegiatan di kantor dan di dalam rumah. Setiap hari berputar-putar saja di dua area tersebut.

Mau bagaimanapun, manusia adalah makhluk sosial yang perlu bergaul dengan sesamanya. Jaideep Bains, ilmuwan dari University of Calgary, mengatakan bahwa: “Banyak spesies, termasuk manusia, yang menggunakan interaksi sosial untuk mengurangi kadar stress di pikiran. Kurangnya kegiatan sosial bisa memicu stress yang berlebihan.”

Jadi, makhluk hidup selain manusia pun menggunakan aktivitas sosial sebagai cara untuk mengurangi stress. Sementara manusia malah menutup diri dari pergaulan hanya karena dirinya sudah menikah dan tidak punya waktu lagi untuk bersenang-senang. Tidak mengerankan kalau rumah tangga mereka jadi membosankan! Bukan tidak mungkin kalau stress akibat kehidupan rumah tangga yang membosankan bisa menyebabkan salah satu pihak mencari pelarian dengan berselingkuh.

2. Jarang Berdiskusi Bersama Pasangan


via Pexels

Di zaman yang dikuasai benda segi empat bernama ‘ponsel’ telah membuat proses sosialiasi yang seharusnya menyenangkan menjadi kaku dan membosankan. Tidak jarang kita melihat pasangan yang duduk berdua di kafe, tetapi malah menatap layar ponselnya masing-masing. Tidak ada pegangan tangan mesra, tidak ada canda tawa, dan tidak ada bermanja-manja ria. Rasanya seperti melihat sepasang patung yang dipahat berdekatan.

Memang tidak ada jaminan kalau kebiasaan buruk itu bisa terbawa sampai ke pernikahan. Namun, dari situ saja sudah tergambar jelas bagaimana kehidupan pernikahan yang akan mereka jalani. Apakah mereka masih tetap asyik bersosial media dan saling cuek satu sama lain? Apakah ngobrol bersama teman-teman di grup Whatsapp jauh lebih menyenangkan ketimbang ngobrol bersama pasangannya secara langsung? Hanya mereka yang tahu jawabannya. Melihat mereka senyum-senyum sendiri di depan ponsel saja sudah terlihat kalau ngobrol di ponsel jauh lebih seru daripada mengobrol bersama pasangannya.

Jarang berdiskusi bersama pasangan tentu saja bisa berdampak buruk. Bila terjadi masalah, salah satu pihak dapat mengambil keputusan sendiri tanpa diketahui oleh pasangannya. Hal tersebut bisa membuat masalah tersebut menjadi lebih runyam apabila keputusan yang diambil ternyata salah. Apabila itu terjadi, maka pasangannya akan berkomentar: “Kok kamu gak bilang aku?”

Setelah itu, kebohongan-kebohongan pun bermunculan dan membuat masalah yang tadinya kecil menjadi besar. Begitu terus sampai entah kapan.

3. Tidak Berminat Berhubungan Intim dengan Pasangan


via Pexels

Banyak orang yang menggebu-gebu ingin menikah hanya karena tidak sabar ‘mencicipi’ tubuh pasangannya. Namun, bila sudah menikah dan berhubungan seks selama berbulan-bulan, apa yang akan terjadi? Tentu saja bosan.

Rasa bosan itu muncul karena kedua pihak sudah paham dengan ‘permainan’ pasangannya di atas ranjang. Sehingga mereka tidak memiliki minat lagi untuk berhubungan seks. Belum lagi ditambah dengan perubahan tubuh pasangan yang kian dimakan usia sehingga tampak tidak menarik lagi. Kehidupan rumah tangga menjadi tidak menggairahkan. Pasangan hanya menjadi penyokong kehidupan dan tidak lagi menjadi penyemangat hidup.

Sebaik-baiknya hubungan seks adalah seks yang dilakukan dengan cinta. Beth Montemurro, seorang profesor sosiologi dari Pennsylania State University, mengatakan bahwa: “Di penelitian yang kami lakukan, kami menemukan bahwa cinta yang sungguh-sungguh dapat meningkatkan pengalaman fisik saat berhubungan seks.”

Beliau melakukan penelitian dengan mewawancari wanita-wanita yang berusia 20 sampai 68 tahun. Para wanita itu mengatakan bahwa mereka merasakan kepuasan seksual ketika berhubungan intim dengan rasa cinta. Hubungan intim rasanya hambar bila tidak memasukkan rasa cinta. Rasa cinta membuat mereka bebas mengeksplorasi tubuh pasangannya dan tidak malu untuk mencoba berbagai macam gaya seksual demi menyenangkan pasangan dan dirinya sendiri.

Jadi, ketika hubungan intim bersama pasangan sudah terasa hambar, ada baiknya untuk bersikap terbuka dan mengatakan bahwa gaya bercinta selama ini sudah membosankan. Katakan gaya bercinta yang kamu inginkan dan dengarkan pula keinginan pasangan. Sebelum berhubungan seks, jangan lupa untuk mengatakan bahwa kamu sangat mencintainya. Dengan begitu seks tidak hanya melibatkan aktivitas jasmani saja, melainkan juga aktivitas emosi.

See? Kalau kamu sudah menikah dan kehidupan rumah tangga kamu terasa membosankan, sebaiknya kamu mengkaji terlebih dahulu ketiga hal tersebut dan mendiskusikannya ke pasangan. Tidak perlu malu! Untuk apa malu ke pasangan sendiri? Lebih baik bersikap terbuka daripada saling diam dan ujung-ujungnya malah terbuka ke orang lain. Bila kamu lebih nyaman terbuka ke orang lain ketimbang ke pasangan sendiri, bersiap-siaplah dihantui bayang-bayang perselingkuhan!