Menyikapi Serangan Emotional Blackmail

Setelah di dua artikel sebelumnya, sudah saya bahas tentang apa itu emotional blakcmail  dan jenis-jenis serangannya, artikel kali ini akan membahas tentang bagaimana sebaiknya kita bersikap ketika menerima serangan ini.

Gak perlu basa-basi lagi, berikut cara menyikapinya.

Bukan Tanggung Jawab Kamu

Sadari kalau premis-premis ancamannya bukanlah tanggung jawab kamu. Bukan juga konsekuensi dari pilihan kamu, tapi pilihannya sendiri. Kalau kamu mengamati penjelasan di dua artikel sebelumnya, kamu akan menyadari kalau sulitnya si korban terlepas dari pemerasan mental ini adalah karena si korban dibayang-bayangi rasa tanggung jawab akan keadaan pasangannya. Dengan kata lain, si pelaku berhasil melakukan pengalihan tanggung jawab dari dirinya sendiri ke pundak kamu. Perlu dipahami bahwa setiap orang memegang tanggung jawabnya sendiri atas pilihan dan tindakan yang mereka ambil. Dan pada dasarnya tidak ada yang menjadi penentu pengambilan keputusan seseorang selain dirinya sendiri. Kamu mungkin terkesan sebagai pemicu. Tapi bagi dia tersedia berbagai pilihan, dan dia memilih pilihan yang menyulitkan dirinya sendiri. Maka dialah sendiri yang bertanggung jawab atas keputusannya itu.

Tegas, Tegas, Tegas

Sikap tegas bukan berlaku untuk kasus ini saja, tapi dalam keseluruhan kehidupan kamu. So, bersikap tegaslah untuk menolak permintaannya sejak awal. Pemerasan mental ini pada awalnya dilakukan dengan intensitas yang ringan dan mencoba-coba. Si pelaku ingin tahu apakah manipulasi ini mempan kepada korbannya. Peluang di sini masih 50:50. Setelah dilihat berhasil, maka ia akan memanfaatkannya terus untuk mendapatkan apa yang dia inginkan kedepannya. Dengan intensitas yang lebih berat dan dengan keberanian yang lebih besar lagi. Seperti bola salju, semakin menggelinding ke bawah akan semakin besar. Semakin dibiarkan, kepercayaan diri dia akan meningkat, sementara kepercayaan diri kamu untuk berani menolak semakin menurun. Emotional blackmail hanya bisa terjadi karena adanya pihak yang permisif.

Bertanya pada Diri Sendiri

Apakah kamu mau menghabiskan sisa hidup kamu dengan seorang yang abusif?

Apakah kamu mau lelah sepanjang hidup memenuhi keinginan dia saja?

Bagaimana kehidupan anak-anak kamu nantinya jika kamu berkeluarga dengannya?

Apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan diri kamu sekarang?

Minta Pertolongan Pihak Luar

Jika kamu merasa sudah tidak mampu menangani terornya sendirian, jangan ragu untuk minta pertolongan pihak luar. Bisa ke orang yang kamu percaya, atau bahkan ke pihak yang berwajib. Dokumentasikan semua bukti pemerasannya, bisa dalam bentuk screen capture atau rekaman audio.

Jangan biarkan rasa takut, iba dan bersalah mempengaruhi diri kamu dalam mengambil keputusan. Berusahalah untuk tetap objektif. Dahulukan kebahagiaan diri kamu melebihi kebahagiaan dirinya.