Mengapa Pacaran Harus Serius dan Berkomitmen?

Di saat banyak sekali wanita dan pria di luar sana yang kebelet mencari pacar, saya di sini bisa duduk tenang tanpa terganggu mereka yang kebelet punya pacar. Terang saja ini mengundang pertanyaan dari orang-orang di sekitar saya, seperti “Apa kamu tidak berminat punya pacar?” sampai pertanyaan menyebalkan macam “Kamu gak laku ya?”

Saya sedikit tergelitik dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, karena mereka seakan menjadikan pacaran sebagai prestasi pencapaian hidup. Kalau tidak tercapai maka akan dianggap sebagai suatu hal yang memalukan dan dianggap tidak laku. Saya belum mempunyai pacar karena memang belum bertemu dengan orang yang cocok; seseorang yang bisa saya ajak untuk berkomitmen dan berhubungan serius. Bukan karena tidak berminat apalagi tidak laku.

Kemudian muncul lagi pertanyaan lanjutan: “Untuk apa pacaran harus berkomitmen dan serius? Itu kan hanya untuk yang sudah menikah.”

Selama 23 tahun saya hidup, saya belum pernah merasakan pacaran. Dulu alasannya mungkin karena saya tidak menarik di mata kaum adam di sekolah. Waktu itu saya merasa malu dan terkucilkan saat ditanya oleh teman lain yang jam terbang pacarannya sudah tinggi. Namun, ketika saya sudah bisa berpikir mandiri, rasanya ini adalah hal yang menguntungkan. Mengapa? Karena saya tidak pernah merasakan patah hati dan tidak punya koleksi mantan kekasih.

Baca juga:
Cinta? Entar Aja Deh Tunggu Mau Nikah
PDKT, Pacaran, dan Jadian. Mana Yang Paling mudah?

Di usia yang sudah memasuki kepala 2, saya tidak lagi kebelet punya pacar jika alasannya cuma karena tidak ingin dicap sebagai jomlo ngenes, tidak laku, atau sebangsanya. Saya sadari bahwa pacaran bukanlah sebuah pencapaian, melainkan sebuah proses pengenalan dan pemahaman terhadap pasangan kita. Proses pacaran yang berhasil akan membawa kita menuju jenjang berikutnya, yaitu pernikahan. Banyak orang memilih untuk berpacaran tanpa berpikir ke arah pernikahan, sehingga hubungan mereka tidak bertahan lama. Pasangan yang tidak berpikir ke arah pernikahan, tidak akan berkomitmen satu sama lain dan berpikir dengan prinsip “jalani dulu saja.” Terserah takdir akan membawa hubungan itu kemana. Sehingga saat hubungan diterpa badai masalah, putus menjadi solusi termudah dan tercepat. Akibatnya banyak waktu disia-siakan, banyak air mata dicurahkan, banyak perasaan dan materi yang dikorbankan, untuk sesuatu yang tidak dapat dibawa ke jenjang yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, pacaran adalah proses yang TETAP harus dijalani dengan serius dan berkomitmen. Berani pacaran berarti sudah berani memiliki tujuan romansa tingkat lanjut, yaitu pernikahan. Masa-masa pacaran adalah masa untuk melihat apakah pasangan kita adalah orang yang tepat untuk menjadi pendamping hidup sampai kita menua dan meninggal nanti, atau cuma sekedar teman hahahehe doang. Jangan berpacaran hanya supaya ada yang memperhatikan dan menyayangi Anda, menanyakan kabar Anda 24 jam sehari, atau supaya ada yang bisa diajak ke resepsi pernikahan teman atau ke acara-acara keluarga. Jika alasan pacaran cuma untuk hal-hal tersebut, saya bisa jamin bahwa Anda hanya kesepian dan belum siap pacaran. Tidak perlu menunggu pasangan untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang, Anda bisa memperolehnya dari keluarga dan sahabat Anda.

Berpacaran yang serius dan berkomitmen bukan berarti tidak bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama pasangan. Tentu saja pasangan masih bisa melakukan hal-hal romantis dan menyenangkan berdua. Letak perbedaan antara pacaran serius dengan yang tidak serius ada pada pengambilan sikap dan respon saat pasangan tersebut menghadapi masalah dalam hubungan. Pasangan yang serius dan berkomitmen akan menyelesaikan masalah tersebut secara dewasa, terbuka, dan saling berkompromi, agar ada solusi dalam masalah mereka. Sebaliknya pasangan yang berpacaran tidak serius biasanya hubungannya akan penuh drama dan perselisihan, yang berujung pada berakhirnya hubungan.

Baca juga:
Pacaran Tidak Mengobati Kesepian
[Video] Cinta Tidak Sama Dengan Setia

Menurut Dr. Gottman, seorang peneliti, psikolog, penulis, public speaker, dan terapis yang meneliti tentang prediksi perceraian dan stabilitas pernikahan, sebuah hubungan yang berkomitmen pasti erat hubungannya dengan kepercayaan (trust). Saat dua orang sepakat untuk berkomitmen dalam hubungan mereka, mereka akan memiliki rasa percaya satu sama lain, sehingga hubungan tidak akan mudah digoyahkan oleh faktor eksternal yang tidak terlalu penting. Dengan adanya trust, hubungan akan lebih long-lasting ketimbang hubungan yang dipenuhi rasa curiga. Trust tidak hanya berhubungan dengan faktor eksternal, tetapi juga faktor internal di antara kedua orang dalam hubungan. Misalnya: jika salah satu pihak mengalami masalah, ia memiliki rasa percaya bahwa pasangannya dapat diandalkan untuk membantunya.

Beberapa poin bahwa memiliki trust akan membuat hubungan bertahan dalam jangka waktu lebih panjang menurut Kyle Benson:

Dengan banyaknya keuntungan yang dapat dicapai lewat hubungan yang serius dan berkomitmen, mengapa masih menginginkan hubungan yang tidak jelas arahnya dan tidak membuat Anda makin bertumbuh? Di mata saya, lebih baik menikmati kesendirian yang berkualitas, daripada berada dalam hubungan pacaran, tetapi tidak membawa saya pada peningkatan kualitas diri.

 

REFERENSI

[1] A Happy Relationship is Impossible Without Trust and Commitment