Seringkali saya mengatakan bahwa prinsip, kriteria, atau standar dalam memilih pasangan harus diterapkan terlebih dahulu—yang tentunya juga harus realistis melihat keadaan kamu yang sekarang. Dengan membuat list kriteria pasangan yang akan kamu cari nantinya, akan memudahkan hubungan kamu ke depan. Misalnya kriteria kamu adalah wanita cantik berkacamata dengan rambut panjang, kulit putih dan tinggi, pintar, mandiri, suka masak, keibuan, dan tak mudah ngambek. Sedangkan sebagai wanita kamu ingin pria yang baik, rajin, pekerja keras, bertanggung jawab, perhatian, dan berwawasan luas. Namun, apakah benar seperti itu? Benar bahwa dengan mencari pasangan yang sesuai dengan list di atas—dan kebetulan kamu mendapatkannya—maka akan membuat hubungan kamu baik-baik saja, tanpa ada masalah?
Tentu tidak, dong, ya. Kenapa? Karena orang akan berubah seiring dengan waktu.
Mungkin saja saat ini kamu bahagia karena melihat pasangan yang sesuai dengan kriteria kamu. Hanya saja, dalam 5 atau 10 tahun ke depan, seseorang pasti berubah—termasuk kamu. Coba saja kamu tengok ke dalam diri kamu. Mungkin kamu dulu adalah wanita atau pria yang cuek dengan penampilan. Berpikir kalau seseorang harus menerima kamu apa adanya. Yang wanita dulu malas dandan atau merawat tubuh, saat ini setiap dua minggu sekali pergi ke salon. Yang pria dulu tampil cuek dengan perut yang buncit, saat ini rajin ke fitness center hampir setiap hari. Hal-hal remeh seperti itulah yang menunjukkan perubahan di dalam hidupmu.Begitupun dengan hubunganmu. Apalagi biasanya semakin lama hubungan yang terjalin, maka semakin banyak pula perubahan yang terjadi.
Pria: Dulu kayaknya awal-awal pacaran, dia masih mandiri dan enggak gampang ngambek deh. Kok sekarang dia malah kerjaannya ngambek mulu.
Wanita: Perasaan dulu dia masih suka antar jemput dan bawaain bunga. Kok sekarang malah susah banget kalau dimintain jemput.
Akan ada saatnya nanti kamu merasa bahwa pasangan berubah. Makanya, prinsip yang kamu buat juga harus berubah. Mengapa? Karena jika kamu tak “memperbarui” atau meluaskan prinsip atau kriteria kamu, biasanya hubungan akan berakhir atau mungkin kamu yang single akan sulit menemukan pasangan nantinya. Karena kamu terlalu saklek dan keras kepala dengan kriteria tersebut yang malah akan membuat kamu selalu berpindah-pindah pasangan.
Namun, bukan berarti saya meminta kamu untuk melanggar kriteria yang kamu buat sendiri, kok. Hanya saja kamu perlu “menerima” atau mungkin mengubah kriteria yang ada jika hal-hal yang berlawanan masih bisa diubah, apalagi mengingat Tuhan belum tentu memberikan pasangan yang 100% sama dengan kriteriamu, kan? Misalnya, nih, pasangan kamu adalah wanita yang sangat jago masak dan pintar membicarakan politik—sesuai dengan kriteriamu, ngobrol dengannya membuat kamu jadi lebih semangat karena kalian saling menimpali. Hanya saja, ternyata dia adalah wanita yang cepat mudah ngambek. Kalau kamu saklek dengan prinsipmu, tentu kamu akan mutusin dia, karena tidak 100% sama dengan list yang kamu tulis.
Berbeda, jika kamu mau “melunakakan” prinsipmu itu. Misalnya enggak masalah kok kalau pasangan ngambek, hanya saja kamulah yang tetap memiliki kontrol atas dia. Kamu yang tahu kapan yang tepat untuk “meladeni” ambekannya. Kamu sudah tahu bagaimana mengatasinya jika dia tiba-tiba marah-marah. Enggak masalah kalau pasangan ngambek, tapi suatu saat nanti kamu akan mengajak pasangan duduk berdua untuk membicarakan masalah itu. Kalian berdua akan berdiskusi untuk cara pikir yang berbeda. Makanya, selama kalian berdua masih mau berdiskusi dan berkompromi untuk mengubah hal-hal buruk, maka prinsip yang tidak 100% bukan menjadi hambatan, kan?