Apa Yang Anda Lakukan Kalau Pasangan Minta Break?

Seorang sahabat bercerita tentang masalah yang sedang dihadapi bersama pasangannya. Mereka sudah menjalin hubungan sekitar tiga tahun. Ketika memasuki tahun ke-3 itulah mereka sering mendapatkan masalah seperti banyak mengalami ketidakcocokan, perbedaan cara pandang, hingga sudah tak ada lagi keintiman.

Banjir masalah itu yang membuat mereka perlahan-lahan mulai menjauh. Jika dulu masih saling menyempatkan waktu bertemu, saat ini belum tentu bisa bertemu sekali dalam seminggu. Jika dulu masih sering mendiskusikan masalah dan mencari solusi bersama-sama, kini mereka lebih senang memendam masalah karena merasa pasangan sudah tidak menanggapi lagi. Belum lagi karena mereka capek bekerja sehingga semakin sedikitlah waktu untuk dihabiskan bersama pasangan.Banyak yang menanyakan kenapa mereka belum juga pisah kalau sudah tidak nyaman. Jawabannya hanya satu: “Masih sayang sama dia.”

Akhirnya yang lain menyarankan untuk break agar mereka punya waktu untuk memikirkan masalah hubungan, pasangan, dan diri mereka sendiri. Saran kedua ini yang diterimanya dengan tangan terbuka. Akhirnya ia memutuskan untuk break beberapa hari dan mencoba menghubungi pasangannya lagi setelah break selesai.

Lalu apa yang terjadi?

Ternyata hubungan mereka tidak selamat. Mereka masih berkutat dengan masalah yang sama karena mereka tidak memikirkan solusi selama break. Banyak hal-hal indah yang mereka temukan saat break dan itu membuat mereka malas memikiran solusi. Malah mereka berdua menemukan orang lain yang dirasa lebih cocok dijadikan pasangan sehingga mereka memilih berpisah dan bersama orang tersebut.

Nah, apa Anda termasuk orang yang percaya bahwa break adalah solusi masalah hubungan?

Sebenarnya orang yang mengatakan vakum di saat ada masalah adalah orang yang sangat ingin berpisah. Namun, mereka mengambil cara itu karena masih ragu dan takut menyesal jika putusan. Mereka yang mengatakan break juga biasanya suka lari dari masalah. Padahal hubungan yang berkualitas adalah mereka yang sama-sama berusaha—termasuk berusaha mencari solusi di setiap masalah dengan cara berdiskusi, berdebat, bahkan kalau perlu sampai bertengkar.

Tidak perlu mengambil break sampai berhari-hari untuk memikirkan solusi masalah hubungan. Anda bisa memikirkan itu sambil menjalani hari-hari biasa tanpa break. Justru kebanyakan orang malah memakai break supaya bebas mendekati orang lain. Bukannya mengobati hubungan, tapi mengobati diri sendiri di pelukan orang lain. Kebebasan saat break juga bisa membuat mereka terlena sehingga hubungan sebelumnya jadi semakin ambyar tidak jelas.

Jika suatu saat hubungan Anda bermasalah dan pasangan meminta break, coba tanyakan dulu kenapa dia minta seperti itu. Tegaskan permintaannya apa dia sungguh ingin break (yang mana kemungkinan besar cuma jadi alasannya untuk lari dari masalah atau mau mendekati yang lain) atau memang ingin mengakhiri hubungan. Jauh lebih baik kalian menyiapkan waktu khusus untuk mengobrolkan masalah itu daripada harus break berhari-hari yang mana tidak juga menciptakan solusi.

Baca juga:

Lagipula kalau kalian masih ingin memperbaiki hubungan, break sama sekali bukan solusi. Itu tak menutup kemungkinan jika pasangan atau mungkin Anda, mencari orang lain di masa-masa break yang tak jelas itu. Kalau memang pasangan minta break, sebaiknya anggap saja kalian sudah berpisah atau tanyakan dua hal: pertahankan hubungan sambil terus memperbaiki masalah atau break yang mana adalah permintaan halus untuk putus? Dan bersiaplah kalau sebenarnya pasangan ingin berpisah dengan Anda.

Di Smart Conflict Resolution (SCR), Anda akan menemukan ratusan tips bagaimana mendiskusikan masalah hubungan dengan resiko seminimal mungkin. Anda tidak perlu break, cukup praktikkan materi yang diajarkan di SCR, Anda dan pasangan akan menemukan solusi dari diskusi yang kalian lakukan. Cara ini jauh lebih aman dan cepat daripada harus break berhari-hari.

Langsung sedot materi SCR lewat LINK di bawah:

SMART CONFLICT RESOLUTION

Masalahnya tinggal Anda. Beranikah Anda mempraktikkannya?