“Pasangan seharusnya tidak membiarkan jempol mereka untuk “berbicara” saat ada pembicaraan serius, perselisihan, atau permohonan maaf.”
Lori Achade dan Jonathan Sandberg, peneliti dari Brigham Young University—yang berada di United State—meneliti 276 orang dewasa di seluruh negeri. Mereka menemukan bahwa segala hal yang berhubungan dengan teknologi pada akhirnya hanya membuat hubungan mengalami masalah bahkan hingga perpisahan. Di bawah ini terdapat highlight yang diterbitkan dalam Journal of Couple and Therphy.
Wanita yang menggunakan SMS atau pesan teks untuk meminta maaf, mengatakan perbedaan yang ada, atau membuat keputusan, memiliki kualitas hubungan yang lebih rendah.
Pria yang terlalu sering berkirim pesan teks, memiliki kualitas hubungan yang lebih rendah.
Pasangan yang mengekspresikan kasih sayang melalui pesan teks akan meningkatkan hubungan.
“Teknologi sangat penting dalam sebuah hubungan jika dibandingkan sebelumnya,” ujar Scahade yang meraih gelar PhD dan BYU, Agustus lalu, “Cara pasangan mengirim pesan teks juga akan berpengaruh pada hubungan juga.”
Peserta studi tidak hanya yang sedang menjalani hubungan main-main, sebanyak 38% mengatakan bahwa mereka sedang menjalani hubungan serius, 46% sudah tunangan, dan 16% sudah menikah. Mereka yang terlibat menyelesaikan penilaian yang terdiri dari beberapa pertanyaan tentang penggunaan teknologi dalam sebuah hubungan.
Sekitar 82% peserta, mereka menggunakan pesan teks dengan pasangannya beberapa kali dalam sehari. Pesan teks tersebut tak hanya berupa “I <3 U” atau “Mau makan siang di mana?”
Banyak pasangan menggunakan pesan teks untuk “memelihara hubungan” atau semacam percakapan yang membuat pasangan berada di jalur yang sama. Membiasakan memiliki percakapan seperti itu juga hal yang baik, tetapi SMS juga bisa menjadi hal buruk.
“Reaksi kekecewaan dan kejadian diuji lebih akurat dan cepat melalui saling tatap muka atau bertemu,” ujar Sandberg.
Untuk pria, SMS yang terlalu sering tidak berarti menjadikan hubungan lebih baik. Selain pria lelah mendapatkan SMS, kepuasan akan hubungan yang sedang dijalankan juga akan menjadi buruk ketika mereka memaksakan diri mengirim SMS.
“Kami bertanya-tanya, apakah ini berarti pria menghindari percakapan tatap muka dengan komunikasi melalui pesan teks,” ujar Schade, “Mungkin saat mereka mengakhiri sebuah hubungan, mereka akan lebih sering mengirim SMS karena dengan itulah cara komunikasi paling aman. Kami tak tahu mengapa, hal itu hanya dugaan.”
Kabar baiknya adalah bahwa mengatakan hal manis melalui SMS berguna baik bagi wanita maupun pria. Bahkan, mengirim teks penuh cinta lebih sering akan berdampak pada kepuasan sebuah hubungan daripada hanya menerima satu kali SMS.
Intinya adalah, apabila Anda tidak memiliki percakapan yang baik di SMS, lebih baik Anda tidak mengirimnya sama sekali.