Bagaimana Pria Dan Wanita Bekerja Sama

Sementara pria cenderung untuk menyamakan emosi dengan pasangannya selama proses kerjasama, wanita mungkin memiliki respon yang kebalikannya. Kerjasama sangat penting dalam kesuksesan setiap hubungan, tapi bagaimana pria dan wanita merespon kerjasama secara emosional bisa jadi sangat berbeda, menurut penelitian baru yang dilakukan di University of Arizona (UA).

Ashley Randall, seorang penelitian pasca-doktoral di John & Doris Norton School of Family and Consumer Sciences di College of Agriculture and Life Sciences UA, tertarik untuk meneliti bagaimana emosi pasangan dapat terhubung satu sama lain. Misalnya, jika seseorang pulang kerja dalam mood yang buruk suasana hati pasangannya akan menurun juga, tetapi apa implikasi jangka panjang ini pada hubungan mereka?

Randall bertanya-tanya apakah tindakan kerja sama, sebuah proses hubungan yang menguntungkan, mungkin dapat mempengaruhi hubungan emosional antara pasangan.

“Kerjasama – kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan pasangan, untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan – sangat penting dalam hubungan dua orang, dan saya bertanya-tanya mengenai keterhubungan emosional yang tercipta dari bekerja sama dengan pasangan.” kata Randall.

Apa yang dia temukan dalam studi baru-baru ini – yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships SAGE – bahwa perbedaan karena gender sangat mengejutkan.

Dia dan rekan-rekannya menemukan bahwa selama bekerjasama dengan pasangan, pria biasanya mengalami respon inphase. Artinya, jika wanita dalam hubungan kerja sama tersebut memiliki perasaan lebih positif, pria akan merasa lebih positif juga. Jika sang wanita merasa negatif, sang pria akan merasa negatif.

Sebaliknya, wanita mengalami lebih banyak pola antiphase. Jika pasangannya yang merasa lebih positif, dia akan cenderung merasa negatif, dan sebaliknya.

Literatur psikologi sosial tentang kerjasama menunjukkan bahwa wanita umumnya cenderung untuk bekerja sama lebih, sedangkan pria sering mencoba untuk menghindari konflik. Karenanya, pria mensinkronisasi emosi mereka dengan pasangannya selama kerjasama, dalam upaya untuk menghindari konflik atau mencapai penyelesaian yang cepat, kata Randall.

Pada akhirnya, hasil Randall menunjukkan bahwa perempuan mungkin cenderung berfungsi sebagai penyelaras emosional selama kerjasama.

Randall mendasarkan temuannya pada analisis dari 44 pasangan heteroseksual yang direkam bercakap-cakap tentang gaya hidup mereka dalam hal pola makan dan kesehatan. Para pasangan diminta untuk menonton video dan memberikan respon  tentang bagaimana perasaan mereka secara emosional. Peneliti menganalisis video serta tanggapan peserta.

“Kerjasama adalah sesuatu yang berharga dan penting dalam sebuah hubungan yang sukses, tetapi pria dan wanita memiliki respon yang berbeda,” kata Randall. “Penelitian ini memberikan jalan baru untuk memahami bagaimana emosi seseorang dapat terhubung dengan pasangannya, tapi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan bagaimana pola emosional ini berpengaruh terhadap langgengnya, atau berakhirnya, sebuah hubungan. ”

Sumber: Sciencedaily