Cinta? Entar Aja Deh Tunggu Mau Nikah

“Gue ga minat pacaran, mau fokus studi dan karir dulu.. ntar juga jodoh dateng sendiri!”

Makin ke sini saya makin banyak mendengar orang yang menyatakan itu, khususnya dari kaum wanita. Sebagian karena didikan orangtua yang lebih mementingkan kemapanan dan keamanan hidup. Anda mungkin pernah mendapat rentetan ceramah, “Jangan pacaran dulu, kamu masih SMP!” lalu “Jangan pacaran dulu, tunggu lulus SMA!” lalu “Jangan pacaran dulu, fokus kuliah dong!” lalu “Jangan pacaran dulu, rajin kerja aja, anak orang mau dikasih makan apa?” lalu tiba-tiba ditodong secara tidak adil “Kamu udah tua begini, mau kapan menikah? Jangan ditunda-tundalah!” Kacau.

Banyak orang menyepelekan pentingnya melatih otot-otot romansa semenjak dini, sehingga akhirnya mereka tiba di ‘usia matang’ tanpa disertai kematangan untuk mengelola percintaan. Dalam tabel Hierarchy Of Needs, Abraham Maslow memasukkan keintiman cinta ke dalam kebutuhan sosial yang wajib terpenuhi dalam proses pertumbuhan seorang manusia. Jika Anda tidak mau memenuhinya -baik karena malas ataupun karena tidak mampu- itu jelas akan berdampak negatif pada kehidupan Anda.

Sekolah cinta hari ini sederhana saja: saya ingin mencuci otak Anda yang selama ini terbiasa menyepelekan isu percintaan. Percintaan itu sama pentingnya dengan studi, karir, keluarga, hobi, pergaulan, dan bidang-bidang hidup lainnya. Malah jika dilakukan dengan baik dan benar, hubungan cinta bisa memberikan banyak sekali dampak positif dalam hidup Anda. Simak baik-baik penjelasannya sebagai berikut.

MENGENALI DIRI SENDIRI

“Pacaran adalah waktu untuk mengenali pasangan!” kata banyak orang. Kotoran banteng! Mengenali pasangan seharusnya terjadi saat PDKT karena disitulah Anda harus melihat seluruh potensi dia dibandingkan gebetan-gebetan lain yang berbaris di sampingnya. Dalam kelas HitmanSystem.com, saya selalu menjelaskan bagaimana pacaran adalah waktu untuk lebih mengenali diri sendiri. Saat pacaran, Anda biasanya akan terkejut menyadari bahwa Anda tidak secerdas, sedewasa, sehebat yang Anda pikirkan sebelumnya.

Anda jadi sadar Anda payah mengelola emosi. Anda jadi sadar akan kemanjaan dan ketergantungan Anda. Anda jadi sadar Anda punya banyak ketakutan dan kenegatifan. Anda jadi sadar Anda suka malas dalam berkomunikasi. Anda jadi sadar ini-itu. Dan agar hubungan bisa terus jalan, Anda harus mendorong diri untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan itu. Dalam penelitian Andrew Collins yang berjudul The Developmental Significance of Romantic Relationships, orang yang bertahan dalam hubungan cinta lebih dari 9 bulan dilaporkan memiliki perilaku yang tidak lagi emosional konfrontatif, lebih terbiasa positif terhadap orang lain, dan lebih mampu bernegosiasi.

Jika pacaran adalah untuk mengenali diri, pernikahan adalah untuk mengasah diri jauh lebih tajam lagi. Bayangkan hubungan cinta sebagai tempat indah untuk bermain bahagia, sekaligus gym untuk berolahraga. Latihan mental dan kemampuan dalam mengelola drama hubungan cinta pastinya akan sangat membantu Anda menghadapi berbagai drama kehidupan lainnya di kampus, kantor, dsb.

MELIPATGANDAKAN KEHIDUPAN

Percintaan punya efek pelipatgandaan. Artinya jika Anda sudah bahagia, kehadiran pasangan pasti memberikan Anda lebih banyak alasan untuk bahagia. Jika Anda sudah sukses, pasangan pasti bisa mendorong Anda melompat lebih tinggi lagi. Pasangan adalah partner atau rekan kerja, jadi hubungan itu akan membuat Anda lebih bergairah bekerja cerdas dalam hidup.

Hubungan cinta yang baik juga sewajarnya mendorong Anda pada lingkungan pergaulan yang lebih luas. Paling minimal, Anda jadi terbiasa bergaul dengan sahabat atau komunitas pasangan Anda. Bertambahnya pertemanan demikian seringkali berarti bertambahnya kesempatan untuk mengembangkan karir. Bertambahnya pertemanan juga berarti bertambah banyaknya kehangatan simpati dan support yang siap membanjiri ketika Anda sedang down. “The more, the merrier!” demikian kata orang bule.

Constantine Sedikides menulis dalam penelitiannya, Perceived Benefits and Costs of Romantic Relationships, bahwa hubungan cinta akan melipatgandakan rasa keamanan, keceriaan, keyakinan mencintai-dicintai, dan keintiman dalam hidup sehari-hari. Pada saat yang sama, hubungan cinta juga melipatgandakan tekanan dan kekhawatiran, pengorbanan diri, serta jumlah konflik. Kombinasi keduanya akan membuat kehidupan lebih megah meriah ketika digambarkan dalam buku otobiografi ataupun film biografi diri Anda suatu saat nanti.

MENYEHATKAN FISIK DAN MENTAL

Penelitian berjudul Love And Its Effect On Mental And Physical Health yang dilakukan Jane Traupmann menemukan bahwa kualitas hubungan cinta terhubung dengan tiga faktor: Passionate Love, Companionate Love, dan Sexual Satisfaction. Jika ketiga hal itu dipenuhi, maka bukan saja hubungannya berjalan indah sentosa, tapi kedua orang yang terlibat di dalamnya juga jadi sehat secara fisik dan batin. Bahkan sebuah buku lain, Why Married People Are Happier, Healthier, and Better off Financially, menjelaskan ratusan data tentang mengapa kaum lajang banyak mengalami ‘kerugian’ dibanding kaum yang memiliki pasangan.

Berikut saya kutip beberapa data saja:

Demi Tuhan, percintaan itu bukan saja membahagiakan tapi juga sangat menyehatkan. Mungkin itu sebabnya juga banyak pria-wanita lajang terlihat begitu letih labil, lesu madesu, dan rentan terhadap penyakit galau. Maslow juga mengkategorikan keintiman sebagai D-Needs alias Deficiency Needs yang berarti manusia cenderung merasa cacat, lemah, atau kekurangan jika tidak memiliki pasangan intim.

Percintaan adalah bagian penting dalam hidup yang perlu Anda sediakan waktu dan kelola sebaik mungkin. Itu sebabnya saya menciptakan Hitman System sebagai sekolah cinta yang mengedukasi banyak orang agar bisa menciptakan hubungan cinta yang baik.

Sampai jumpa nanti di kelas-kelas cinta berikutnya!