Membongkar Statistik Perselingkuhan

Menurut statistik tahun 2005, 1 dari 10 keluarga yang bercerai disebabkan oleh alasan selingkuh. Penelitian lain yang dilakukan Dr. Boyke menyebutkan bahwa terdapat 4 dari 5 pria melakukan perselingkuhan serta perbandingan selingkuh pria dan wanita berbanding 5:2. Jadi pria memang lebih brengsek dari wanita. Benarkah?

Selama ini saya sering mendengar stereotip tentang pria sebagai pihak yang lebih dikendalikan oleh nafsu sehingga cenderung lebih sering berselingkuh dibanding wanita. Hal itu ditambah lagi dengan kutipan populer bahwa pria berpikir tentang seks setiap selang tiga menit. The Janus Report on Sexual Behavior mencatat jumlah 35% pria (1 dari 3) mengakui pernah selingkuh dari kekasihnya, sementara wanita yang selingkuh hanya 26% (1 dari 4).

Tapi menurut saya pribadi, pria dan wanita memiliki rasio yang kurang lebih seimbang dalam hal nafsu, seksualitas, dan perselingkuhan. Pandangan saya itu sepertinya sejalan dengan Dr. Helen Fisher, seorang profesor antropolog di Rutgers University, yang menganggap stereotip perbedaan rasio selingkuh pria-wanita sebenarnya ilusi belaka, “Men want to think women don’t cheat, and women want men to think they don’t cheat, and therefore the sexes have been playing a little psychological game with each other.”

Saya sama sekali tidak sedang berusaha sok netral, karena jika diperhatikan baik-baik, pendapat saya di atas agak lebih memberatkan timbangan pada sisi kaum wanita. Jika berbicara tentang pengalaman dan petualangan seksual, pria cenderung membesar-besarkan prestasinya dan persis sebaliknya dilakukan oleh wanita. Itu artinya pria sebenarnya tidak seliar yang dia tampilkan dan wanita tidak sealim yang orang pikirkan.

Dan kalaupun pria ternyata seliar yang mereka berusaha tampilkan, setidaknya mereka jujur dan menyadari hal itu, dibandingkan dengan manipulasi yang biasa dilakukan oleh kaum wanita seperti yang dikisahkan oleh Ohio University dalam Journal of Sex Research.

Sekelompok wanita diminta untuk melakukan tiga buah survei tentang keaktifan kehidupan seksual mereka. Survei pertama dilakukan secara privasi penuh, anonim alias tidak perlu memberikan identitas pada lembar kertasnya. Pada survei kedua mereka diminta untuk menyerahkan secara pribadi lembar kertas tersebut untuk dibaca oleh seorang peneliti survei. Dan pada survei ketiga, mereka diminta mengisi lembar sambil dipasangkan kepada mesin pendeteksi kebohongan.

Hasil yang didapat ternyata berbeda-beda. Para wanita tersebut mengaku rata-rata memiliki 3.4 orang kekasih pada survei pertama, memiliki 2.6 orang kekasih pada survei kedua (yang mereka harus menyerahkan sendiri lembarannya sehingga identitas diketahui), dan memiliki 4.4 orang kekasih pada survei ketiga.

“The number of sexual partners a woman reported nearly doubled when women thought they were hooked up to a lie detector machine. Women are more likely than men to lie about their sex lives. They change their answers depending on whether or not they believe they will be caught out not telling the truth.”

Saya berhasil menemukan penelitian serupa yang dilakukan tim peneliti dari University of Colorado yang menyurvei 4884 married women. Mereka menggunakan dua jenis metode: wawancara tatap muka dan kuesioner anonim via komputer. Dalam interview, hanya 1% wanita yang mengaku selingkuh dari suaminya pada tahun yang bersangkutan, sementara pada kuesioner komputer, tercatat angka lebih dari 6%.

Saya masih ingat dialog Steve Stifler di film American Pie 2 beberapa tahun lampau, “When a girl tells you how many guys she’s slept with, multiply it by three and that’s the real number. If a guy tells you how many girls he’s hooked up with, it’s not even close to that. You take that number and divide it by three and then you get the real total.” Melihat hasil penelitian Ohio University itu, seperti ucapan Stifler itu bukan sekedar guyonan belaka.

Seandainya Anda masih belum cukup terguncang hari ini, saya ingatkan sesuatu lagi: itu semua adalah hasil penelitian di Amerika Serikat yang notabene liberal, memiliki ikatan norma dan tekanan sosial yang lebih lapang seputar seksualitas!

Apalagi di Indonesia yang begitu erat dan ketat ini? Menurut Anda, jika wanita Amrik saja menutupi data perselingkuhan mereka sejauh 50%, kira-kira wanita Indonesia akan menutupi hingga seberapa lebih jauh lagi?