Mencintai adalah pilihan? Bagaimana dengan jatuh cinta pada pandangan pertama? Bagaimana kalau tanpa alasan, kamu tiba-tiba jatuh cinta? Bukankah seperti itu gambaran cinta sejati? Seolah dipertemukan takdir, kamu merasa nyaman, lalu tanpa ragu kamu menyatakan cinta padanya. Tetapi, setelah beberapa lama, rasa itu memudar, dan tidak sering cintamu bersamanya berakhir dengan pahit.
Di sinilah letak kesalahannya. Karena media dan masyarakat sudah terbiasa menganggap cinta yang romantis adalah kesempurnaan tertinggi dan bentuk perasaan yang paling murni, kamu jadi tidak sadar bahwa cinta tetap membutuhkan usaha dan kerja keras.
Ketika kamu mengalami jatuh cinta, pikiran dan perasaanmu bisa memanipulasimu untuk melakukan apa saja. Jika kamu tidak bisa mengontrolnya, maka cinta yang kamu miliki akan berubah jadi tidak sehat. Kalau kamu ingin memiliki hubungan sehat, kamu harus mau menyingkirkan egomu dan berusaha melakukan yang terbaik demi hubungan.
Kesulitan, konflik, dan pertengkaran akan memberikan kenangan yang buruk dalam hubungan. Kenangan buruk serta rasa sakit hati akan mempengaruhimu dalam membuat keputusan. Banyak yang mengatakan bahwa keputusan yang mereka ambil dalam konflik tidak dapat mereka kendalikan atau disebabkan oleh tidak adanya pilihan lagi. Ditambah dengan ekpektasi cinta yang tidak realistis, kamu akan mendapatkan resep hubungan yang tidak akan pernah bahagia.
Maka dari itu, sadarlah bahwa ketika kamu jatuh cinta pada pasangan dan membuat si dia menjadi pasanganmu, itu adalah pilihanmu. Semua apa yang kamu lakukan dalam hubungan —baik atau pun buruk—adalah pilihanmu juga. Kamu tidak akan bisa menemukan cinta sejati dalam diri orang lain. Cinta sejati haruslah diusahakan dengan membuat pilihan-pilihan terbaik bersama pasangan. We don’t get to choose people we love, but we still have the choice to make it work or not.