Bayangkan adegan ini. Anda melihat sepasang kekasih sedang bertengkar di muka umum. Mereka saling berteriak satu sama lain, saling memaki, dan menunjuk-nunjuk. Setelah sekian lama melakukan hal tersebut, si wanita menampar pria, lalu menendang kelaminnya hingga ia jatuh tersungkur. Wanita tersebut melangkah pergi diiringi riuh tepuk tangan dari orang-orang yang menonton, sementara sang pria berguling di tanah kesakitan tanpa ada yang menolong.
Keesokan harinya, kisah itu masuk koran nasional di Hong Kong. Sebelum pertengkaran itu terjadi, wanita tersebut meninggalkan bayinya sendirian di rumah untuk pergi berpesta dengan teman-temannya. Suaminya pergi menjemputnya namun ia menolak untuk pulang lalu mereka bertengkar di jalan.
Kemarin, saya menemukan video ini di Youtube:
Secara kebetulan, adegan di atas juga terjadi di Hong Kong.
Beberapa saat setelah menontonnya, saya mengepostnya di timeline @hitmansystem dan bertanya tentang pendapat follower mengenai hal tersebut. Jawabannya beragam sekali, tapi polanya sama seperti yang saya sudah duga. Berikut ini adalah contoh respon yang saya baca:
- Cowok nggak guna, potong aja <Anda tahu apa>!
- Cowok nggak punya harga diri!
- Itu cowok apa banci?
- Cowok stupid!
- Cowok bego!
- Cowok itu feminim banget, menyedihkan!
Dan sebagainya. Apakah Anda punya pendapat yang sama? Anda mungkin bertanya-tanya, apakah ada yang membahas wanitanya? Ada beberapa, tapi tidak sebanyak komentar soal si pria. Itupun sebatas, “Ceweknya stress” atau “Ceweknya jelek.”
Bila Anda membaca subtitles dalam video tersebut dengan seksama, Anda akan melihat bahwa pria tersebut bersikeras tidak melakukan apa yang wanita tersebut tuduhkan. Bahkan memberikan pembelaan yang melibatkan si wanita ala “kamu sendiri kan yang bilang kalo nggak papa.” Tapi wanita tersebut sama sekali tidak membahasnya dan tetap menamparnya sementara kerumunan yang menonton meneriakkan dukungan untuk si pria.
Ya, kerumunan yang menonton mendukung si pria.
Nah sekarang bayangkan bila posisinya terbalik. Bila wanita tersebut duduk memohon, sementara prianya menamparinya di muka umum. Apakah kira-kira komentarnya juga akan terbalik, mengomentari kebodohan dan harga diri wanitanya? Apakah akan sedikit sekali komentar yang berkata, “Cowoknya stress” atau “Cowoknya jelek”?
Bila pria selingkuh, maka dia bajingan. Bila wanita selingkuh, berarti prianya tidak mampu menjaganya. Bila sepasang kekasih bertengkar di restoran lalu wanita menamparnya, pria itu pasti melakukan kesalahan. Bila pria yang menampar, pria itu berhak dihajar beramai-ramai. Itulah yang terjadi dalam dunia romansa kita. Bahwa pria selalu salah dan berhak menerima hukuman. Jangankan wanita, pria sendiri pun menyalahkan sesama pria. Anda sendiri pun mungkin sudah pernah melakukannya. Anda mungkin baru saja melakukannya beberapa menit yang lalu saat menonton video tadi.
Ini adalah bahan perenungan yang menarik untuk kita semua. Bila Anda adalah pria, tidak perduli bagaimana seorang wanita menyakiti hati Anda dengan keji, jangan pernah menamparnya. Karena Anda akan disalahkan, dihajar beramai-ramai, dan disuruh memotong <Anda tahu apa>. Anda dituntut untuk kalem, dewasa, tenang, dan pasrah menerima cibiran dan tawa dari orang-orang yang berkerumun di sekitar Anda, saat pacar Anda yang selingkuh menyiram Anda dengan minumannya.
Bagaimana dengan Anda? Apakah punya komentar? Yuk sampaikan dan diskusikan pendapat Anda di link ini bersama pembaca kelascinta lainnya..