Sebelum Memulai Pacaran Beda Agama

Selama jadi staff di Hitman System, saya sudah menerima & menjawab segunung pertanyaan seputar pacaran beda agama. Ada yang sudah tujuh tahun (ini paling lama yang sudah saya jawab), ada yang batal menikah, ada yang sudah tunangan, sementara di TV-TV pasangan artis beda agama berguguran. Mungkin kamu sendiri pun kenal orang atau keluarga yang punya pengalaman sama, baik berending buruk ataupun baik.

Bila kamu hendak membeli mobil, sudah sebuah logika yang sangat sederhana tentu saja kamu harus tahu dasar-dasar mengendarai sebuah mobil. Minimal sudah positif akan belajar naik mobil. Relationship juga sama, pacaran juga begitu. Bila kamu hendak jadian dengan orang cuek, kamu HARUS TAHU dulu bagaimana cara merespon sifat cuek tanpa menuntut perhatiannya. Bila kamu hendak jadian dengan orang egois, kamu HARUS TAHU dulu bagaimana hidup dengan keegoisannya.

Dengan logika yang sama, bila kamu masuk dalam pacaran beda agama, kamu harus tahu dulu bagaimana mengatasi konflik dan masalah yang muncul karena pacaran beda agama. Contoh yang paling mendasar, kamu harus tahu dulu bagaimana meyakinkan keluarga kamu DAN keluarga pasangan untuk bisa terima hubungan kalian. Kamu harus tahu dulu bagaimana peraturan dan kondisi pernikahan beda agama di mata masyarakat kolot Indonesia (yang akan jadi tetangga kalian). Kamu harus tahu dulu apakah dia yang akan masuk agama kamu, atau kamu masuk agama dia, atau tetap dengan agama masing-masing dan konsekuensi dari masing-masing pilihan tersebut. Kamu harus tahu dulu kisah-kisah hubungan beda agama baik yang berakhir manis maupun yang berakhir buruk. Dan semua hal ini, harus kamu ketahui sebelum masuk ke dalam sebuah pacaran beda agama.

Jadi sangat aneh sekali bila setelah 7 tahun berjalan, atau bahkan hampir menikah, kalian baru menyadari bahwa kalian tidak tahu bagaimana mengatasi konflik pacaran beda agama. Setelah tujuh tahun memiliki mobil, kamu baru sadar bahwa ternyata kamu tidak tahu apa-apa tentang mobil dan seharusnya beli motor saja! Bagian paling ironisnya adalah kamu sudah tahu sejak detik pertama, tapi kamu lebih memilih menutup mata dan memilih kebahagiaan sementara. Kebahagiaan sementara yang dibayar dengan air mata dan 7 tahun waktu sia-sia.

Tujuan utama sebuah relationship adalah untuk menguji kecocokan jangka panjang. Bila kamu cuma sekadar hepi-hepi ntar juga putus, ya itu hak kamu sepenuhnya. Tapi bila kamu ingin relationship yang berlangsung panjang, bahkan selamanya, semua itu harus sudah kamu persiapkan sejak dari detik pertama PDKT, bukan tujuh tahun setelah jadian. Mengutip tweet @hitmansystem kemarin:


Tidak perlu tunggu tujuh tahun untuk tahu jawabannya kan? =]


“Nggak juga ah™, kalo beli mobil tapi nggak bisa naik mobil kan bisa sewa supir.”

Supir (Pengacara): Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?