Siapa pun pasti memiliki sisi gelap sebelum kemudian tercerahkan. Karena dari kegagalanlah orang belajar memperbaiki diri. Tentu saja, perbaikan tersebut harus diimbangi dengan keinginan, usaha, kerja sama dengan orang dan sumber inspirasi yang tepat. Karena, jika Kamu salah memilih sumber inspirasi yang mendorongmu untung keluar dari lingkaran setan tersebut alih-alih jadi lebih baik, Kamu malah semakin tersesat.
Aku dikenal smart, meski memiliki kekurangan fisik yang cukup fatal karena tidak bisa diubah, mereka mengenalku sebagai pribadi yang percaya diri. Padahal aku yang dulu tetap kurang nyaman ketika orang menanyai detail penyebab kekurangan ini. Itu karena, saat itu aku masih memiliki setitik minder. Keminderan itu berimbas pada hubunganku.
Saat aku menginjak usia 18 tahun, aku sedang menjalin hubungan dengan pria. Lalu, di sinilah kegilaan itu bermula…
1. Aku Tidak Tahu Apa itu Kerja Sama
Dari awal hubungan terjalin, aku tidak mengerti bagaimana caranya kerja sama dengan pasangan. Aku berusaha keras memberikan yang terbaik. Aku berinvestasi emosi dan perasaan terhadapnya. Meski, pada kenyataannya aku tidak mendapatkan apa yang aku harapkan.
Beberapa kali aku dicampakan. Tapi, karena keminderan itu dan rasa takut gagal menemukan yang lebih baik lagi aku justru menyalahi diri sendiri. Aku berpikir keras, apa yang kurang? Aku sama sekali tidak sadar kalau kesalahan sepenuhnya bukan hanya dariku.
2. Kita Kembali dan Mengulang Kesalahan yang Sama
Di hari ulang tahunnya pada 2010, aku bersama temannya dan juga temannku mendatangi rumah si dia untuk memberi surprise dengan posisi masih putus. Tentu saja, hal ini membuatnya luluh dan kembali ke pelukanku.
Namun, kita lagi-lagi terjun di jurang yang sama. Minimnya komunikasi menimbulkan salah paham. Ketika ingin kubicarakan, ia menghindar. Ia hanya minta maaf tanpa penyelesaian dan solusi. Ia seolah hanya ‘membenarkan’ aku dengan meminta maaf tapi sama sekali tidak ingin bersama-sama memperbaikinya. Aku tahu ini buruk, tapi dengan kebodohanku saat itu aku masih saja mempertahankannya.
3. Jalan Tanpa Arah
Tidak adanya kerja sama di antara kita, membuat hubungan tersebut sangat berantakan. Semuanya berjalan tanpa arah. Aku pun sama sekali tidak tahu tujuan hubungan ini. Jangan pernah percaya ungkapan “Let it flow, aja!” karena sesungguhnya itu adalah omong kosong.
Aku ingin hubungan ini memiliki masa depan yang jelas. Namun, ia hanya mengabari seperlunya. Aku ingin bicara, ia menghindar dan selalu mengeluh “capek”, “pusing”, dan “puyeng”.
Tentu ini bukan hanya kesalahannya. Ini juga kesalahanku yang telah membiarkan diriku sendiri terjebak dalam hubungan ini selama 3 tahun lamanya. Aku hanya berinvestasi padanya tapi aku jarang sekali mengapresiasi diri sendiri. Aku terlalu naif memberi cinta padanya, sedangkan aku tidak mencintai dan menghargai diri sendiri. Karena jika aku menghargai dan saying dengan diri sendiri, pastinya aku tidak akan terjebak dalam hubungan yang alot ini.
Akhirnya aku pun melepasnya. Aku mengorek-ngorek kesalahan apa saja yang telah aku lakukan hingga aku sangat tidak bahagia seperti ini. Lalu, aku menemukan twitter @hitmansystem dan aku menyadari apa kesalahan hubunganku selama ini.
4. Hubungan Baru, Aturan Baru
Aku tak ingin tergelincir ke palung yang sama. Setelah paham betapa pentingnya kerja sama dalam hubungan baik secara investasi maupun sikap dan prilaku, aku pun mengaplikasikan pada hubunganku yang sekarang. Aku meminta Ia mengutarakan apa yang Ia inginkan, dan begitu pun denganku.
Kami membicarakan aturan-aturan dan hukuman yang harus dipatuhi tanpa melanggar kebebasan masing-masing. Tentu saja, aturan-aturan tersebut tidak berdiri kaku karena manusia pasti berubah. Kami pun mengamandemen aturan itu secara berkala dan kami sama-sama bahagia.
Sekarang hubunganku dengan pasangan telah menginjak usia 4 tahun. Kini aku menyadari bahwa, tanpa kerja sama, hubungan akan binasa. Salah satu yang paling banyak berkorban akan merasa kelelahan di akhir. Hubungan tidak sehat itu akan menciptakan bom waktu yang siap meledak saat kapasitas pertahanannya sudah tidak mencukupi lagi. Segalanya mesti seimbang dan saling menopang. Kita harus berjalan saling berangkulan, bukan saling seret-menyeret.