Cinta seharusnya membahagiakan kamu, bukannya menyengsarakan kamu. Ketika kamu merasa depresi karena cinta, artinya kamu tidak lagi merasakan cinta. Dan kamu harus segera meninggalkan orang atau lingkungan yang membuatmu tidak lagi merasa dicintai.
Akan tetapi, meninggalkan sesuatu yang tidak baik untuk kita sering kali sangat sulit untuk dilakukan. Akibatnya, depresi karena cinta menyebabkan banyak orang nekat melakukan hal-hal yang melukai dirinya sendiri, seperti bunuh diri.
Tolong ingat ya: menyakiti diri bukanlah solusi, karena justru menambah rasa derita kepada orang-orang yang dekat denganmu.
Mengapa cinta yang semestinya membahagiakan bisa terasa menyakitkan? Karena kamu didera berbagai tekanan secara terus menerus.
Tekanan seperti apa yang dimaksud? Berikut ini adalah 9 masalah yang menyebabkan kamu terjebak depresi karena cinta.
1. Tekanan Dari Luar
Dalam sehari, berapa kali kamu menerima doktrin dari media yang menekankan bahwa kalau tidak segera punya pasangan dan menikah, kamu orang gagal? Pada usiamu saat ini, sudah berapa kali teman-teman kamu menyuruh kamu menikah, padahal kamu masih ingin menikmati masa lajang?
Meski semua itu terkesan seperti gurauan biasa, namun bisa membuat siapa saja stres berkepanjangan. Padahal memiliki kehidupan cinta yang sukses tidak selamanya harus menikah atau memiliki pasangan. Semestinya semua orang berhak menentukan sendiri kapan mereka ingin memiliki pasangan atau tidak tanpa paksaan orang lain atau doktrin dari luar.
2. Tekanan Ekonomi dan Masalah Lainnya
Tidak punya penghasilan? Nikah saja!
Hidup kamu susah? Nikah saja!
Hubungan kamu dengan pasangan berantakan? Nikah saja!
Nikah sebagai penyelesaian masalah ekonomi atau pelarian lainnya mungkin membuat kamu bahagia hanya untuk sesaat. Namun, selama sisa hidupmu, kamu akan menderita berkepanjangan. Jika dari awal kamu sudah tidak sanggup membiayai diri sendiri, bagaimana kamu bisa membiayai hidup kamu bersama pasangan dan keluarga kamu kelak? Cinta yang sehat dapat dimiliki apabila kamu punya kesadaran bahwa untuk membina hubungan kamu harus memiliki kestabilan finansial terlebih dulu.
3. Tekanan Dari Keluarga
Meski kamu sudah menikah pun, pasti ada saja tekanan dari keluarga. Baik dari mertua, ipar, dan anggota keluarga lainnya. Kamu terlalu sibuk menyenangkan hati semua keluargamu sampai-sampai kamu lupa menyenangkan diri sendiri dan melakukan apa yang terbaik untukmu dan pasangan.
Tuntutan dari orang lain tidak akan pernah ada habisnya dan hanya membuat kamu depresi. Yang bisa kamu lakukan adalah melakukan yang terbaik untuk kamu dan pasangan. Keluarga boleh memberi saran dan masukan, akan tetapi, jangan biarkan mereka ikut campur dalam urusan rumah tangga kamu.
4. Memiliki Pasangan yang Tidak Tepat
Banyak orang bilang, memiliki pasangan tidak harus jatuh cinta. Cinta bisa datang seiring waktu berjalan. Namun, memiliki pasangan yang tidak kompatibel denganmu dapat menyebabkan depresi parah dalam hubungan. Misalnya, ketidakcocokan sifat dapat menciptakan konflik berkepanjangan dalam hubungan. Terkadang ada kalanya kamu tidak bisa menghadapi kekurangan seseorang karena dia tidak kompatibel dengan karakter kamu.
Oleh karena itulah, alangkah baiknya kamu mengenal pasangan terlebih dulu sebelum kamu berniat menjalin komitmen yang lebih serius dengannya. Setelah kamu menemukan ketidakcocokan, kamu bisa memutuskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya sebelum terlambat.
5. Kamu atau Pasangan Belum Dewasa
Ketidakdewasaan sangat berpengaruh terhadap kualitas hubungan. Kamu akan sangat stres menghadapi sikap kekanakan pasangan yang sulit diajak bekerja sama menghadapi konflik hubungan. Kedewasaan sangatlah dibutuhkan dalam hubungan karena tidak hanya untuk mengatasi konflik, tetapi juga untuk membangun visi misi bersama. Jika pasangan tidak bisa diajak bersikap dewasa untuk membangun masa depan, kamu akan depresi karena terjebak hubungan yang itu-itu saja dan melelahkan.
6. Minimnya Pengalaman Romansa
Menjalani hubungan dengan komitmen panjang sangatlah besar tanggung jawabnya. Sama seperti bekerja di kantor, kamu tidak akan bisa mendapatkan jabatan tinggi di kantor tanpa ilmu dan pengalaman yang cukup. Jika kamu menjalani pernikahan tanpa ada ilmu dan pengalaman yang memadai, sudah bisa ditebak masalah akan menghantui dan meretakkan rumah tangga kamu.
7. Karena Kamu Sudah Ngebet Nikah
Nikah yang disebabkan oleh ambisi atau karena ngebet, selalu berakhir tragis karena kamu sama sekali tidak memiliki persiapan yang memadai. Di samping itu, semakin buru-buru kamu menikah, risiko bercerai juga meningkat. Menikah karena ngebet biasanya pun tidak didasari karena cinta dan merasa kompatibel dengan pasangan, melainkan karena ekspektasi kamu yang terlalu tinggi dalam pernikahan (dan tentunya ekspektasi yang hancur akan membuat kamu depresi saat kamu menjalani rumah tangga yang sesungguhnya).
8. Karena Paksaan Orang Tua
Ditekan orang tua untuk segera menikah pada jangka waktu tertentu dapat membuat kamu stres antara ingin menyenangkan mereka tetapi kamu belum siap menikah atau tidak cocok dengan pilihan orang tua kamu. Jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan bersikap tegas pada orang tua kamu atau melakukan kompromi yang bisa menguntungkan kedua pihak.
Dalam setiap hubungan, selalu ada masalah dan tekanan. Namun seharusnya kamu dan pasangan memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar masalah-masalah itu bisa dihadapi bersama. Ingat ya, hubungan harusnya membuat kamu makin kuat, bukannya makin gawat.
Jika kamu kewalahan dengan banyak tekanan seperti itu, bahkan mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan segan meminta bantuan profesional. Untuk urusan percintaan, silakan klik KONSULTASI dengan Coach Lex. Untuk urusan kejiwaan, silakan google psikolog atau praktisi kesehatan jiwa profesional lainnya.