Banyak yang menghindari pernikahan karena kehidupan rumah tangga itu sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Sebagian percaya bahwa menjalani kehidupan setelah menikah jauh lebih susah ketimbang sebelumnya, berpacaran atau single. Bagi mereka yang meyakini hal tersebut, akan berujung pada
Menurut sebuah penelitian terbaru, pernikahan yang penuh dengan drama akan sangat mempengaruhi sistem kardiovaskular. istri stres berpotensi menyebabkan penyakit jantung pada suaminya.
Penelitian ini menilai 356 pasangan menikah dan pasangan yang tinggal berdua tapi nggak menikah, dari segi psikososial dan gelombang biomeasure antara 2006 sampai 2010. Penelitian tersebut melihat dari kualitas hubungan, stres, dan tekanan darah dari waktu ke waktu.
Para suami cenderung mendapatkan tekanan darah tinggi ketika istri-istri mereka mengalami stres. Hubungan antara gelaja-gejala ini dengan kualitas penikahan sangatlah kuat sehingga pernikahan yang buruk dapat diprediksikan akan menyebabkan masalah kesehatan.
Lalu, mengapa para suami dapat merespon stres dari pasangannya? Penyebab adalah karena mereka sensitif.
“Kami kagum terutama mengetahui bahwa para suami sangat sensitif terhadap stres yang dialami oleh istri mereka, dibanding kebalikannya, khususnya mengingat semua pekerjaan yang menunjukkan bahwa para istri lebih dipengaruhi oleh ikatan pernikahan. Kami berspekulasi bahwa dari penelitian ini terungkap istri nggak bisa memberikan dukungan pada suami—yang sangat bergantung pada mereka—ketika sedang stres,” ujar penulis penelitian, Kira S. Birditt.
Jika memang benar telah dibuktikan lewat ilmiah, tentunya jangan sampai perilaku para pria membuat istri mengalami stres. Sebab, stres yang dialami oleh pasangan akan berpotensi menyebabkan suami sakit, yakni terkena sakit jantung. Jadi, apabila istri nggak stres, potensi suami terkena penyakit jantung akan berkurang. Boleh jadi, memang benar adanya pepatah, “Happy wife, happy life” atau istri bahagia akan membuat kehidupan bahagia.
Mungkinkah pasangan menikah membutuhkan kelas yoga bersama? Hmm, mengapa nggak?