Wanita memang manusia yang tidak sedangkal dan sesederhana pria. Sialnya pria tercipta sebagai sosok yang gemar menganalisis hal yang menarik bagi mereka, tidak terkecuali tentang wanita.
Seperti kita ketahui, di luar sana banyak informasi dan ilmu yang bertebaran baik secara gratis maupun berbayar yang isinya mengajarkan pria untuk memahami wanita. Baik itu tentang memahami komunikasinya, klasifikasi yang spesifik mengenai tipe-tipe wanita, hingga panduan bagaimana cara berinteraksi dengan tipe wanita tertentu saja. Keseluruhan tips itu tujuannya satu, agar pria bisa mendapatkan hati satu wanita yang mereka idamkan.
Bagi pria, itu seperti menemukan buku mantra yang memampukan mereka menggenggam secuil dunia (kan cuma satu wanita).
“Apakah mempelajari tipe-tipe wanita itu penting?”
Berikut saya berikan analogi sederhananya.
1. Seorang petani memiliki sebuah ladang yang punya tingkat kesuburan biasa-biasa saja. Musim pertama ia ingin panen tomat. Maka ia mengatur komposisi pupuk & air yang digunakan, tingkat kegemburan dan kehangatan tanah, dan intensitas cahaya mataharinya agar tomat tumbuh subur di ladangnya itu.
Di musim kedua ia ingin panen jagung, ia rombak lagi dari nol. Mengatur komposisi pupuk-air-tingkat kegemburan tanah-kehangatan tanah-intensitas cahaya matahari di ladangnya agar menjadi ladang yang subur bagi jagung untuk tumbuh.
Di musim ketiga ia ingin panen anggur, ia rombak lagi dari nol. ladangnya sesuai habitat di mana tanaman anggur bisa tumbuh subur.
Musim berikutnya ia ingin panen tanaman lain, maka ia perlu rombak lagi ladangnya. Dan seterusnya. Semua usahanya untuk ladang sebelumnya tidak terpakai sama sekali untuk tanaman berikutnya.
2. Seorang petani memiliki ladang yang amat subur. Dengan kata lain, kesuburan tanahnya baik untuk berbagai jenis tanaman agar dapat tumbuh subur di sana, tanpa perlu melakukan banyak perubahan bila hendak mengganti tanaman. Ia tidak perlu mengingat komposisi ladang apapun untuk masing-masing tanaman tersebut. Dan ia tidak perlu merombak ladangnya berkali-kali menyesuaikan karakteristik tanaman yang ingin ia panen. Tinggal tanam, subur.
Nah, petani manakah yang lebih mudah bercocok tanam?
Petani itu adalah perwujudan pria, tanaman adalah perwujudan wanita, dan ladang adalah perwujudan pribadi yang ingin kita tampilkan.
Jika Anda memilih untuk menjadi petani yang pertama, secara tidak sadar Anda dibuat untuk fokus pada orang lain, bukan pada diri Anda.
“Gimana cara deketin cewek tipe sanguinis?”
“Gimana cara deketin cewek tipe melankolis?”
“Gimana cara deketin cewek tipe kholeris?”
“Gimana cara deketin cewek tipe phlegmatis?”
Anda berusaha menjadi menarik di mata satu wanita. Anda menjadi pria yang berusaha untuk mendapatkan satu wanita dengan berbagai usaha yang harus Anda ingat dan terapkan. Dan saat Anda gagal mendekatinya, Anda harus mengulang semuanya dari nol saat mendekati wanita berikutnya, karena semua usaha Anda untuk seorang wanita jelas tidak ada gunanya untuk wanita lain.
Petani yang kedua berprinsip be your best self, fokus pada membuat kualitas diri sendiri menjadi menarik. Fokus dirinya adalah membuat diri menarik, agar banyak, bukan satu, tapi banyak wanita tertarik! Bila ia mendapatkan penolakan, semua usaha yang dia berikan pada dirinya masih ada dan melekat pada dirinya dan bisa digunakan untuk mendekati wanita lainnya.
Bila Anda memperhatikan wanita, Anda akan melihat bahwa wanita sama sekali tidak belajar tentang tipe-tipe pria untuk membuat pria tertarik. Wanita hanya perlu memberi perhatian pada dirinya, fokus membuat dirinya menarik, dan Anda berbondong-bondong mengantri bersama pria-pria lainnya. Wanita sama sekali tidak mau tahu menahu Anda adalah pria tipe apa. Itulah hal yang seharusnya Anda lakukan pada diri Anda.
Sampai titik ini, Anda tentu sudah melihat cara mana yang lebih cerdas dan bijak. Anda tentu sudah melihat ke mana semua usaha Anda seharusnya tertuang. Pada wanita, atau pada diri Anda?