Feminisme = Emansipasi = Setara?

Di masa awal pencetusan emansipasi wanita, R.A Kartini tersenyum lebar. Sebab ia mampu memperjuangkan kesetaraan hak wanita dengan pria. Dampaknya hingga hari ini, kita bisa melihat para wanita mampu duduk sejajar dengan pria di posisi Top Management sebuah perusahaan. Sama-sama diberi kesempatan setara untuk mencari nafkah, berprestasi, berpolitik, dan melakukan banyak hal lainnya merupakan sebuah hal yang sangat tidak mungkin dilakukan wanita di era sebelum emansipasi.

Emansipasi adalah sebuah kemajuan sosial yang sangat luar biasa.

Tapi hari ini, R.A Kartini sedang menangis. Sebab, paham yang ia buat kini telah dibiaskan maknanya. Wanita modern telah mencampuradukkan emansipasi dan feminisme barat sehingga bermutasi menjadi formula baru yang tidak layak lagi disebut emansipasi maupun feminisme. Contohnya sudah dijabarkan pada artikel Feminisme Yang Kebablasan. Emansipasi berbicara soal setara, sementara feminisme yang kebablasan berbicara soal berada di posisi yang lebih tinggi, jauh sekali dari kata setara. Saya menyebutnya Premanisme Feminin (kita singkat PF).

Namun untungnya, di masa kini masih ada banyak sekali wanita yang mampu mengerti inti dari emansipasi dan feminisme secara benar. Mereka adalah wanita-wanita yang menerapkan emansipasi dengan cara berikut ini:

So, jika Anda mengagungkan feminisme dan emansipasi, sudahkah Anda berperilaku layaknya penganut sejati seperti di atas? Atau justru penganut Premanisme Feminin? Bagaimana cara menghadapinya? Untuk tahu caranya, baca artikel berikutnya berjudul “Menghadapi Feminisme Wanita