Sudah membaca artikel sebelumnya? Jika sudah maka lanjutkan efek yang mungkin kamu rasakan jika menyayangi dia berlebihan.
Dia Adalah Prioritasmu
Seperti amoeba, kamu rela membelah diri kamu untuk selalu memprioritaskan dia dalam hidupmu. Mau seletih atau sesibuk apa pun kamu, tetap saja tak bisa menolak jika dia minta dijemput atau diantar. Semua jam kamu curahkan untuk dia. Kamu rela aja meninggalkan pekerjaan yang sedang dikejar deadline hanya untuk menjemput dia di saat masih banyak taksi yang bisa mengantar dia ke rumah. Pokoknya asal dia senang, kamu enggak peduli dengan urusan kamu sendiri. Yang lebih nahas, ketika kamu selalu mendahulukan dia, saat kamu minta tolong keseringan tak ditanggapi olehnya.
Kamu Lupa Akan Prinsipmu
Ingat tidak dengan artikel “Pentingkah Punya Prinsip Memilih Pasangan” di sana dijelaskan bahwa pentingnya sebuah prinsip atau standar dalam memilih pasangan. Namun, mereka yang memiliki rasa sayang berlebih cenderung untuk melupakan standarnya—entah yang baru PDKT atau sudah jadian. Jika dulu kamu selalu cari pasangan yang bisa menghargai usahamu, sekarang kamu enggak masalah jika si dia selalu protes jika kamu melakukan hal salah untuknya. Jika dulu kamu sangat anti dengan pria atau wanita perokok, sekarang kamu jadi tak masalah mendapatkan pasangan yang seperti itu. Habis, kepalang sayang, sih.
Selalu Mengalah
Sekali dua kali mengalah dan meminta maaf agar hubungan tak ribut terus sih enggak masalah. Namun, karena saking sayangnya kamu jadi sering mengalah, enggak peduli jika masalah yang timbul akibat ulah dia. Misalnya di suatu kondisi kamu dan pasangan ribut besar yang sebenarnya salah pasangan kamu. Berhubung si dia sangat egois dan semena-mena, kamu membiarkan dia yang sayangnya dia semakin berulah. Berharap si dia meminta maaf, sayangnya pasangan kamu pintar membolak-balikan masalah sehingga terkesan kamu yang salah—terpaksa deh akhirnya kamu mengiba-iba dimaafkan untuk hal yang tak kamu lakukan.
Sering Memaklumi
Tak hanya berubah menjadi orang yang sangat pemaaf saat pasangan melakukan salah, seringkali kamu juga memaklumi kesalahan yang sering dia lakukan. Misalnya pasangan sering tak ada kabar hingga satu minggu, hilang bak ditelan bumi—tak ada telepon, BBM, atau mention. Namun, begitu menghubungi kamu seminggu kemudian, bukannya meminta maaf dia malah bersikap seolah tak ada apa-apa. Kamu jadi memaklumi, Oh mungkin dia kemarin sibuk dan ada masalah¸hingga sebulan kemudian dia melakukan hal yang sama. Belum lagi jika dia berubah menjadi orang yang kasar, baik verbal maupun fisik. Saking sayangnya, kamu jadi memaklumi dan menganggap bahwa kamulah pihak yang salah.