Pernah mengalami atau punya teman yang bersikukuh mencintai pasangannya walaupun jelas-jelas disiksa? Fenomena ini dikenal dengan nama Stockholm Syndrome.
Apa itu Stockholm Syndrome?
Istilah stockholm syndrome bermula dari kejadian perampokan sebuah bank di Normalmstrog, Stockholm, Swedia. Perampok menyandera pegawai bank selama 6 hari. Uniknya setelah korban dibebaskan, mereka tidak menuntut balik si perampok. Tetapi membela para perampok. Seorang sandera bahkan jatuh cinta dengan perampok hingga membatalkan pertunangannya dengan kekasihnya saat itu.
Awalnya korban membenci perampok tersebut dan menyadari akan keterancaman mereka, namun persepsi mereka berubah dari hari ke hari. Apa yang menyebabkan hal ini? Karena selama proses penyanderaan, terjalin keterikatan emosi (bonding) antara korban dan pelaku. Di fase awal, korban merasakan stress berat akibat isolasi tersebut. Namun ketika mereka merasa tidak bisa keluar dari keadaan ini dan pasrah, mereka menjadi terbiasa lalu menerima itu sebagai kenyataan hidup.
Selama penyanderaan, pelaku mengisolasi korban dari komunikasi dunia luar. Satu-satunya komunikasi korban adalah dengan pelaku. Sehingga perampok tersebut dianggap satu-satunya teman berkomunikasi. Korban mulai terjatuh pada persepsi bahwa perampok adalah satu-satunya pihak yang mengerti kondisi & perasaan mereka. Image perampok di benak korban sudah berubah, dari penganiaya menjadi yang paling mengerti kondisi korban.
Stockholm syndrome. Kendengarannya seperti sesuatu yang hanya terjadi di dunia psikologi saja dan tidak akan terjadi pada Anda, yah?
Salah besar. Kondisi ini bisa ditemukan jika Anda memiliki pasangan yang posesif bahkan sampai abusive. Wujud isolasinya adalah ketika pasangan mulai menarik Anda dari teman-temanmu dan mempersempit lingkungan sosial Anda. Di sini Anda mulai merasa satu-satunya sosok yang bisa menjadi tempat Anda berkomunikasi dan paling mengerti kondisi Anda hanya dia. Dalam kekangan tersebut, pasangan tidak ragu untuk mengancam dan menganiaya Anda. Setelah menganiaya, pelaku akan meminta maaf dan mengakui betapa takutnya dia kehilangan Anda.
Fase berikutnya mulai muncul rasa empati Anda pada diri si pelaku. Anda mulai merasa Andalah yang bertanggung jawab atas kondisi dia. Dan Anda tidak bisa pergi meninggalkan dia yang lemah dan insecure. Tiap kali Anda dianiaya dia, Anda selalu memaklumi perbuatan kasarnya tersebut karena Anda merasa dia sedang “sakit”. Di sini Anda secara tidak sadar sudah mulai masuk ke “lingkaran setan” yang tidak akan pernah berhenti karena Anda ingin memperbaiki dirinya yang tidak pernah berubah.
Bila sudah terjerat, bagaimana?
Jika Anda sudah terjerat Stockholm Syndrome, akan sulit untuk ditolong karena buat Anda orang lain tidak mengerti pasangan dan hanya bisa menghakimi. Biasanya sudah tersadar dalam kondisi yang cukup kritis. Dan korban yang berhasil terselamatkan biasanya membawa efek trauma yang mendalam. Seperti pesimis terhadap cinta, krisis kepercayaan diri, takut jatuh cinta lagi, sulit mempercayai orang lain. Dan begitu miris ketika melihat statistik bahwa korban dari sindrom ini mostly adalah wanita.
Jika orang itu adalah kamu, sadarkan dirimu sebelum terlambat. Dia tidak akan berubah hanya karena kamu bertahan. Bila orang itu adalah sahabatmu, berikan link artikel ini kepadanya.
Apakah kamu punya cerita sendiri? Yuk berbagi cerita di kolom komentar!