Perselingkuhan merupakan kesalahan yang fatal dalam kehidupan cinta, baik itu dalam masa pacaran atau kehidupan pernikahan. Semua orang pastinya nggak mudah untuk memaafkan pasangannya yang berselingkuh. Namun, mengapa kesalahan tersebut jadi susah untuk dimaafkan, ketika pasangan mereka sudah berulang kali meminta maaf?
Sepertinya pertanyaan di atas terdengar mudah untuk dijawab. Tetapi dalam artikel ini, kita akan memberikan jawabannya secara ilmiah. Dr. Fran Cohen Praver, seorang psikolog asal New York akan memberikan jawabannya untukmu.
Klien wanita Dr. Fran kerap curhat padanya saat suami mereka berselingkuh. Para kliennya ini mengajukan beberapa pertanyaan seperti alasan pasangan mereka melakukan kesalahan tersebut, atau apa yang dimiliki wanita tersebut sehingga pasangan berpaling dari mereka.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu ada dalam pikiran wanita, nggak peduli seberapa sering pasangannya meminta maaf dan meyakinkan mereka kalau perselingkuhan tersebut telah berakhir. Dr. Fran mengatakan bahwa para klien wanitanya ini terus terobesi pada setiap detail perselingkuhan suaminya.
Dr. Fran menyebut kondisi ini sebagai trauma, dan harus disembuhkan. Ia berkata, “Memaafkan pasangannya yang berselingkuh membuat wanita merasa rapuh. Mereka jadi takut jika memperlemah pertahanan, suami bisa selingkuh lagi.”
Psikolog yang juga penulis “The New Science of Love” ini mengungkapkan juga bahwa wanita susah memaafkan pasangannya yang berselingkuh karena rasa sakit yang sudah tertanam di dalam otak mereka. Setiap kali wanita mengingat kesalahan pasangannya itu, semakin sulit pula untuk dilupakan oleh mereka.
Dr. Fran yang merupakan lulusan St. John’s University itu mengatakan, “Saat wanita semakin terobsesi, produksi serotonin dan GABA (Gamma-aminobutyric acid) menurun.” Apa itu GABA dan Serotonin? Keduanya berfungsi sebagai neurotransmitter yang aan mengatur suasana hati, tidur, persepsi, dan tindakan berbagai sistem tubuh.
“Serotonin dapat mengatasi depresi dan ‘menyembuhkan’ rasa obsesi tersebut, sedangkan GABA meredakan kemarahan atau kegelisahan. Ketika produksi keduanya menurun, kamu dalam masalah,” tutur Dr. Fran.
Ia menambahkan,saat wnaita nggak sadar dalam kondisi trauma ini, sebenarnya mereka bukanlah sedang menghukum pasangannya, melainkan justru menghukum dirinya sendiri. Mengapa bisa begitu?
“Wanita nggak hanya menjadi depresi dan menyedihkan, tetapi semakin mereka menyalahkan pasangan atau wanita lain, semakin kurang tanggung jawab yang harus dirasakan suami atas perselingkuhannya. Semakin wanita ingin menghukum pasangannya, semakin berkurang kesadaran suami untuk menghukum dirinya sendiri,” jelas Dr. Fran.
Itulah alasan yang cukup panjang dari Dr. Fran atas sikap wanita yang susah memaafkan pasangannya yang berselingkuh. Setuju atau nggak?