Teruntuk teman palsuku di masa lalu…
Kamu menyebut diriku aneh dan membuang-buang uang ketika aku memutuskan untuk mengikuti Hitman System Online Training. Kamu menganggap aku orang gila saat aku berusaha berkenalan dengan wanita asing dan kamu terus berupaya meyakinkan bahwa kunci untuk mendapatkan wanita adalah dengan menjadi diri sendiri dan persiapkan uang yang banyak untuk mentraktir si dia. Ya itu benar, namun aku sedikit perbaiki bahwa kunci untuk mendapatkan wanita adalah dengan menjadi diri sendiri yang terbaik dan persiapkan uang yang banyak untuk mentraktir diri sendiri.
Kamu bilang ke teman-teman yang lain kalau aku bodoh, terlalu idealistis, dan terlalu banyak berangan-angan dikelilingi wanita. Dan ya, aku mendengar semua ucapan itu wahai kawan. Aku merasa sakit hati dan sering merasa kesepian. Tetapi aku sadar bahwa aku memang bodoh sehingga aku harus belajar lebih banyak lagi tentang romansa agar aku tidak mudah terombang-ambingkan perasaan, dan barangkali aku memang berangan-angan dikelilingi banyak wanita seperti yang kamu bilang; namun itu yang membuat aku berani melangkahkan kaki untuk berkenalan dengan mereka demi mewujudkan angan-angan gila tersebut.
Aku sama sekali tidak mempermasalahkan apa pun yang kamu katakan wahai kawan. Hidup yang aku jalani sekarang sangat berbanding terbalik dengan yang dulu.
Seperti yang kamu tahu, aku dulu sangat cupu perihal percintaan. Aku menganggap bahwa cinta itu adalah sesuatu yang bersifat rohaniah dan suci sehingga aku menjadikannya sakral dan cenderung memujanya secara berlebihan. Namun sekarang aku tahu bahwa cinta hanyalah proses kimiawi di otak dan cinta sesungguhnya bersifat alamiah dan bisa diciptakan kapan saja tanpa harus menunggu untuk dicintai. Aku tahu bagaimana mencintai seseorang tanpa harus memujanya, aku tahu kapan harus berhenti mencintainya bila si dia memang tidak pantas dicintai lagi, dan terlebih lagi, aku tidak perlu berharap orang lain akan balik mencintaiku.
Teman-temanku yang sesungguhnya adalah mereka yang benar-benar mendukung apa yang telah aku lakukan selama ini. Mereka yang memanas-manasi agar aku berani maju untuk berkenalan dengan wanita asing di mana saja, mereka yang menculik aku dari zona nyaman kamar kost agar aku bisa ikut berpetualang bersama mereka di luar, mereka yang rajin mengingatkan bila aku melakukan kesalahan, dan mereka pula yang selalu sabar untuk mendengarkan setiap keluh kesah yang aku ucapkan ketika aku putus cinta.
Jadi selamat tinggal teman palsu. Walau kamu menganggap aku sedang tersesat, namun perasaanku mengatakan bahwa aku tersesat di jalan yang benar. Sebelum pergi, aku ingin mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya karena bila aku tidak berjumpa dengan kamu, wahai teman palsu, maka aku tidak akan tahu mana yang sesungguhnya teman sejati.