Pernahkah Anda mendengar seseorang menjelaskan alasan bahwa dirinya jomblo karena pilihan dengan alasan seperti, “Ah gue emang tipe pemilih sih,” “Gue milih-milih jodoh, musti liat semuanya dulu baru gue bakalan PDKT,” atau alasan serupa lainnya yang menjadi pembelaan mengapa dirinya belum pacaran atau terlihat dekat dengan gebetan manapun.
“Jomblo karena pilihan” menjadi realita palsu yang banyak digunakan orang-orang dewasa. Mungkin Anda termasuk orang yang menggunakannya juga dalam kehidupan Anda sehari-hari sekarang ini.
Seseorang layak menyebut dirinya “pemilih” bila dia mampu mendapatkan pilihan yang diinginkan, atau setidaknya berada dalam realita bahwa dia memiliki sejumlah pilihan, atau sanggup menciptakan pilihan. Hanya ketika orang tersebut memiliki Power to Bargain atau Power to Choose, barulah paradigma dan realita “jomblo pemilih” menjadi masuk akal. Orang tersebut memang mampu kapan saja memilih dan memutuskan pasangan terbaik yang ingin ia miliki.
Namun jika orang tersebut tidak memilikinya, itu berarti ia hanya berlagak saja memiliki pilihan dan menjadi seorang pemilih dalam petualangan romantikanya. Lebih parah lagi jika bukan saja ia tidak mampu memilih dan memiliki gebetan yang ia inginkan, bahkan ia sendiri kemungkinan besar belum memiliki opsi apapun untuk dipilih.
Ilusi realita “jomblo karena pilihan” yang dipakai akan memberikan dampak negatif pada diri Anda. Jika Anda gagal mendekati dan mendapatkan gebetan yang diinginkan, Anda bisa dengan mudah mengumandangkan alasan, “Ah, santai aja, toh si doi itu emang bukan tipe gue.” Defense mechanism yang muncul untuk menyelamatkan ego Anda tersebut akan menghalangi untuk mengambil pelajaran atau melihat kekurangan apa yang perlu diperbaiki untuk memastikan lain kali berakhir dengan hasil yang berbeda.
Ilusi “jomblo pemilih” mencegah Anda untuk melihat ke dalam diri sendiri, mencegah Anda untuk lebih mengenali kekurangan yang Anda miliki, terlebih lagi mengakuinya. Ilusi tersebut membuat Anda berpikir kalau Anda mampu membuat pilihan sementara kenyataannya tidak pernah ada pilihan sama sekali. Menghambat diri Anda untuk memperbaiki diri, terus tenggelam dalam pusaran yang gelap, sampai akhirnya ketika Anda sadar dan ingin mengubah keadaan, semuanya sudah terlambat. Anda beneran jadi jomblo karena pilihan, tapi karena tidak masuk pilihan siapapun.
Mulai detik ini biasakan untuk berseru, “Bullshit!” kepada setiap teman Anda yang menyatakan bahwa dirinya adalah “jomblo karena pilihan,” sementara kenyataannya Anda bisa melihat sendiri itu adalah alasan superfisial yang lebih nyaring daripada tong kosong manapun. Jangan lupa untuk berseru, “Bullshit!” pada diri Anda sendiri setiap kali Anda mendapati mulut dan kepala Anda ingin memakai realita bodoh itu.