Kalau saya ditanya mengenai alasan paling umum orang malas ngobrol sama kita, salah satu jawaban yang bakal saya sebut paling pertama adalah: karena kita senang sekali mengalihkan topik ke diri sendiri.
Misalnya, ada seorang teman datang dengan wajah murung. Kita lalu mengajaknya ngobrol dengan bertanya ada apa dengannya, lalu dia pun bercerita mengenai masalah yang dia alami.
Namun, bukannya menunjukkan simpati; kita malah bersemangat menimpalinya dengan cerita serupa yang kita alami, teman kita alami, keluarga kita alami, atau entah siapa yang alami.
Contoh:
Anda: Elo kenapa bro? Kok sedih banget.
Teman: Gue baru putusan tadi malam.
Anda: Sabar bro, gue juga pernah diputusin. Malah cara gue diputusin tuh paling nyesek. Belum pernah gue denger ada orang diputusin kayak gue. Yang lain gak ada apa-apanya.
Atau ….
Anda: Elo kenapa? Kok suram banget.
Teman: Gue baru ditipu puluhan juta kemarin.
Anda: Ah biasa itu. Paman gue pernah kena tipu rekan bisnisnya sampai dua ratus juta. Dia santai-santai aja tuh. Bagi pengusaha, ratusan juta hilang sih biasa.
Kita mengalihkan topik dari dirinya menjadi diri kita. Kita ingin cerita kita di-highlight. Bahkan kita seringkali berusaha menjadikan cerita kita terdengar lebih besar, lebih sakit, lebih hebat, dan lebih wow dibanding cerita lawan bicara kita.
Persis seperti ibu-ibu rumpi yang ribut ngobrol di pinggir jalan sambil menyombongkan kehebatan anaknya masing-masing.
Parahnya lagi, kita juga cenderung menjadi penasihat atau motivator dadakan. Tujuan kita memang baik: kita berusaha menghibur teman yang lagi kesusahan.
Namun, orang yang lagi kesusahan tidak butuh hiburan dan ceramah motivasi. Yang bisa menghibur mereka hanya solusi bagi masalahnya. Bukan dengan kata-kata mutiara dan motivasi.
Jadi jangan heran kalau si teman yang murung ini kehilangan minat ngobrol dengan Anda. Dia sama sekali tidak berminat mendengar masalah Anda. Dia sudah pusing memikirkan masalahnya sendiri, lalu untuk apa dia mendengarkan masalah Anda? Anda bisa dianggap membosankan dan tidak sopan.
Jangan heran pula bila banyak orang yang menjauhi Anda di hari ini maupun di masa depan!
Seorang filosof Yunani bernama Epictetus pernah berkata: “Kita memiliki dua telinga dan satu mulut. Seharusnya kita bisa mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara”.
Jadi saat seseorang ingin bercerita, Anda jangan pernah tergoda menjadikan diri Anda sebagai topik utama. Anda harus fokus mendengarkan keluh kesahnya, karena dia hanya ingin didengarkan. Bahkan Anda lebih baik diam mendengarkan, ketimbang cerewet tapi tidak memperhatikan.
Via Slideshare.net
Sebagai gantinya, gunakan kata-kata filler seperti: “Hah?”, “Masa?”, “Terus, terus?”, “Hmmm ….”, “Parah ….”, dan sebagainya.
Filler adalah kata-kata yang tidak bermakna khusus tapi berfungsi memperpanjang obrolan. Anda tidak perlu menanggapi lawan bicara dengan kalimat-kalimat panjang. Cukup gunakan filler dan dia akan terus berbicara tanpa diminta.
Selain itu, filler sangat berguna untuk menunjukkan bahwa Anda aktif mendengarkan sekaligus memperhatikan.
Anda juga bisa menggunakan kalimat respon yang memperkuat topik utama seperti:
- “Kok bisa gitu?”
- “Jadi perasaan elo gimana?”
- “Trus respon elo apa?”
- “Jadi rencana elo apa?”
- “Sebelumnya sudah pernah kejadian?”
- “Lha, kenapa sob?”
- “Apa pendapat elo soal kejadian itu?”
… dan sebagainya.
Jika Anda pernah menonton adegan film antara psikolog dengan pasiennya, maka Anda tentu sering mendengar kalimat-kalimat di atas.
Psikolog itu mencurahkan seluruh perhatiannya ke pasien tanpa menimpalinya dengan masalahnya sendiri. Yang butuh didengarkan adalah si pasien dan bukan sebaliknya.
Begitulah caranya berbicara untuk membangun kedekatan dan kepercayaan seseorang.
Via Pinterest.com
Di kelas online Supreme Influential Communication (SIC), saya membagikan lebih banyak lagi cara mengelola pembicaraan yang baik sehingga Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan hanya dengan mengobrol saja. Bahkan Anda bisa membuat orang pendiam menjadi lebih bawel tanpa perlu Anda minta.
Beberapa materi yang akan Anda dapatkan di SIC:
- Why communicate. Alasan orang berkomunikasi dengan orang lain. Dengan mengerti hal mendasar ini Anda akan bisa membuat orang ingin berkomunikasi dengan Anda.
- People’s character and what they like to talk about. Setiap orang punya karakter yang berbeda, dengan mengetahui karakter setiap orang Anda akan bisa menciptakan topik yang cocok.
- Topics creation. Bagaimana cara menciptakan topik tanpa pernah kehabisan ide dengan menggunakan apapun yang ada di sekitar Anda.
- Body languange on communication. Komunikasi bukan hanya kata-kata tapi juga bahasa tubuh. Pelajari bahasa tubuh yang bisa menarik orang masuk ke dalam obrolan Anda.
- How to prolong discussion/communication. Bagaimana membuat orang betah ngobrol panjang lebar dengan Anda dan menciptakan kesan mendalam.
- How to control the discussion. Bagaimana mengendalikan jalannya pembicaraan dan mendapatkan reaksi yang Anda inginkan.
- Dan masih banyak lagi materi dan latihan-latihan yang harus Anda pelajari dan praktikkan di SIC. Semuanya bisa Anda dapatkan di sana.
Klik link di bawah untuk mendaftar SIC!
SUPREME INFLUENTIAL COMMUNICATION
Sekarang, ambil secarik kertas dan tuliskan 10 kalimat yang bisa kamu gunakan untuk merespon cerita lawan bicaramu TANPA MELIBATKAN CERITA BALASAN. Mulai praktikkan 10 kalimat tersebut dalam percakapan hari ini.
Selamat mempraktikkan.