Para pembaca Kelas Cinta ada yang sudah menikah dan memiliki anak? Pasti sangat menyenangkan memiliki buah hati dalam kehidupan rumah tangga, ya? Saat masih kecil, kita sebagai orang tua sudah mulai memberinya arahan-arahan agar menjadi anak yang baik. Serta mengenalkannya pada dunia sekitar agar menjadi lebih pintar.
Namun, salah satu ketakutan orang tua adalah saat anak mulai melakukan sesuatu yang buruk, salah satunya adalah kebohongan. Orang tua mana pun nggak ingin anaknya berkata yang nggak jujur dan menyembunyikan sesuatu dari mereka. Ketika anak ketahuan berbohong, kepercayaanmu sebagai orang tua pun bisa berkurang padanya.
Akan tetapi, hal ini memiliki sisi positif untuk diketahui. Menurut sebuah penelitian, anak yang bisa berbohong ternyata memiliki kenangan serta kemampuan berpikir yang baik, loh!
Hal ini mungkin bertentangan, sikap berbohong kok bisa memiliki kemampian berpikir yang baik? Psikolog di University of Sheffield telah menguji sebanyak 135 anak dalam penelitian ini. Mereka menemukan bahwa anak yang berbohong berhasil melakukan tes trivia yang jauh lebih baik daripada teman-temannya yang bersikap jujur. Para peneliti percaya karena berbohong memerlukan banyak pemikiran dan memori keterampilan untuk mendeteksi kebohongan agar anak-anak nggak melakukan sesuatu yang membuat kebohongannya terbongkar.
Salah seorang dokter, Dr. Elena Hoicka dari University of Sheffield’s Department of Psychology mengatakan, “Sementara orang tua umumnya nggak terlalu bangga saat anak-anak mereka berbohong. Mereka seenggaknya bisa senang saat tahu bahwa anak-anak mereka berbohong dengan baik, menandakan anak-anak menjadi lebih baik dalam berpikir dan memiliki kemampuan memroi yang baik”.
Di manakah letak hubungan antara berbohong dengan kemampuan berpikir? Relasi antara berbohong dan memori verbal diduga berasal dari fakta kalau menutupi kebohongan melibatkan menjaga track dan banyak informasi verbal. Sehingga anak-anak yang memiliki memori baik dan bisa melacak banyak informasi berhasil menjaga dan menutupi kebohongan mereka.
Bukankah menyenangkan mengetahui sisi positif dibalik anak-anak yang berbohong? Namun, tetap saja, siapa pun nggak ingin anak-anaknya jadi pandai berbohong hingga dewasa nanti. Lagipula, menjadi pembohon pun bukanlah sesuatu yang disenangi banyak orang. Hmm, dilema ya?