Pacaran? Anda Perlu Belajar Pura-Pura Perhatian

Home Articles Pacaran? Anda Perlu Belajar Pura-Pura Perhatian
Share the knowledge!

Bermanjaan, berciuman, dan bergandengan tangan adalah sebagian dari rutinitas percintaan. Tapi tahukah Anda bahwa tindakan-tindakan tersebut seringkali sebenarnya tidak bermaksud seperti kelihatannya?

Sean Horan, ahli komunikasi di College of Communication DePaul University, menyatakan ada banyak aksi kasih sayang justru dilakukan karena seseorang merasa terganggu, kesal, ataupun marah. Dia menyebutnya dengan istilah ‘Deceptive Affection’ , bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, mendekati Pura-Pura Perhatian (kita singkat PPP), karena pelaku menampilkan kepedulian atau keintiman yang sebenarnya tidak dia rasakan sama sekali.

Dalam studinya yang berjudul “Understanding The Routine Expression of Deceptive Affection in Romantic Relationships,” Horan menemukan bahwa pasangan yang belum menikah rata-rata menampilkan PPP sebanyak tiga kali dalam satu minggu.

“Orang menggunakan PPP karena mereka merasa terganggu dengan pasangannya tapi ingin tetap menjaga perasaannya. Mereka berpura-pura manis perhatian agar pasangannya tidak malu, merasa tertolak, ataupun jadi emosi.”

Anda pernah mengucapkan “I love you hunny, nah sekarang kamu langsung bobo ya supaya besok bisa bangun pagi!” supaya telepon segera selesai dan Anda bisa lanjut menonton pertandingan bola atau main game?

Anda pernah sedang sangat lelah atau bad mood, tapi memaksakan diri untuk hangat dan memeluk pasangannya yang baru pulang kantor supaya dia tidak komplen?

Anda pernah memuji potongan rambut baru pasangan karena Anda sebal mendengarnya berulang-ulang bercerita tentang hair dresser yang tidak profesional?

Itu semua adalah contoh PPP. Ini berbeda dengan bersikap manis karena Anda ingin memanjakannya, karena itu biasanya dilakukan memang dengan kondisi hati yang manis. PPP adalah tindakan manis yang dilakukan dari kondisi hati yang terganggu. Para pasangan menggunakan PPP secara verbal maupun non-verbal untuk menutupi perasaan sebenarnya yang jika ditunjukkan bisa memicu konflik. Mereka juga mengaku tidak merasa bersalah karena melakukannya demi kepentingan bersama.

Walaupun demikian, Horan tidak menganggap PPP ini sebagai sesuatu yang negatif. “Memberi perhatian walau berpura-pura adalah kegiatan yang pasti terjadi dan seringkali diketahui kedua pihak. Dalam porsi yang tepat, PPP bisa menciptakan kestabilan dalam hubungan.”

Karena setiap orang tidak selalu berada dalam mood yang happy. Saat Anda pulang dari kantor, terkena macet berjam-jam dan kehujanan, Anda perlu menimbang apakah pasangan Anda pantas untuk menerima semua kekesalan Anda yang memuncak. Dalam 5K Hitman System, PPP adalah bagian dari kompromi, saat Anda memilih untuk bersikap dewasa melakukan hal yang sebenarnya kurang Anda sukai, untuk meredam konflik yang tidak perlu.

Nah, sudah berapa kali Anda melakukan PPP seminggu terakhir ini?

Share the knowledge!