Dua Kesalahan dalam Menghadapi Konflik dengan Pasangan

Home Articles Dua Kesalahan dalam Menghadapi Konflik dengan Pasangan
Share the knowledge!

Sudah terlalu banyak hubungan yang kandas hanya karena pengelolaan konflik yang kurang tjantik. Terlalu banyak. Padahal, konflik dalam hubungan adalah sebuah fase yang pasti ada dan nggak bisa dihindari. Namanya juga dua orang yang berbeda mencoba menjalani satu hubungan bersama-sama. Jangankan dua orang, sama diri sendiri aja masih suka susah, kan? Oleh karena itu, sering kali tanpa sengaja kita pun jatuh pada kesalahan-kesalahan berikut ini ketika sedang menghadapi konflik dengan pasangan.

 

Yang Penting Cepat Selesai

6494543a-a3cc-4b05-ac8c-6768ab4b160a-0-Yang penting, pasangan diam. Masalah kelar. Kita jadi terbiasa bilang “Ya udah lah biarin aja” dan melakukan pengorbanan, meski dalam hati sebetulnya masih mengganjal. Hal ini berbahaya bila setelah ribuan “ya udah,” kita masih merasa terbebani. Bayangkan, tiba-tiba ada orang lain di lingkungan sosial kita nggak membuat kita merasa “ya udah lah bodo amat,” ketika berinteraksi dengan kita

Konflik itu harusnya diselesaikan, bukan dikesampingkan. Harusnya dihadapi, bukan ditutupi. Jadi nggak bisa dengan bilang “ya udah lah lupain” karena malas berkomunikasi, lalu berharap ke depannya akan semakin baik. Karena konflik yang nggak selesai itu bisa terus menumpuk hingga akhirnya membuat kedua pihak dalam hubungan memiliki sikap “ya udah lah” yang sama terhadap hubungan.

Malah Jadi Ajang Adu Ego

Seakan-akan untuk kita, lebih penting membuktikan bahwa pasangan kita salah daripada sungguhan menyelesaikan masalah. Karena ‘kan setelah terbukti pasangan bersalah, kita jadi punya kesempatan untuk mengkritiknya dengan mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu. “Kamu sih, dari dulu nggaaaaaaaak pernah mau berubah,” blah, blah, blah. Menyelesaikan masalahnya belakangan, yang penting salahin dulu pasangan. Kalau dia nggak terima disalahkan, pokoknya lebih digalakin aja, teriak-teriak aja, bahkan kalau mau pukul, ya pukul aja. Buktikan siapa lebih dominan. Gitu kan.

 

Padahal ketika terjadi konflik, seharusnya pasangan nggak bersikap sebagai aku-lawan-kamu. Melainkan kita (aku dan kamu) melawan konflik (bersama-sama). Jadi, fokus seharusnya bukan di “siapa yang salah”, melainkan “apa yang harus diperbaiki”. Makanya ketika menghadapi konflik dengan pasangan, seharusnya kita nggak meninggikan suara, melainkan berbicara dengan pelan dan normal supaya opini kita nggak tertutup oleh suara bising hasil bentakan.

Ingat, pilar kelangsungan hubungan salah duanya adalah komunikasi dan kompromi. Apabila kita jadi malas berkomunikasi dan nggak rela berkompromi saat menghadapi konflik, sebaiknya nggak usah berhubungan sekalian. Karena hanya akan buang-buang waktu dan tenaga.

Share the knowledge!