Jika di artikel sebelumnya sudah saya bahas tentang perkenalan apa itu emotional blackmail, kali ini akan kita bahas lebih lanjut seperti apa macam-macam wujud emotional blackmail.
Secara garis besar, pelaku emotional blackmail mempermainkan tiga aspek kejiwaan dari si korbannya. Yaitu Fear, Obligation, dan Guilty.
Fear
Wujud manipulasi emosi yang pertama adalah dengan mengeksploitasi rasa takut. Bisa takut akan kehilangan, takut akan keselamatan, takut akan reputasi memburuk, dsb. Eksploitasi jenis ini sangat mudah terlihat. Karena wujudnya dalam bentuk serangan frontal secara langsung melalui ancaman. Dengan eksploitasi rasa takut ini, si pelaku bertujuan agar kamu membayangkan kalau hidupmu akan lebih buruk jika tidak menuruti permintaannya. Dan dalam hal ini yang disudutkan di posisi bersalah adalah kamu sendiri, karena kamu yang mengambil keputusan. Sedangkan si pelaku menempatkan diri seolah-olah dia hanya menjalankan konsekuensi dari pilihan kamu sendiri.
Contoh:
– “Aku akan minum obat nyamuk kalau kamu gak mau balikan sama aku”
– “Aku akan pastikan kehidupan kamu sama pacar barumu gak akan tenang”
– “Kalau kamu berani cerita ke orang lain, foto bugilmu akan aku sebar di internet”
– “Hidup kamu gak akan bahagia tanpa aku”
– “Siap-siap aja nanggung dosa besar karena ninggalin aku yang udah baik banget sama kamu”
– dsb.
Obligation
Wujud manipulasi emosi yang kedua adalah dengan mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban terhadap peran kamu dalam hubungan. Memposisikan dia di posisi yang benar, sementara kamu di posisi yang salah. Tindakan yang dia ambil adalah seolah-olah sebagai respon dari sikap kamu. Biasanya si korban yang berhasil dimanipulasi persepsinya akan dibuat setuju dengan sudut pandang si pelaku. Mengiyakan kalau hal yang terjadi karena andil si korban. Lalu si korban dibuat menyadari telah lari dari tanggung jawabnya sebagai pasangan. Kemudian mempertanyakan keberhargaan dirinya, merasa tidak berharga, rendah diri. Dan akhirnya si korban yang meminta maaf dan berjanji akan berusaha mati-matian memperbaiki keadaan.
Contoh:
– “Kemarin aku nampar kamu karena emosi. Salah sendiri kenapa bikin aku emosi”
– “Aku merasa lebih bahagia saat masih pacaran sama kamu ketimbang menikah saat ini”
– “Kalau kamu nurut, gak mungkin aku teriak-teriakin kamu”
– “Aku bukan mengekang kamu, cuma jagain kamu supaya gak selingkuhin aku seperti
mantanku”
– dsb.
Guilty
Wujud manipulasi emosi yang terakhir adalah dengan membuat kamu merasa bersalah. Di manipulasi ini, terjadi pertukaran posisi. Si pelaku memposisikan dirinya sebagai korban yang sedang dalam posisi sulit, lalu si korban diposisikan menjadi pelaku yang akan menambah beban derita. Manipulasi jenis ini biasa digunakan ketika si pelaku sedang berada di kondisi yang terancam dan tidak punya bargaining power lagi. Di saat ketika kamu akan atau sudah meninggalkan dia. Yang ingin si pelaku proyeksikan ke benak korbannya adalah memperbaiki keadaan dia adalah tugas kamu, hanya kamu yang bisa memperbaiki keadaannya, memburuk atau membaiknya kehidupan dia sekarang ada di tangan kamu. Jika kamu tidak menolongnya, maka hidupnya akan hancur. Dan itu salah kamu, lalu kamu merasa bersalah.
Contoh:
– “Aku baru aja bangkrut, please jangan tinggalin aku sekarang”
– “Cuma kamu yang bisa tolongin aku dari keterpurukan ini”
– “Selama ini aku kuat karena kamu, aku nggak tahu akan selemah apa tanpa kamu”
– “Kalau kamu memilih untuk bertahan, aku janji akan jadi yang lebih baik lagi”
– dsb.
Di artikel selanjutnya, akan saya bagikan beberapa tips untuk menyikapi serangan emotional blackmail ini.
So, stay tune!