Dari temen jadi demen. Ternyata cinta yang selama ini dicari ada di sahabat dekat kita. Tak jarang banyak orang yang akhirnya berpacaran dengan teman dekatnya. Apa sekarang salah satu pembaca kita kelas cinta juga begitu?
Beruntunglah kalian yang berhasil membina hubungan dengan baik. Karena nggak sedikit juga kisah cinta yang dijalin dengan teman dekat kandas begitu saja.
Di sisi lain, beberapa orang mengatakan untuk nggak menjalin cinta dengan teman sendiri. Mengapa? Ya, kebanyakan alasannya karena teman cukup menjadi teman. Lebih baik seperti ini adanya. Hmm membingungkan bukan?
Untuk kalian yang tengah merasa jatuh cinta pada sahabat sendiri, sebelum menyatakan cinta padanya, ada beberapa hal yang harus kalian pertimbangkan dengan baik-baik dan penuh kematangan.
Komunikasi
Jika kalian memulai hubungan dengan gebetan yang baru kenal—konteksnya orang baru dalam kehidupanmu—mungkin komunikasi di awal-awal hubungan masih sangat intens karena kalian berdua sama-sama ingin mengenal satu sama lain. Berbeda ketika kalian jadian dengan teman sendiri. Karena dirasa sudah cukup banyak mengenal satu sama lain, dia nggak perlu menjelaskan tentang dirinya lagi. Kemudian menganggap kamu tahu segala tentangnya. Ini menjadi sebuah problem komunikasi di awal hubungan kalian tentunya. Masa adaptasi dari teman menjadi cinta nggak berjalan dengan begitu baik.
Perubahan Kebiasaan
Meskipun sekarang sudah menjadi sepasang kekasih, bukan berarti kebiasaan dulu saat menjadi teman satu sama lain menghilang begitu saja. Ada kalanya masing-masing di antara kalian berperan sebagai pacar, kakak, dan tentu saja sebagai diri sendiri. Misalnya, dulu biasa berkumpul bersama teman-teman bareng, tapi kini dia nggak terlalu ingin berkumpul bersama. Ingin berduaan dengamu saja atau malah jaim bertemu yang lainnya. Guys, perubahan status dari teman menjadi pacar memang istimewa, tetapi bukan berarti semua kebiasaan pun berubah drastis.
Bukan Teman Lagi
Kalian nggak tahu bagaimana akhir dari hubungan yang nanti dijalani. Beruntung bila akan selalu bersama, tetapi kalau harus putus? Tentu semua orang nggak ingin hal buruk terjadi. Namun nggak ada salahnya kamu memikirkan hal ini sebelum memulai. Bagaimana nanti jika kalian putus? Apa yang awalnya teman, kemudian menjadi pacar—dan putus—akan tetap bisa berjalan dan bertemu kamu lagi dengan status “teman” seperti dulu? Bagaimana jika ternyata kalian memalingkan muka satu sama lain?
Pikirkan baik-baik ya, guys. Dari teman menjadi pacar, atau teman tetap menjadi teman, semua pilihan ada di tangan kalian.