Alkisah, ada sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Keduanya sedang dimabuk kepayang. Suatu hari di malam minggu yang sedikit mendung mereka hendak jalan-jalan ke kota. Sang gadis yang telah berdandan cantik menunggu kedatangan tambatan hatinya di rumah. Sang pacar berjanji akan menjemputnya pukul 7 malam, namun hingga saat itu waktu telah menunjukkan pukul setengah delapan, dan belum terlihat juga tanda-tanda kemunculan si tampan.
Sang gadis pun kini menangis, karena kekecewaannya yang membuncah yang tidak bisa ditahannya lagi. Berulang kali dia mencoba menghubungi telefon genggam kekasihnya, akan tetapi yang didengarnya hanyalah jawaban dari operator, yang mengatakan bahwa nomor yang ditujunya sedang tidak aktif. Serba salah. Hingga pada akhirnya sang kekasih datang juga.
Dengan pakaian basah kuyup, dan wajah penuh kelelahan dan rasa bersalah, dia bilang, “maafin ya Sayang. Kita jadi ngga bisa jalan-jalan. Aku lupa bawa jas hujan. Jadinya aku kehujanan, trus aku neduh di emperan ruko. Aku mau nelefon kamu, eh HP-ku malah tiba-tiba rusak karena kemasukan air. Maafin aku ya…….”
Sambil sesenggukan mengusap airmatanya dengan tisu, si gadis tadi pun mengangguk pelan. “Iya. Aku maafin.”
Sang pria pun lega bukan main, merasa dosa-dosanya malam minggu itu telah kamu hapuskan.
Namun tidak lama kemudian, si gadis nggak bisa menahan diri untuk balik menceramahinya. “Tuh kubilang juga apa, bawa jas hujan! Kamu gimana sih, kan udah tau mendung! Kamu nggak mikir ya?!?!? Kalo udah gini kan nggak jadi deh kita malem minggu! Mana kamu susah dihubungi lagi! Ganti aja lah hapenya sama yang bagusan, yang tahan air! Hape kayak gitu dipake!” Ceramah itu berlanjut sampai empat paragraf minimal 200 kata sesuai standar ujian sekolah.
Sontak saat itu juga sang pria terkejut bukan main, betapa tidak, sang kekasih telah melukai hatinya dengan kata-kata pedasnya. Sakit sekali, seolah perih diiris sembilu. Demi menjaga egonya, akhirnya tanpa basa basi, sang pria mengucapkan: “Ya udahlah, aku pulang aja.” Dia pun melangkah pergi… hujan-hujanan seperti di film Korea. The End. Kisah cinta mereka the end.
Pernah mengalami? Momen di mana kamu menceramahi dirinya atas sesuatu yang berada di luar kendalinya? Momen di mana kamu berhenti jadi pacarnya dan tiba-tiba menjadi ibunya?
Ladies, seperti yang kita ketahui, pria adalah makhluk yang akan selalu menjunjung tinggi egonya. Kamu mungkin dapat memaafkannya, tapi kamu pun harus memperhatikan cara-caranya supaya pemberian maafmu beralasan dan nggak nyakitin hati dia. Begini caranya:
1. Dengarkan penjelasannya. Jangan menyelanya. Walaupun kamu masih sedikit kecewa, jangan menentangnya. Apalagi bila kekecewaan kamu terjadi atas sesuatu yang berada di luar kendalinya. Misalnya, jika bosnya mengadakan meeting mendadak, jangan berceramah panjang lebar tentang bagaimana dia lebih mementingkan pekerjaan daripada dirimu. Padahal jika dia dipecat, kamu juga akan menceramahi dirinya.
Perhatikan jerih payahnya untuk memulihkan keadaan. Hargai hal tersebut. Hal yang paling tidak dia butuhkan setelah berusaha keras memperbaiki keadaan adalah protes dari kamu.
2. Jaga respon kamu. Orang biasanya akan menyesali apa yang dia katakan pada saat marah. Hindari kata-kata umpatan seperti berikut: “Kan kubilang apa?” , “Makanya” , “Lagian sih” , “Gimana sih kamu!?” Kata-kata itu membuatnya tersudut dan merasa tidak didukung. Bila orang yang paling mendukung dirinya adalah orang lain, menurut kamu kenapa dia akan bertahan pacaran sama kamu?
Ucapkanlah kata-kata yang justru dapat melindungi egonya, seperti: “Iya Dear, aku ngerti kok.” , “Nggak apa-apa Yang, aku juga suka khilaf.” , “Jangan khawatir sayang, aku paham kok kamu lagi banyak kerjaan“. Bukan cuma kamu yang sedang kecewa, dia juga sedang merasa kecewa karena gagal membahagiakan dirimu.
3. Pria pun butuh untuk diingatkan atas komitmen yang telah ia lalaikan. Saat si dia melakukan kesalahan, ini adalah kesempatan bagimu untuk mengingatkannya dengan cara baik-baik. “Sayang, lain kali jas hujannya disimpennya di bawah jok kursi ya biar nggak kelupaan. Trus baiknya nggak usah dipaksain ke sini kalau kira-kira bakal ujan. Soalnya aku ngga mau kamu sakit. OK.”
Kamu tidak bisa membentuk besi keras dengan kerasnya palu, karena kamu akan merusaknya. Kamu harus melembutkannya terlebih dahulu dengan kehangatan. Kekuatan wanita adalah kehangatan feminin yang mampu meluluhkan kerasnya pria paling maskulin sekalipun. Gunakan kekuatan tersebut dengan baik, dan kamu bisa menyuruhnya untuk melakukan apa saja.
4. Yang terakhir, tunjukkan penerimaanmu akan dirinya. Tunjukkan kalau kamu masih menyayanginya. Ini nggak perlu pakai kata-kata. Cukup senyuman, yang dilanjutkan dengan usapan di pundaknya, atau belaian di rambutnya. Mau pengen jadiin romantis? Beri dia kecupan dan pelukan ringan. Dalam hitungan paling lama tiga detik, hatinya pun akan lumer meleleh karena nggak kuasa menerima kehangatan kasih sayang dan pengampunanmu. Di dalam relung hatinya yang paling dalam, dia pun berjanji padamu – pada seorang wanita yang dewasa, bermartabat sekaligus penyayang – untuk nggak akan mengulangi kesalahan serupa itu lagi.
So Ladies, kalo udah akur kan enak. Bisa ketawa-ketiwi lagi, bisa sayang-sayangan lagi. Nah, sekarang sudah siapkah kamu memaafkan si dia?