Sobat, zaman ini adalah zamannya sosial media. Hampir semua manusia yang mempunyai smartphone pasti juga punya aplikasi sosial media terinstall di dalamnya. Dengan sosial media, kita memang bisa mendapatkan banyak sekali wawasan, cerita, maupun berita. Anda bahkan bisa berkenalan dengan orang-orang baru secara mudah dan cepat. Semuanya bisa terjadi hanya dalam hitungan tap dari jari Anda, sehingga tidak heran apabila Anda mulai kecanduan media sosial.
Tapi justru kemudahan seperti inilah yang mengakibatkan adiksi. Diantaranya adalah adiksi untuk malas menyapa dan berkenalan dengan orang asing secara face to face, adiksi untuk malas bersosialisasi dan membahas hal-hal diluar urusan kuliah dan pekerjaan, dan adiksi untuk terus menatap layar gadget bahkan saat berjalan atau melakukan aktivitas lain.
Imbasnya, social and communication skill kita sebagai pria menurun drastis. Coba uninstall semua aplikasi sosial media di hape kamu dan hitung jumlah teman di dunia nyata yang kamu punya. Itulah ukuran social and communication skill kamu yang sebenarnya.
Sungguh ironis bukan? Sosial media justru membuat banyak pria menjadi anti sosial dan hampir tidak punya teman.
Berkebalikan dari pria, wanita justru mendapatkan angin segar akibat kehadiran sosial media. Wanita sebenarnya juga mengalami degradasi dalam hal social and communication skill, tapi itu sangat kecil dan hampir tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan ketenaran mereka yang melesat dan berlipatganda.
Sebagai buktinya, coba sekarang kamu buka aplikasi sosial media seperti Instagram, Facebook, Path, dan Twitter. Cari tahu mana yang lebih punya banyak followers hingga puluhan ribu? Cari tahu mana yang punya akun sampai berjilid-jilid karena FULL? Cari tahu mana yang punya ratusan komentar, likes, dan retweets? Cari tahu mana yang paling sering mendapatkan endorsement produk?
Kamu tahu jawabannya.
Berkat sosial media, wanita yang sebenarnya bukan siapa-siapa, bukan selebritis atau public figure, tiba-tiba mendadak tenar dan punya ribuan fans. Wanita biasa tidak perlu susah-susah bermain film atau menghasilkan sebuah karya. Cukup posting foto yang cantik dan seksi, dijamin ketenarannya melesat dalam waktu singkat.
Padahal bila kita flashback ke jaman sebelum sosial media ditemukan, kecantikan wanita terbatas oleh lingkup sosialnya. Apabila dia hanya beredar di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat ibadah, maka hanya pria-pria di lingkungan itulah yang berkesempatan untuk mengenal dan melakukan pendekatan.
Begitu juga dengan pria. Apabila dia tidak puas dengan wanita-wanita di lingkungannya, maka dia harus mencari wanita cantik di lingkungan lain. Dengan kata lain, semakin besar lingkup sosialnya maka semakin besar pula kesempatan bagi pria dan wanita untuk mendapatkan pasangan yang diinginkan.
Tapi saat kamu sudah kecanduan media sosial, batasan lingkup sosial ini didobrak dan perlahan-lahan hancur. Wanita cantik bisa ditemukan oleh ribuan fans pria dari berbagai penjuru bumi, sementara pria bisa menemukan wanita cantik tanpa perlu capek-capek memperluas pergaulannya. Sekilas ini adalah sesuatu yang menguntungkan, tapi sebenarnya ini semua delusi dan fake.
Mengapa demikian?
Coba perhatikan akun-akun sosial media dari wanita-wanita yang punya puluhan ribu fans pria. Dari sekian banyak fans, berapa orang sih yang benar-benar ngefans ke dia dan melakukan pendekatan?
Jangan kaget bila jawabannya sedikit sekali.
Kenapa?
Lihat saja kolom komentarnya.
Kamu akan menemukan banyak sekali komentar seperti: hai cantik; minta id line donk; boleh kenalan gak; udah ada yg punya belom?; follback aku dong; wow sexy; makasih atas pertemanannya.
Kecanduan media sosial adalah bukti nyata bahwa sosial media telah membuat pria dan wanita sama-sama menjadi daydreamer. Pria suka berkhayal kalau mereka bisa mendapatkan wanita cantik dengan bermodalkan komentar-komentar manis dan emoticon unyu di sosial media. Padahal itu terjadi karena pria tidak bisa mengobrol akibat minimnya sosialisasi di dunia nyata karena merasa bisa mendekati wanita cantik tanpa perlu memperluas pergaulan.
Sementara wanita kecanduan dengan aplikasi editing foto untuk berlomba-lomba mendapatkan fans pria sebanyak mungkin. Wanita berkhayal bahwa fans-fans itu real sehingga mereka berlagak sok artis, padahal di kehidupan aslinya mereka minim pergaulan dan teman.
Maka dari itu sangat penting bagi kita, pria dan wanita, untuk tidak terlalu kecanduan dengan sosial media. Justru pergaulan di dunia nyata harus lebih intense dan punya lebih banyak teman dari jumlah followers di sosial media. Karena kita sama-sama tahu, yang namanya jodoh tidak muncul dari khayalan tingkat tinggi dan layar smartphone.
Ingin tahu caranya PDKT dan mendekati gebetan tanpa harus menggunakan smartphone dan tidak lagi ketagihan kecanduan media sosial? Segera daftarkan dirimu ke seminar ===>[klik untuk mendaftar!]Secret of Jadian[klik untuk mendaftar!]<=== saat ini juga!