Kamu sudah mendapatkan hatinya, dan sudah siap untuk memulai hubungan bersamanya. Agar nggak dikatakan ababil, tentu kamu menghindari acara tembak-menembak. Namun, kamu tetap butuh kesepakatan untuk saling fokus pada satu sama lain dan berhenti mencari orang lain. Nah, berikut ini beberapa pertanyaan yang bisa kamu lontarkan sebelum membuat kesepakatan untuk memulai hubungan.
What do you expect in a relationship?
Misalnya bila dirinya menjawab bahwa dia mengharapkan kehadiran orang untuk melengkapi hidupnya. Apakah itu artinya hidupnya belum lengkap? Apakah itu artinya kamu akan punya kewajiban untuk membuat dia merasa “penuh”?
Misalnya dia berharap bahwa dengan hubungan ini, kamu bisa bantu dia jadi orang yang lebih baik dan sebaliknya. Apakah itu artinya akan ada banyak aturan dan tuntutan? Apakah ia akan mencoba mengubah kamu? Apakah ia bisa mempercayai kamu untuk bertumbuh dengan kecepatanmu sendiri tanpa memburu-burui kamu?
Diskusikan hal-hal ini agar kamu dapat gambaran yang jelas tentang harapanmu dengan dirinya, untuk melihat apakah hal-hal ini bisa kamu penuhi dan memungkinkan untuk dijalani untuk jangka waktu yang panjang.
What are the things you can never tolerate?
Misalnya, kamu nggak akan pernah menerima dia jalan berduaan sama wanita lain dengan alasan apapun selain pekerjaan. Atau kamu nggak akan pernah memaafkannya karena memeriksa private messages kamu dengan orang lain. Atau dia nggak akan bisa menerima kalau kamu ngobrol dengan pria lain, dengan alasan apapun.
Cari tahu hal-hal ini sebelum memasuki hubungan untuk melihat, apakah kamu berdua bisa berkompromi? Karena bila ada hal yang nggak bisa ia terima yang juga nggak bisa kamu penuhi, sebaiknya pergi sebelum menghabiskan jauh lebih banyak waktu dan perasaan.
What does he think about the future of this relationship?
Menurut saya, ini salah satu hal yang cukup penting untuk dibahas. Mungkin beberapa orang akan berpikiran, orang waras mana sih yang mau membahas pernikahan bahkan sebelum memulai hubungan? Kita ‘kan nggak tahu apa yang akan terjadi di masa depan?
But hey, betul kita nggak tahu sebelum menjalani hubungan pacaran, apakah kita akan bisa mulus menuju “jenjang berikutnya”? Tapi katakanlah hubungan pacarannya baik-baik saja, stabil dan aman, serta minim drama. Apakah ada kemungkinan untuk melanjutkannya?
Misalnya dia menjawab, “Oh, aku nggak tau sih. Soalnya mamaku sebenernya kurang suka kalau aku sama wanita yang beda ras. Tapi jalanin dulu aja, kita lihat nanti gimana.” Sebaiknya kamu jawab, “oow…”
Misalnya dia menjawab, “Kalau untuk sekarang sih aku belum kepikiran untuk nikah ya.” Padahal usiamu sudah 28 atau 32, dan kamu ingin punya anak (yang idealnya harus sebelum usia 35). Mungkin kamu perlu mempertimbangkan, apakah kamu punya waktu untuk menunggu dia siap memikirkan pernikahan?
Atau kalau misalnya dia menjawab, “Aku sih sekarang maunya have fun aja. Kita jalanin aja, seneng-seneng aja. Kedepannya gimana ntar kita ikut arus aja.” Yaa… Kalau itu sesuai dengan keinginan kamu, monggo dijalani, dear.
Bila kesepakatan sudah dibuat dan hubungan sudah dijalankan, lalu dirasa perlu ada satu-dua hal yang kembali dibicarakan, ALWAYS, ALWAYS, ALWAYS communicate, dear. Jangan malah komunikasikan ke saya, ke temanmu, ataupun ke sosial media. Komunikasikan dengan pasangan, lalu lakukan kompromi. Jangan malas, jangan takut. It’s time to love maturely.
Good luck!