Gejala Jatuh Cinta = Gejala Kegilaan. Beneran!

“Falling in love is poetry!” demikian kata orang. Makanya jika bicara cinta, banyak orang merakit kata-kata kisah analogi dan puisi cantik. Tapi di mana-mana puisi pasti membuat orang jadi tenang teduh, bukannya mabuk tergila-gila seperti normalnya terjadi saat orang jatuh cinta.

Itu sebabnya saya ingin mengoreksi ucapan tersebut, falling in love is not poetry, but chemistry. Dan hari ini Anda akan pergi ke sekolah cinta untuk belajar fakta ilmiah mengapa jatuh cinta terasa sedemikian memabukkan. Ayo duduk dengan baik dan siapkan buku catatan Anda karena kelas akan saya mulai sekarang.

PROSES PSIKOLOGIS JATUH CINTA

Saat jatuh cinta, sang pujaan hati akan menginfeksi dan mengubah hari-hari Anda. Ucapannya terdengar menggelitik, pemikirannya terlihat mengagumkan, kecerobohannya pun terasa menghangatkan hati. Anda tidak buta akan kesalahan dan kelemahannya, tapi malah terasa unik menggemaskan. Keindahan yang tak bercacat cela itulah yang membuat Anda sulit berhenti memikirkannya, bahkan Anda sering berhenti melakukan hal-hal lain demi sejenak memikirkannya. Anda merasa bersemangat berbahagia sekalipun hampir setiap saat didera, digangggu, dibayangi oleh memori tentang hal kecil yang pernah dia lakukan dan kalimat sederhana yang pernah dia ucapkan. Jelas ini sama sekali bukan cinta dalam artian yang sebenarnya, melainkan sebuah delusi dan kekacauan mental.

Dalam istilah teknis, hal-hal yang Anda alami di atas disebut euforia, tunnel vision, dan efek halo. Euforia adalah gejolak gairah dan gembira yang berlebihan yang membuat Anda seperti kecanduan pada pujaan hati. Tunnel vision adalah fokus pandangan yang sempit tertuju satu arah tertentu sehingga tidak mempedulikan hal lain, seolah berada dalam lorong gelap panjang dengan satu cahaya menyilaukan di ujung pintu keluar; Anda jadi keras kepala, tidak berpikiran jernih, membabi buta. Jika masih tahap PDKT, Anda merasa sang pujaan hati adalah tujuan hidup yang harus didapatkan. Anda merasa kecanduan dan sangat membutuhkannya demi melengkapi hidup Anda. Efek samping lainnya adalah Anda kehilangan minat ataupun gairah pada orang-orang lain. Makanya Anda (tertipu) merasa dia-lah satu-satunya kekasih impian Anda alias The One.

Nah efek halo muncul ketika Anda sudah berhasil mendapatkan sang pujaan hati. Dalam film animasi, ini sering digambarkan dengan efek tubuh yang bersinar, ada sayap malaikat, ataupun lingkaran putih di atas kepala. Dalam realita, ini berarti Anda melihat kekasih sebagai sosok sempurna serba putih suci indah. Hal-hal yang normalnya membuat Anda kesal, berubah jadi sesuatu yang lucu menggelikan. Ketiga proses psikologis ini terus mengisi hari-hari PDKT dan awal pacaran, dan menurut banyak peneliti semuanya akan memudar perlahan-lahan semenjak hubungan itu memasuki bulan ketiga atau keempat. Alasannya adalah karena tubuh Anda sudah menurunkan dan menetralisir kuantitas ‘zat-zat memabukkan’ yang akan saya jelaskan di bawah ini.

PROSES BIOKIMIA JATUH CINTA

Saat jatuh cinta, seluruh tubuh Anda dibanjiri gelombang hormon dan biokimia yang memabukkan. Pria mengalami penurunan tingkat testosteron sehingga jadi mudah galau mellow, dan wanita mengalami peningkatan testosteron sehingga lebih agresif posesif; makanya saat jatuh cinta kedua pihak cenderung berubah menunjukkan sisi lain. Peningkatan adrenalin mengakibatkan jantung berdebar cepat, berkeringat dan tubuh Anda tegang memperhatikan segala sesuatu seperti sedang berjaga-jaga. Saat sedang berdekatan, tubuh memproduksi phenylethylamine (biasa disingkat PEA) yang Anda merasa lengkap tenang, tapi perpisahan sejenak saja langsung menurunkan tingkat PEA sehingga muncul rasa withdrawal alias galau kangen butuh.

Takut akan keterpisahan itulah yang membuat hormon cortisol alias hormon stress juga meningkat, sebuah tanda bahwa otak menganggap peristiwa jatuh cinta sebagai kondisi yang penuh tekanan dan kecemasan. Seolah itu masih belum mengganggu tubuh, hormon serotonin yang berfungsi agar tubuh rileks pun jadi berkurang produksinya, sehingga Anda mengalami tunnel vision alias terobsesi memikirkan pujaan hati dan rajin menganalisa segala sesuatu yang terjadi di antara kalian; persis orang yang mengidap penyakit OCD.

“Tapi Lex, kalau jatuh cinta itu bikin sistem tubuh berantakan begitu, kenapa rasanya melayang enak?” Itu adalah ulah dari dopamine, sebuah neurotransmitter pemicu gairah dan kenikmatan yang sama persis seperti ketika seseorang menggunakan kokain. Meningkatnya jumlah dopamine dalam tubuh membuat Anda merasakan euforia, melihat efek halo, energi hiperaktif, kurang butuh istirahat atau makan, punya kecermatan dan fokus tinggi dalam menganalisa perjalanan cinta. Seluruh kemabukan psikologis yang saya jelaskan di bagian pertama tadi disebabkan oleh berbagai ‘alkohol biokimia’ yang dicekoki oleh sang bartender tubuh, yakni otak Anda sendiri. Lalu mengapa kok otak mau memproduksi itu semua? Jawabannya ada di poin berikutnya.

PROSES DINAMIKA SOSIAL JATUH CINTA

Social dynamics merupakan pembelajaran tentang pola komunikasi dan interaksi sosial. Setiap fenomena sosial pasti bisa diamati polanya dan dibedah mekanikanya satu per satu, demikian juga dengan fenomena jatuh cinta. Misalnya, otak Anda memproduksi dopamine sehingga bergairah mendekati ketika Anda baru mengenal sang pujaan hati, apalagi jika dia masih bersikap agak susah didekati atau malah menghilang. Semakin dia membatasi diri, semakin Anda mengejar, dan semakin Anda mengejar semakin Anda memiliki perasaan menggebu-gebu padanya. Proses dinamika sosial inilah kunci-kunci penting untuk membangun chemistry dalam sebuah hubungan cinta.

Contoh lain, saya lebih menganjurkan kencan yang berisi permainan seru daripada nonton/dinner, agar Anda dan si pujaan hati bisa terpicu adrenalinnya. Kencan yang demikian juga memungkinkan adanya sentuhan fisik, sebuah kunci yang memicu hormon-hormon keintiman dan euforia. Ada banyak perilaku dan kegiatan yang bisa dilakukan secara sengaja untuk mengaktifkan proses biokimia dalam tubuh seseorang. Itu sebabnya PDKT via kencan lebih efektif membuatnya jatuh cinta, dibanding dengan PDKT curhat-curhatan via persahabatan ataupun online messaging.

Pelajaran penting yang perlu Anda ingat adalah jadi ketika Anda jatuh cinta, itu bukan perkara kecocokan hati, soulmate, atau mitos dan misteri cinta lainnya. Anda jadi berubah mabuk tergila-gila padanya juga bukan karena Anda disantet, ataupun karena dia adalah sosok yang Tuhan ciptakan spesial satu-satunya untuk Anda. Perasaan jatuh cinta sepenuhnya terjadi secara fisik di dalam sistem tubuh Anda oleh karena terpicu pola-pola interaksi sosial. Orang yang bukan tipe/selera Anda pun, jika melakukan pola-pola interaksi tertentu, akan bisa membuat Anda jatuh cinta dan termabukkan olehnya.

Jadi kalau Anda sekarang mengetahui akan proses yang sebenarnya terjadi saat jatuh cinta, kini Anda bisa lebih berhati-hati agar tidak terlalu mabuk cinta dan tidak terlalu cepat serius jika merasa jatuh cinta. Mungkin Anda pernah mengingat mantan gebetan atau mantan pacar Anda, lalu merasa bingung, “Gile, kok dulu mau ya sama yang orang yang sikapnya begitu.. saya mabuk atau apa sih?!?” Sekarang Anda sudah tahu jawabannya: it’s all about chemistry.

Sekian sekolah cinta hari ini, ada yang mau bertanya lagi?