Saat menyiapkan diri untuk sebuah sesi konsultasi tadi pagi, saya menerima sebuah pertanyaan menarik, “Menurut produksi hormon pada manusia, range jam berapakah waktu yang paling kondusif untuk jatuh cinta?” Dari pertanyaannya, jelas dia adalah pembaca setia artikel dan Twitter saya. Jadi sebagai penghargaan atas semangatnya memahami cinta, saya akan jawab detil pertanyaan yang sebenarnya konyol tidak penting tapi unik interesting itu. :D
Pertama-tama, kamu wajib tahu dulu sejumlah data tentang jatuh cinta. Rasa ringan melayang euforia bahagia yang kamu rasakan saat jatuh cinta adalah efek dari sejumlah neurotransmitter, salah satunya adalah Dopamine. Otakmu -spesifiknya bagian nucleus caudatus– dimabukkan oleh senyawa biokimia itu saat melihat dan berinteraksi dengan si dia, termasuk saat membayangkannya. Begitu nikmatnya senyawa tersebut, kamu jadi menginginkannya terus-menerus alias kecanduan. Tentu saja kamu pikir kamu sedang bahagia karena bertemu Sang Pasangan Jiwa, padahal sebenarnya kamu sedang sakaw ‘kecanduan obat‘ dan si dia tidak lebih dari Sang Pengedar Dopamine.
Pada saat jatuh cinta, tubuh juga mengalami perubahan hormonal: testosterone pada pria menurun, sebaliknya testosterone pada wanita meningkat. Sekedar info, testosterone adalah salah satu hormon seks yang mengatur libido alias gairah pada pria dan wanita. Pria memiliki 20-40 kali lebih banyak testosterone daripada wanita, makanya pria umumnya lebih agresif dalam romansa. Tapi uniknya adalah setelah jatuh cinta, tubuh pria secara otomatis menurunkan kadar testosterone agar kehilangan agresifitas pada wanita-wanita lain dan jadi cenderung setia pada satu wanita pujaan hati. Sebaliknya, setelah jatuh cinta tubuh wanita otomatis menaikkan kadar testosterone agar dirinya jadi agresif dan protektif (seperti mudah cemburu) demi menjaga sang pria pujaan hati. Jatuh cinta membuat pria jadi seperti wanita dan wanita jadi seperti pria, kalau kamu pernah pacaran pasti pernah mengalami periode begitu. :)
Nah hormon seks terkait lainnya adalah estrogen pada wanita yang kadarnya berfluktuasi sesuai siklus menstruasi bulanan. Periode tingkat tertinggi estrogen ada pada hari 10-14 (biasa disebut ‘masa subur’) setelah menstruasi, berbarengan dengan lonjakan testosterone yang membuat wanita jadi agresif, terbuka, menyukai warna terang seperti pink dan merah, mudah bergairah, dan lebih menginginkan pria yang terlihat maskulin. Ketika pria dan wanita jatuh cinta (baca: bergairah), tubuhnya dibanjiri oleh hormon seks (testosterone + estrogen). Itulah cikal bakal cinta yang nantinya akan bertumbuh jadi kasih sayang, devosi, dan kelekatan.
Berbekal semua pengetahuan itulah kita bisa menjawab pertanyaan di awal. Jika jatuh cinta adalah respon seksual tubuh, tidakkah itu berarti akan lebih mudah memancing jatuh cinta saat tubuh memang sedang bergairah? Secara praktis, memang tidak ada pola waktu rutin dimana kita bergairah. Namun secara teori, setiap pagi kita terbanjiri hormon seks karena tubuh sudah memproduksi hormon semalaman saat kita tidur. Ketika terbangun, pria memiliki kadar testosterone-nya lebih tinggi 25-50% (‘morning wood’, guys?) lalu menurun perlahan-lahan seiring hari menggelap. Wanita juga sama, tapi karena testosterone wanita sedikit, jadi pergeseran waktu pagi-siang-malam tidak terlalu mempengaruhi. Siklus hormon seks pria terjadi cepat dalam sehari, sementara siklus hormon seks wanita terjadi renggang dalam ritme bulanan: wanita baru mengalami peningkatan hormon hingga 30% pada hari-hari suburnya.
Perbedaan sistem reproduksi alamiah pria dan wanita itu membuat adanya perbedaan waktu terbaik untuk memicu jatuh cinta: pria pada waktu segar energik di pagi-siang (harinya tidak penting), sementara wanita pada hari 10-14 setelah menstruasi (jamnya tidak penting). Lalu kamu masih ingat dopamine? Ternyata penelitian menemukan bahwa dopamine dan hormon seks itu seperti saudara dekat: jika satu naik maka satunya lagi juga akan ikut naik. Berarti jika kamu mendekati gebetan tepat di jam/hari yang kondusif, maka nuclues claudatus-nya bisa lebih terbanjiri senyawa dopamine yang membuatnya euforia melayang jatuh cinta. Semakin dia hepi dimabuk dopamine, semakin gairah hormon seks-nya meningkat juga, dan demikian seterusnya. Tidak heran jatuh cinta bisa membuat kita jadi menggila.
Nah jika kamu mau bereksperimen nackal, ada beberapa biochemistry hacks yang bisa dilakukan untuk membuat situasi yang lebih kondusif untuk jatuh cinta:
1. Pancing tubuhnya untuk memproduksi dopamine, misal dengan mengajaknya melakukan hal yang baru, seru, dan menegangkan. Makanya saya selalu sarankan kalau mau PDKT jangan ajak kenalan, obrol basa-basi, ataupun sekedar ajak nonton bioskop. Contoh lainnya adalah mengajaknya berolahraga dan berkompetisi fisik, seperti lomba lari, main basket, bowling, dsb. Di kelas pria dan wanita, saya berikan banyak contoh nyata dan penjelasan detilnya tentang merangsang dopamine. Intinya jika dopamine terpicu, hormon seks juga jadi meningkat hingga mudah bergairah (baca: jatuh cinta).
2. Pancing tubuh sang wanita untuk memproduksi estrogen+testosterone, misal dengan memanipulasi asupan makanan si dia saat menjelang hari-hari suburnya. Hindarkan makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat, berikan makanan yang berserat. Kacang kedelai, edamame, tempe, dan buah-buahan yang mengandung vitamin C. Kegiatan di tempat terbuka dan sinar matahari juga bisa memicu testosterone. Ada satu lagi yang mudah dilakukan: dua gelas kopi per hari bisa meningkatkan estrogen wanita. Menurut saya pribadi tidak terlalu efektif sih, tapi boleh saja untuk iseng eksperimen. “Eh tapi bentar Lex, darimana kita tahu siklus menstruasinya?” Lha, tanya aja langsung, takut amat? :p
3. Pancing tubuh sang pria untuk memproduksi testosterone. Ini ada banyak cara, salah satunya adalah kamu memanipulasi dietnya dengan memberikan makanan yang kaya zat besi dan lemak baik. Kamu juga bisa meminta teman-temannya mengajak dia rajin olahraga bakar lemak tubuh supaya kadar estrogen turun dan testosterone naik. Jangan chatting malam-malam karena jika dia kurang tidur, besoknya akan terbangun dengan tubuh lemas yang ‘kurang jantan’. Atau kalau mau hasil instan, lakukan hasil penelitian Ludwig Boltzmann Institute ini: pria yang menonton pornografi selama 10 menit akan langsung mengalami peningkatan testosterone hingga 100%. Oh ya, semua hal tadi juga efektif untuk memancing testosterone di tubuh wanita.
Nah sekarang kamu sudah lebih tahu sebagian kecil struktur dan timing biokimia jatuh cinta. Secara teori, waktu terbaik untuk (memancing) jatuh cinta ada di saat pagi menjelang siang ketika tubuh masih segar dan mudah diajak bermain, apalagi jika dikombinasi dengan biochemistry hacks di atas. Tapi jika kamu tahu segudang biopsychological hacks yang saya ajarkan di kelas Revolusi Pria dan Revolusi Wanita, kamu tidak perlu repot-repot mengikuti periode waktu apapun.. bahkan bisa membuat si dia jatuh cinta di saat kadar dopamine, testosterone, dan estrogen-nya sedang di titik terendah.
Sekian penjelasan untuk pertanyaaan kapan waktu terbaik untuk jatuh cinta.
Pertanyaan yang cerdas layak dapat jawaban yang cerdas, dan tulisan ini adalah apresiasi saya untuk pertanyaan seperti itu. Walau tidak penting, bahkan tidak praktis, saya yakin ini sudah memperkaya kamu untuk memahami indahnya realita hubungan cinta. ;)
Dan bila kamu ingin LEBIH KAYA PENGETAHUAN dalam memancing jatuh cinta, baca e-book terbaik yang telah membantu banyak pria & wanita ini: ➡ DAPATKAN CINTA DIBAWAH 7 DETIK ⬅