Dalam sebuah hubungan, penting bagi kita untuk terus mengintrospeksi diri kesalahan-kesalahan apa yang sering kali dilakukan. Hal ini jelas perlu agar kamu dan pasangan bisa mengerti keinginan masing-masing. Namun, kadangkala ego yang memuncak membuat kita tak sadar melakukan kesalahan. Merasa paling benar, sedangkan pasangan selalu salah. Ujung-ujungnya kita jadi tak tahu kesalahan sendiri dan berakhir dengan pertengkaran. Lagi-lagi komunikasi menjadi hal yang penting—sayangnya masih banyak yang tak mengerti dengan hal itu. Ada yang tahu cara berkomunikasi yang baik, tak sedikit yang tidak. Ada yang bisa memanfaatkan komunikasi agar hubungan semakin baik, tapi ada juga yang merasakan efeknya saat salah berkomunikasi.
Salah satu kesalahan komunikasi adalah jika kamu mendesak pasangan—dalam hal apa pun. Menuntut dia melakukan untuk kamu jelas akan membuat dia tak nyaman, seolah menebarkan duri ke dalam tubuhnya. Sayangnya, hal ini masih sering dilakukan oleh wanita. Tenang, Ladies! Kamu masih memiliki waktu untuk memperbaiki semuanya, kok. Asalkan, kamu mengakui betul hal-hal yang sudah kamu paksakan ke pasangan, seperti di bawah ini.
Dan ketika membaca artikel ini, tanyakan dalam hati, seberapa sering kamu melakukan hal tersebut ke pasangan? Akui dulu agar proses lebih baiknya jauh lebih mudah.
Menganalisi setiap kata
Ladies, kamu harus tahu bahwa pria mengatakan atau melakukan sesuatu tanpa banyak berpikir. Memang tidak semua pria melakukan hal itu sepanjang waktu, tetapi mereka cenderung lebih spontan dibandingkan wanita. Sayangnya, kebanyakan wanita justru menghabiskan waktu berjam-jam membahas apa yang sudah prianya katakan atau lakukan. Mereka akan merngurai setiap bagian komunikasi. Seperti, apa maksud emoji yang pasangan kamu kirim, jam berapa dia bisa menghubungi kamu, berapa banyak teks yang dia kirim dalam sehari. Bahkan menganalisa kenapa dia memanggil “sayang” padahal biasanya “cinta”. Penting nggak sih menurut kamu? Memang, sih rasanya sulit sekali untuk tidak over thinking, apalagi mengingat pria tidak begitu bisa mengatakan perasaan dan emosinya langsung. Namun, terlalu banyak menganalisa akan membuat pria pergi karena kamu enggak sadar akan bersikap berlebihan setiap hal kecil. Padahal jika dia menghilang, hanya membalas dengan emoji, atau perbedaan lainnya mungkin memang dia sedang sibuk dan tak memiliki waktu untuk bersikap biasanya. Terlalu menganalisa justru sebenarnya menunjukkan bahwa kamu terobsesi dengannya. Tau kan bedanya obsesi dengan cinta?
Membatasi hidupnya
Entah baru pacaran beberapa minggu atau hubungan lumayan lama, kebanyak wanita terlalu cepat untuk “mengaitkan” hidupnya dengan pasangan, terlalu banyak berinvestasi emosi. Sebaiknya, jangan menganggap bahwa kalian adalah seperti perangko dan amplop yang selalu bersama. Jangan terlalu khawatir jika pasangan memiliki kehidupan di luar hubungan. Ingat kan, jauh sebelum bertemu pasangan kamu menikmati waktu sendiri: kenalan dengan banyak orang, bertemu dengan teman lama, melakukan hobi, dan lain sebagainya. Bukan kamu sudah memiliki pacar, artinya kamu menghilangkan kebiasaan seperti itu, Ladies. Pahamilah bahwa kamu tak bisa membatasi pergaulan pasangan kamu. Tenang, kamu sedang memacari pria dewasa yang tahu keputusannya dan bertanggung jawab jika di luar sana dia sedang melakukan kesalahan. Hidupnya, tetap dia yang bertanggung jawab bukan kamu. Ingat bahwa kamu adalah pasangannya, bukan orang tuanya yang berkewajiban untuk mengawasinya. Jangan terlalu khawatir saat pasangan sedang tak di sampingmu. Berawal dari kekhawatiran, biasanya kamu mulai membatasi.
Berpikir negatif
“Kamu kenapa sih enggak pernah bilang aku cantik lagi? Kamu udah nemu yang lebih cantik dari aku, ya?”
“Setiap telepon kok kamu enggak pernah bilang i love you, sih?”
“Kamu tumben ke kantor wangi banget. Mau ketemu siapa?”
Seringkali, wanita terlalu berpikir negatif dengan hal yang pria lakukan. Terus berpikir negatif hanya akan membuat kamu ketakutan. Awalnya karena merasa tak aman, kamu jadi takut, kemudian terlontarlah kalimat-kalimat negatif penuh curiga. Tak ada yang nyaman dicurigai, sebab merasa seperti tersangka yang telah melakukan kesalahan, padahal tidak. Buang segala pikiran negatif di kepala. Semakin kamu membiarkan, efeknya justru kamu yang rasakan. Wajah kamu jadi jelek, terlihat banyak pikiran, kamu tak bisa melakukan apa pun karena terus memikirkan pasangan.
Membicarakan masa depan
Saya pernah menulis di artikel “Bicarakan Masa Depan di Awal Pacaran? Yakin?” Penting bagi kamu Ladies, untuk tidak membicarakan masa depan saat awal-awal pacaran? Lupakan dulu membicarakan rencana pernikahan karena kita tak tahu ke depannya seperti apa. Lupakan dulu membangun janji, apalagi mendesak pasangan untuk menikahimu! Tak ada yang bisa memaksa seseorang terkait dalam masa depannya. Saya rasa sangat konyol kalau awal-awal pacaran kamu sudah membicarakan menikah, memiliki anak, rumah, dan sebagainya. Bukan berarti pria tak ingin menikahimu. Hanya saja, kalian belum mengenal satu sama lain. Biarkan waktu yang akan membuat dia ingin menikahimu tanpa desakan.
Jadi, apalagi desakan atau sikap menyebalkan lainnya yang justru merusak hubungan kamu sendiri, Ladies?