Beberapa waktu lalu, saya mendapat sebuah pertanyaan yang cukup menarik, yaitu apa bedanya Alpha Female dengan Lovable Lady? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ijinkan saya untuk memperkenalkan kamu pada Inggrid dan Yunita. Dua-duanya bukan nama sebenarnya.
Inggrid adalah seorang arsitek yang cukup sukses. Ia memiliki sebuah agency yang dipercaya oleh banyak hotel di dunia. Dalam mengatur bawahannya, Inggrid termasuk tegas. Sehingga meskipun terbilang ramah, ia disegani oleh karyawannya. Begitu pula dalam lingkungan pertemanannya. Ingrid terbiasa vokal dan memiliki pendapat. Sehingga setiap kali mereka keluar bersama-sama, Inggrid lah yang selalu memilih tempat makan, dan teman-temannya tinggal mengikuti. Meskipun ada saatnya teman-temannya ingin hang out di suatu tempat tertentu, bila Inggrid menolak, teman-temannya pun akan menurut dan mencari tempat lain.
Dan ngomong-ngomong, Inggrid nggak pernah salah. Sekalipun salah, ia akan segera memperbaikinya dan menutupinya agar nggak ada yang bisa mengungkit kesalahannya tersebut. Ia mau tampil sebagai seorang perempuan yang perfect, tanpa cela, dan ia bangga akan dirinya sendiri.
Usia Inggrid saat ini sudah lebih dari 30 tahun, dan ia belum memiliki pasangan. Terakhir kali ia berkencan, yaitu berbulan-bulan yang lalu dengan Erick, pria yang dikenalnya di tempat ibadah. Erick segera mundur karena minder. Setelah kencan pertama, Erick langsung bisa merasakan bahwa Inggrid nggak butuh sosok laki-laki.
Tapi nggak apa. Erick benar. Inggrid nggak kesepian dan sama sekali nggak merasa kekurangan suatu apa pun. Hidupnya stabil dan bahagia. Ia memiliki ayah dan ibu yang harmonis serta seorang adik yang akan menikah bulan depan. Bagi Inggrid, kehidupannya saat ini sudah cukup, dan ia nggak butuh lebih.
Sementara itu, mari kita bicarakan tentang Yunita. Di usianya yang ke-25, ia sudah diangkat sebagai supervisor di kantornya. Tapi, supervisor di kantor, nggak berarti ia juga adalah supervisor di keluarga dan di kehidupan sosialnya. Katakanlah, kala itu ia hang out dengan Rony, seorang pebisnis yang diperkenalkan pada Yunita oleh temannya. Yunita menaruh perhatian pada Rony selama kencan dan membiarkan Rony berpendapat. Tentu bila ada hal yang nggak ia sukai, Yunita akan menyampaikannya. Tapi bukan dengan cara men-judge, melainkan dengan cara sebagai seorang wanita berbicara pada seorang pria.
Yunita yang sesekali merajuk manja, berani mengakui dan menertawakan kesalahan sendiri, serta mampu membuat pasangan kencan nggak merasa terintimidasi, membuat Rony geregetan kepincut. Nggak butuh waktu lama bagi Rony untuk mengklaim Yunita sebagai pasangannya di kemudian hari dengan bangga.
Berdasarkan dua cerita di atas, sudah kelihatan kan bedanya Alpha Female dengan Lovable Lady? Tapi saya harap kita nggak men-judge satu peran lebih baik daripada peran lainnya. Mungkin lebih tepat bila kita sebut, satu peran lebih cocok untuk kita dibandingkan dengan peran lainnya. Karena, meski Inggrid si Alpha Female belum memiliki pasangan, ia merasa penuh dan lengkap dengan kesendiriannya. Apakah kita berhak men-judge bahwa menjadi Alpha Female itu salah?
Semua orang punya pilihan masing-masing. Seperti pilihan antara menjadi Lovable Lady atau Alpha Female. Nggak ada yang salah, yang ada hanya konsekuensi. :)