Ada sebuah pertanyaan yang pernah ditanyakan ke saya beberapa hari yang lalu, yang membuat saya tak henti memikirkannya. Pertanyaan tersebut kira-kira berbunyi demikian:
“Redz, sikap pacar saya baik banget sama saya.. Tapi dia suka marah-marahin cewek lain. Bahkan orang-orang bilang dia egois banget. Tapi kalau sama saya baik-baik aja. Gimana ya Redz? Percaya sama realita dia yang baik apa percaya sama orang lain ya?”
Pada kondisi normal, saya akan selalu menyarankan untuk percaya pada pasangan. Tapi, “percaya” bukan berarti kamu boleh jadi buta, keras kepala, dan menutup diri, kan?
Kepercayaan adalah sesuatu yang kamu bangun dari pengalaman dan pengetahuanmu tentang dia. Tapi gimana caranya kamu bisa percaya pada pasangan, kalau satu-satunya yang kamu tau tentang dia hanya apa yang kamu persepsikan sendiri? Jangan-jangan yang kamu percayai bukan dirinya yang sesungguhnya. Bisa jadi yang kamu percayai hanyalah bayangan dirinya yang kamu ciptakan sendiri dalam imajinasimu. Mungkin saja kamu sedang percaya pada kebohonganmu sendiri.
Terang saja dia sempurna bagimu. Karena dalam imajinasimu dia adalah lelaki yang tepat, kamu hanya membuka matamu bagi serpihan-serpihan kenyataan yang membuktikan bahwa dia baik. Mungkin itu kenyataan. Mungkin. Tapi bukankah itu hanya satu sisi dari ratusan sisi yang mungkin ia miliki? Dan apakah bijak percaya pada sesuatu yang informasi yang tidak lengkap? Pada kenyataan yang tidak seutuh-utuhnya?
Buka mata lebar-lebar, buka telinga lebar-lebar. Jangan mengira bahwa satu-satunya kenyataan adalah apa yang ada dalam otakmu sendiri. Jangan sombong dan menyangka pandangan sempitmu cukup luas untuk menjadi pondasi kepercayaanmu yang berharga.
Raih informasi dan masukan dari orang lain, refleksikan dan renungkan, dan pikirkan baik-baik dengan kepala yang jernih, apakah lelaki itu adalah orang yang tepat untuk menerima kepercayaanmu yang mahal itu? Atau kamu hanya sedang menempatkan rasa kepercayaanmu padanya karna hanya dialah laki-laki yang ada dalam jangkauanmu saat ini?
Orang mengira untuk percaya pada pasangan, maka harus membutakan dan menulikan diri terhadap apa kata orang lain. Ini tidak bijak. Justru ketika kamu berhenti buta dan tuli tentang apa yang terjadi pada pasanganmu dan keadaan di sekitarmu, barulah bisa mempercayai pasanganmu dengan sepenuhnya. Yang setuju katakan amin.