Katanya, calon pasangan biasanya nggak jauh-jauh dari lingkungan kita. Makanya, penting banget bagi pria/wanita untuk meluaskan pergaulan. Bertemu dengan banyak orang agar memiliki banyak pilihan. Seperti Bella sudah dua bulan ini berpacaran dengan Nathan yang merupakan teman satu kelas ketika SMA. Mereka memang biasa bersama meskipun bukan berstatus sahabat. Hanya teman ngobrol yang berlanjut ketika pulang sekolah. Tak ada perasaan apa pun ketika SMA sebab mereka juga selalu berkumpul bersama yang lain. Hingga masuk ke dalam univesitas yang sama, kedekatan di antara mereka mulai terbina. Berawal dari teman cerita berlanjut dengan liburan bersama hingga mereka memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan.
Bagi mereka berdua jelas menyenangkan. Sudah mengetahui kepribadian masing-masing. Sudah tahu hal-hal yang disukai dan yang dibenci. Tahu kebiasaan, hobi, aktivitas, hingga hal-hal kecil lainnya. Semuanya tampak sangat mudah karena mereka sudah mengenal lama. Hingga ada hal yang cukup menganggu pikiran Bella.
Dia sebenarnya bahagia berpacaran dengan Nathan sebab sosok seperti Nathanlah yang selama ini dia cari. Namun, Bella merasa hubungan ini hampir seluruhnya tentang dia. Hubungan mereka terasa lebih mudah ditebak. Semua bisa diprediksi tentang sikap atau pemikiran Nathan. Nathan bukan lagi sosok yang menyenangkan seperti dulu. Jika dulu mereka bisa mengutarakan semuanya ke Bella saat masih berteman, saat ini sudah tidak. Ada banyak hal yang disembunyikan oleh Nathan. Bella seolah merasa Nathan sudah tidak bisa menyuarakan perasaan ke pasangannya sendiri. “Saya ngerasa kehilangan sosok Nathan yang dulu,” katanya.
Bella hanya mau Nathan sama seperti dulu. Bisa mengatakan apa yang dia rasakan: kesal, sedih, bahagia, kecewa, cemas, dan sebagainya. Sedangkan di sisi Nathan, dia hanya tak mau merusak hubungan mereka dan kehilangan Bella. Dia terlalu takut jika bersikap seperti dulu, bisa merusak semuanya.
Pernah mengalami pengalaman seperti Bella, Ladies? Merasa kehilangan sosok seseorang setelah berubah status. Merasa kalau dia lebih asyik saat menjadi teman dibandingkan saat menjadi pasangan. Wajar. Tahu kenapa?
Pertama yang harus kamu mengerti adalah your friendship is over! Ingat bahwa kamu sedang menjalin sebuah hubungan romantis, sebuah komitmen, dan jelas keintiman serta hal-hal lainnya jelas berbeda. Bukan karena saat menjadi teman dia asyik, berarti dia bisa berlaku yang sama saat sudah berkomitmen sama kamu. Ibaratnya, kamu sedang menyeberangi sebuah garis tipis antara hubungan pertemanan yang membawa kamu ke ujung garis tersebut untuk sebuah hubungan romantis. Kamu jelas nggak bisa kembali dan mengharapkan sama seperti dulu.
Kalaupun kamu mau membawa hubungan kamu kembali jadi pertemanan seperti sedia kala, ingatlah bahwa kondisinya tak akan pernah sama kayak dulu. Kamu dan dia jauh lebih canggung dan aneh. Kamu harus mengerti bahwa ketika kamu mengubah tipe hubungan kamu, maka semuanya berubah. Rasa, kepercayaan, sikap, sifat, dan hal-hal kecil serta besar lainnya.
Lagi-lagi komunikasi adalah kuncinya. Katakan apa yang kamu rasakan. Tanyakan kenapa dia bisa berubah dan ketakutan apa yang mungkin dia rasakan. Mungkin saja si pria merasa jika melakukan kesalahan kecil, dia akan kehilangan kamu. Dia menjaga betul agar hal tersebut tidak pernah terjadi. Kalau memang kondisinya seperti itu, saatnya untuk kamu menjelaskan ke dia. Minta dia tak perlu takut mengutarakan perasaannya—apa pun itu.
Namun, ada satu hal yang harus kamu pahami betul, Ladies. Mungkin saat masih berteman, kamu orang pertama yang selalu dia cari. Begitu sudah pacaran, dia lebih suka cerita dengan temannya yang lain. Tak perlu dibawa masalah. Ada kalanya, seseorang membutuhkan orang lain, bukan cuma pasangannya saja. Jika dia memang nyaman untuk bercerita ke teman dibandingkan kamu, biarkan tanpa perlu kamu larang. Ingat, pasangan kamu tak harus selalu menceritakan perihal pekerjaan, keluarga, hobi, atau hal lainnya ke pasangan. Termasuk kamu.