Membaca judul di atas, mungkin kamu langsung mengernyitkan dahi kebingungan. Ngapain juga kita mengunjungi mantan di dunia maya yang sudah jelas dia adalah bagian masa lalu kita. Well, akui saja bahwa ada kalanya kita kita akan nggak sengaja melihat akun mantan di Facebook, Twitter, atau bahkan Path di akun teman-teman kita. Melihat komentar mantan di postingan teman meskipun sudah kamu unfollow, unfriend, atau unshare. Fitur “People you may know” ada kalanya memunculkan nama seseorang yang sebenarnya sudah tak kita pikirkan itu—sesakit apa pun perpisahan dulu. Bukan salah jejaring sosial dong kalau mendadak nama mantan muncul di mata?
Kamu mungkin penasaran dan berpikir apakah harus kembali nge-add atau follow, mengingat perpisahan sudah berakhir beberapa bulan atau tahun yang lalu dan seharusnya bisa menjadi teman. Perasaan menghilang dan seharusnya silaturahmi sudah bisa kembali terjalin, sebab dia hanya sebatas masa lalu. Masa iya? Buat saya sih, bohong sekali kalau kamu masih baik-baik saja saat melihat mantan. Bohong kalau kamu tak memikirkan semua kenangan yang lampau begitu lihat namanya.
Maka itu, biasanya saya lebih memilih untuk tidak nge-add atau nge-confirm masa lalu. Bukan tidak berdamai, bukan juga belum bisa move on. Atau siasat saya, saat ada nama mantan setelah bertahun-tahun putus kembali muncul di mata, saya lebih senang menggunakan kata mengunjungi. Yang dilakukan hanya sekali dan tak berulang. Berbeda dengan stalking yang dilakukan setiap hari dan tak selesai-selesai. Sebab, ternyata saya menyadari bahwa ada hal positif dengan saya mengunjungi mantan di dunia maya.
Selama dilakukan hanya sekali dan tak berfek kepada hidup yang sekarang, plus tak dilanjutkan dengan mengirim pesan ke mantan, rasanya mengunjungi dia bukan perkara yang salah.
Kedewasaan
Saat berkunjung itu, saya menyadari bahwa hidup saya bisa kembali jalan normal. Perasaan terluka dan ego yang kalah saat ditinggalkan nyatanya hanya bagian hidup saya yang membuat saya jauh lebih dewasa. Melihat aktivitas mantan di timeline Facebooknya yang berisi foto, status, bahkan pesan dinding dengan pacar barunya, ngebuat saya merasa seolah menutup bagian buku yang saya baca selama ini. Nyatanya, hidup saya jauh lebih plong. Terlepas si mantan memang sudah bahagia atau belum, yang saya sadari pasca drama perpisahan dulu, saya masih bisa hidup kok.
Saya seolah terbawa ke masa-masa dulu di mana saya melakukan hal bodoh saat putus cinta. Entah menangis berhari-hari dan nggak bisa tidur hingga tampilan seperti zombie, sampai nggak memasukkan nasi selama hampir seminggu. Itu proses dan saya mengingatnya. Dijadikan pelajaran? Tentu saja. Jadi, buat kamu yang pernah melakukan hal bodoh saat putus, penting banget buat diingat agar tak melakukan kesalahan lagi. Hanya orang dungu yang terus melakukan kesalahan dan saya yakin kamu bukan orang dungu.
Lebih menghargai sebuah hubungan
Dari awal saya bilang, bahwa bohong kalau hati kamu seolah nggak “tergetar” saat melihat kebahagiaan mantan kamu. Melihatnya tersenyum, tertawa, dan melakukan pose di dalam foto bersama pasangan barunya, memang membuat jatung seperti berdegup kencang. Kadang saya merasa bahwa dia bisa lebih bahagia saat bersama wanita barunya dibandingkan saya. Siapa sih yang nggak terluka egonya? Namun, penyesalan bukan lagi jawaban saya saat itu. Justru hal tersebut menyadarkan saya, you don’t know what you’ve got until it’s gone. Right? Dari sana saya jadi belajar untuk lebih bisa menghargai sebuah hubungan dan orang-orang yang masih ada di samping saya.
Belajar lebih unggul
Sejak kecil, saya termasuk orang yang sangat kompetitif. Nggak mau kalah dalam hal apa pun meksipun memang cenderung egois. Nggak kehitung berapa kali saya bisa panik dan menangis kalau nilai saat sekolah dulu kalah dibandingkan teman-teman. Hal ini terus berlanjut sampai sekarang. Makanya, saat saya ditinggalkan hanya karena seseorang yang baru, ego saya terluka. Saya ngerasa kalah dan dibuang.