Segala sesuatu pasti terjadi karena ada sebab. Begitu pula dengan konflik dalam hubungan asmara. Konflik dalam asmara nggak bisa tiba-tiba ada tanpa suatu penyebab. Apabila kita dapat mengenali penyebabnya, tentu konflik bisa cepat diatasi, dan lebih baiknya lagi dapat menghindari terjadinya konflik dalam hubungan.
Jadi, apa saja yang menjadi pemicu konflik dalam hubungan asmara?
Egois dan Keras Kepala
Masing-masing orang memiliki ego, dan tentunya ingin memenangkan egonya sendiri. Namun hal ini akan menjadi sumber masalah ketika dua orang dalam satu hubungan, berusaha memenangkan egonya masing-masing.
Dalam hubungan asmara, kamu dan pasangan perlu melemahkan ego masing-masing agar hubungan berjalan dengan baik. Kamu dan pasangan perlu mementingkan kebutuhan hubungan daripada kebutuhan diri sendiri. Saling mengalah, bukan saling keras kepala. Kalau pribadimu dan atau pasangan masih suka mementingkan diri sendiri, lebih baik jangan memulai hubungan dahulu. Belajarlah untuk bisa menurunkan ego sendiri,.
Menuntut Berlebihan
Beberapa orang tanpa disadari sering menuntut pasangannya secara berlebihan. Mulai dari meminta pasangan untuk menuruti kemauannya hingga mengubah pasangan seperti yang ia inginkan. Sikap seperti ini justru menimbulkan konflik dalam hubungan asmara.
Meskipun telah menjadi sepasang kekasih, satu sama lain nggak berhak untuk menuntut dalam hubungan. apalagi sampai memaksa pasangan berubah menjadi orang lain. Bagaimana pun, pasangan memiliki kehidupannya sendiri dan kepribadian sendiri. Ketika pasangan sudah merasakan banyak tuntutan, ia bisa saja memilih untuk putus karena menganggap sang wanita/pria nggak mau menghargai dan menerima dirinya.
Asumsi yang Berlebihan
Asumsi berlebihan dapat menjadi pemicu konflik dalam hubungan. misalnya, ketika melihat pasangan dekat dengan teman lawan jenis, kamu mulai berikir bahwa mereka sedang bermesraan. Atau saat pasangan meminta waktu untuk bermain bersama teman-temannya, kamu mulai menganggap bahwa dirinya sudah nggak sayang lagi padamu. Asumsi seperti ini akan menguasai pikiranmu, kemudian kamu menjadi marah dan memulai pertengkaran yang nggak jelas dengan pasangan.
Hindari asumsi yang berlebihan. Pasangan dekat dengan teman lawan jenis bukan berarti mereka berselingkuh, pasangan bermain bersama teman bukan berarti ia nggak menyayangimu lagi. Kalau merasa khawatir, janganlah marah-marah, melainkan konfirmasi dengan pasangan. Sikap ini perlu dikurangi dengan meningkatkan rasa percaya dan kejujuran dalam hubungan.
Prinsip yang Berbeda
Perbedaan memang menghadirkan warna dalam hubungan, tetapi bisa menjadi pemicu konflik di antara kamu dan pasangan, salah satunya adalah perbedaan prinsip. Setiap orang tentu punya nilai, prinsip, motto hidup, atau hal lain sejenisnya. Dan tentunya, apa yang menjadi pegangan hidupmu belum tentu sama dengan yang pasangan punya. Saat satu sama lain nggak bisa menghormati perbedaan prinsip ini, tentu yang terjadi adalah perdebatan dan pertengkaran. Saling menyalahkan dan saling berargumen tanpa henti.
Makanya, penting sekali untuk mengetahui pasangan dengan baik di awal jadian, termasuk mengetahui prinsip hidup yang ia punya. Sehingga saat ingin menjalin komitmen, hal tersebut bukanlah menjadi pemicu konflik dalam hubungan. Kamu dan pasangan jadi bisa lebih menghormati dan menghargai prisnsip satu sama lain.
Selalu Membicarakan Masa Lalu yang Pahit
Masa lalu dapat menjadi sebuah pemicu konflik, terutama masa lalu yang pahit dan kelam. Misalnya ketika kamu melakukan sebuah kesalahan, pasangan pun mulai mengungkit masa lalu burukmu yang berkaitan dengan kesalahanmu. Bisa juga pasangan selalu mengungkit kisah cintamu dengan mantan yang ia cemburui. Tentunya kamu akan kesal mendengar ia membahas masa lalu dirimu terus. Kekesalan ini dapat berubah menjadi konflik di kemudian hari.
Masa lalu berada di masa lalu. Sudah lewat dan nggak bisa diputar ulang. Masa lalu menjadi sebuah pelajaran, bukan menjadi bahasan di masa kini atau diulang kembali. Carilah topik lain untuk dibahas selain mengangkat masa lalu yang pahit.