Jaman sekarang, banyak wanita yang mengeluh dirinya terlihat makin jelek setelah menikah. Padahal, dulu mereka rajin merawat diri agar tetap terlihat mempesona. Seiring naiknya fase hubungan dan berumah tangga, jangankan creambath dan maskeran, pakai bedak saja jarang-jarang. Sudah begitu, suami hampir tak pernah di rumah, lebih suka kelayapan. Katanya malas melihat pemandangan kurang mengenakkan ketika di rumah. Di luar mereka lebih bebas, tidak terpenjara oleh kemurungan wajah istri yang ‘ngambek’ setiap jatah bulanannya kurang.
Ternyata tak hanya istri yang mengeluh, si suami pun hobi merajuk tentang bagaimana suramnya kondisi rumah. Saat mereka lelah seharian pulang kerja, Ia melihat istrinya yang kucel, dekil, dan berantakan. Padahal sepertinya ‘cuma’ mengurus rumah tangga saja. Belum lagi ketika dimintai uang belanja bulanan yang melebihi jatah. Ia berprasangka bahwa istrinya tidak bisa mengatur keuangan dan dihamburkan untuk bersenang-senang.
Dahsyat sekali skenario dramanya, namun sayangnya ini bukanlah sinetron, melainkan kisah nyata yang (sering) terjadi di Indonesia. Pelakunya tak lain tak bukan adalah orang-orang yang kurang mau mengedukasi dirinya dengan ilmu romansa.
Lalu, siapa yang salah? Si suami atau si istri? Jawabannya adalah: salah dua-duanya. Kesalahan dalam relationship adalah perbuatan berdua, bukan hanya satu pihak saja.
Coba renungkan kembali, tak perlu saling tuding. Introspeksi adalah kunci dari penyelesaian masalah yang sudah terjadi. Jika kamu (masih) merasa benar dan tak mau menyadari kesalahan, seharusnya kamu berpikir dua kali untuk menikah. Karena ada banyak konsekuensi yang harus kamu terima dan jalani seumur hidup dengan istrimu.
Hai, suami. Hai, istri. Bagaimana jika kamu lakukan ini untuk menyelamatkan hubunganmu?
1. Hadapi Segala Konsekuensi Atas Pilihan yang Kamu Ambil
via Stocksnap
Manusia adalah salah satu makhluk paling ‘rakus’ di dunia. Segala yang bisa dimakan pasti dilahap. Namun, tidak dengan konsekuensi. Banyak orang (buru-buru) mengambil keputusan tanpa berpikir panjang akan apa yang terjadi jika mengambil pilihan tersebut, salah satunya menikah. Sebetulnya, tidak ada yang salah dengan keputusanmu untuk berumah tangga. Tetapi, kamu juga harus terima konsekuensi menjadi suami-istri, yaitu saling “mendampingi”, bukan saling menyalahkan. Kalau kamu tidak siap dengan segala konsekuensi rumah tangga, mengapa harus (buru-buru) menikah?
2. Bicarakan Keluhanmu Pada Pasangan
via Stocksnap
Mengapa kamu memutuskan untuk mengumbar masalah di media sosial, yang notabene banyak orang membacanya? Memang, ada kemungkinan thread-mu dibaca oleh pasangan, tapi, resiko atas perbuatanmu pun lebih besar lagi. Belum tentu masalahmu selesai hanya dengan bertindak kekanakan. Alangkah lebih baik jika langsung mengeluh pada suami/istrimu saja yang lebih tepat sasaran tanpa harus diketahui orang lain. Bicarakan baik-baik dari hati ke hati. Komunikasi yang baik bisa dilatih hanya dengan membiasakan diri menyampaikan unek-unekmu pada pasangan.
3. Bekerjasamalah Dalam Membagi Tugas Rumah Tangga
via Stocksnap
Kalau sudah mengetahui keluhan masing-masing, saatnya untuk berkompromi dalam berbagi tugas rumah tangga. Tak ada salahnya sesekali bertukar peran, agar lebih menghargai bagaimana lelahnya pasanganmu dalam menjalani tugasnya. Jadi ibu rumah tangga tidaklah mudah, begitupun menjadi tulang punggung keluarga. Saling tuding hanya akan mencederai komitmen sakral yang sudah diikrarkan. Bukankah pekerjaan berat lebih mudah ditanggung berdua? Kamu bekerjasama kan, bukan wirausaha?
4. Sayangi Dirimu Sendiri
via Stocksnap
Self-love sepertinya memang menjadi PR terbesar dalam rumah tangga, karena faktanya kamu harus membagi tenaga, waktu, pikiran, dan materi untuk keluarga. Namun, bukan berarti kamu tidak bisa mencintai diri sendiri. Semua yang dilakukan dulu-sebelum-menikah masih bisa dilakukan, kok. Asalkan sudah tercipta kerjasama dengan pasangan. Bukan tidak mungkin jika pasangan makin mendukung upgrade dan me time-mu. Indah sekali, kan?
5. Konsultasikan Pada Lembaga Profesional
via Stocksnap
Jika tangan dan mulut masih ‘gatel’ untuk mengeluh di media sosial, sebaiknya kamu segera menghubungi orang atau lembaga berkompeten yang bisa membantu menyelesaikan masalah. Sebetulnya ini bukan masalah yang rumit, kalian hanya butuh ‘berdamai’ dengan pilihan.
Hubungan itu mudah, yang rumit adalah (perilaku) orangnya. Mari belajar romansa!