Setelah Anda membaca artikel 5 Bahasa Cinta dan memilih dua bahasa cinta yang paling utama, sekarang saatnya Anda melihat pasangan Anda. “Kira-kira doi berbahasa cinta apa, ya?”
Kalau nggak mau repot, Anda juga boleh share artikel saya –menyuruhnya membacanya sendiri– kemudian memberitahukan kepada Anda apa bahasa cintanya.
Gary Chapman berkata, bahasa cinta itu ibarat bahasa sehari-hari. Jika bahasa cinta Anda dan pasangan mirip (atau bahkan sama), ibaratnya, Anda berbahasa Indonesia, dan kebetulan dia juga mengerti dan berbahasa Indonesia.
Namun jika bahasa cinta Anda beda, ibarat Anda berbahasa Indonesia, dia berbahasa Swahili. Sangat sulit dimengerti dan bisa salah paham.
Contohnya: Anda berbahasa cinta Words of affirmation (pujian) dan Acts of service (melayani); dia berbahasa cinta Receiving gifts (hadiah) dan Quality of time (waktu bersama). Nah, di sinilah masalah yang sering terjadi.
Di satu pihak, Anda sudah mati-matian memberikan ‘semua yang saya bisa berikan’. Masalahnya, ‘semua yang saya bisa berikan’ menurut versi Anda adalah pujian dan pelayanan Anda.
Anda mati-matian memuji kecantikannya setiap hari, masakannya yang enak, rambutnya yang indah, bahkan mungkin sampai jempolnya yang lucu. Anda pun sudah menyucikan piring, membawakan tasnya, membukakan pintu, mengantar dia ke sana sini.
Namun, dia tidak bergeming. Yang ada, dia malah semakin sering mengeluh, marah-marah, dan kelihatan kurang puas.
Di sinilah yang saya ibaratkan, Anda sedang berbahasa Indonesia, mengungkapkan cinta Anda; namun karena dia berbahasa Swahili, kata-kata Anda tidak ada yang sampai ke hatinya.
“Lalu gimana dong?”
Diskusikan. Itulah gunanya saya meminta Anda mengevaluasi diri anda sendiri, kemudian juga pasangan Anda mengenai bahasa cinta Anda. Komunikasikan dengan jujur apa bahasa cinta Anda dan dia.
Praktekkan. Seperti yang telah saya katakan di atas, Anda sangat beruntung jika pasangan Anda berbahasa cinta mirip atau sama dengan Anda.
Tetapi jika bahasa cinta Anda berbeda, sudah saatnya kedua belah pihak – Anda dan dia – sama-sama mempraktekkan sesuai bahasa cinta pasanganmu.
Apakah dia suka dipuji? Pujilah; walau Anda tidak mengerti apa enaknya dipuji.
Apakah dia senang jika dibelikan barang? Belikanlah sesuatu; tidak harus mahal atau besar – yang penting menandakan Anda mencintai dia (atau setidaknya, dia merasa Anda mencintai dia).
Apakah dia senang digandeng dan dielus? Gandenglah. Apakah dia suka dibukakan pintu? Bukakanlah pintu.
Saya tekankan lagi: kedua belah pihak harus mempraktekkannya. Jika hanya Anda yang terus menerus mempraktekkannya tanpa dia mempraktekkan sesua bahasa cinta Anda, Anda akan merasa tidak dicintai. Begitupun sebaliknya.
Di sini kerja sama pasangan sangat dibutuhkan. Sebuah hubungan membutuhkan kerjasama kedua belah pihak, bila hanya satu pihak yang berusaha itu namanya dikerjain.
Catatan kecil: bahasa cinta dapat berubah seiring berjalannya waktu. Well, bukan berarti dapat berubah dalam satu malam. Tapi seiring berjalannya waktu dan bergantinya fase hidup.
Banyak wanita yang dulunya senang dipuji dan dibelikan barang; setelah menikah, wanita-wanita tersebut malah merasa sangat dicintai jika suaminya ikut membantu membersihkan rumah (Acts of service).
Jika Anda ingin mempelajari cara berkomunikasi yang baik dengan pasangan, Anda bisa mendaftar Smart Conflict Resolution untuk belajar tentang:
- Cara berkomunikasi dengan pasangan tanpa membakar bara konflik.
- Mengusir kejenuhan yang berpotensi putus hubungan.
- Memahami alasan pacar yang mudah marah-marah denganmu dan cara mengatasinya.
- Mengapresiasi titik jenuh hubungan dan mengubahnya menjadi sesuatu yang harus diapresiasi.
- Belajar menghargai diri sendiri dan pacar.
- Memiliki kesadaran penuh untuk tidak menyakiti diri sendiri dan pacar.
- Dan masih banyak lagi tentang kesadaran diri, saling menghargai, dan mengatasi konflik dengan penuh cinta.
Klik ambil Smart Conflict Resolution sekarang!
Selamat mencoba!