Dalam sebuah hubungan, sebenarnya pertengkaran dan perdebatan adalah hal yang lumrah bahkan bisa dikatakan dibutuhkan. Mengapa? Karena dalam pertengkaran, kamu dan dia bisa saling mengenal sifat dan sikap satu sama lain dan juga membuat hubungan kalian lebih terbuka. Karena nih beberapa orang, bisa sangat jujur saat sedang bertengkar dengan pasangannya—mungkin saking emosinya saat bertengkar, jadi keluar semua perasaan yang selama ini dipendam.
Masalahnya, banyak pasangan saat bertengkat tak bisa menyikapinya dengan baik. Mereka membiarkan masalah menggantung begitu saja tanpa adanya solusi. Padahal pertengkaran yang berlarut-larut juga tak baik karena bisa saja salah satu pihak mengeluarkan kata putus. Kalau saya bilang sebaiknya kamu nggak bertengkar, saya rasa itu adalah hal yang sulit karena bagaimanapun kalian adalah dua sosok yang berbeda. Nah, bagaimana jika solusinya adalah membuat pertengkaran kalian terasa lebih sehat? Hal ini jelas diperlukan biar tak ada drama dan masalah yang berlarut-larut. Nah, bagaimana membuat pertengkaran jadi lebih sehat?
Jangan Ngediemin Pasangan
Sebenarnya, akan lebih baik jika kamu langsung menyelesaikan masalah kalian berdua. Namun, jika emosi sudah di kepala dan kalian tak bisa berpikir tenang maka ambil waktu untuk sendiri dulu. Katakan, “Kita lagi emosi dan kita butuh waktu sendiri dulu buat nenangin diri, dua jam lagi aku telepon kamu.”
Nah, pastikan kalau setelah dua jam dari omongan itu, kamu telepon dia dan PASTIKAN TAK ADA LAGI EMOSI. Jangan mentang-mentang emosimu memuncak, kamu malah menghindar dari dia hingga berhari-hari karena jika begitu yang ada masalah kalian tak akan selesai. Begitu sudah tenang langsung BICARAKAN masalah kalian berdua dan temukan solusinya. Karena nih kebanyakan dari kita malah malas membahas masalah saat sudah tenang.
“Ah, nggak usah dibahas deh. Nanti yang ada malah berantem lagi.”
Padahal masalah yang tak dibicarakan akan timbul lagi di kemudian hari.
Jangan Memancing Emosi
Bagusnya jika kalian membicarakan masalahnya secara tatap muka karena menyelesaikan masalah melalui telepon atau pesan teks tentu bisa membuat salah pengertian. Namun, jika kamu tak bisa bertatap muka maka minimal adalah melalui telepon. Dan hati-hati masalah intonasi. Perhatikan benar intonasi dan kalimat yang kamu ucapkan, jangan sampai malah membuat si dia menjadi emosi lagi. Bicarakan secara pelan bukan malah dengan intonasi tinggi. Dengarkan apa yang menjadi pembelaannya. Jika kamu ingin membantahnya, maka ucapkan secara tenang.
Penting juga untuk nggak melibatkan socmed saat kalian bertengkar. Karena saya masih saja menemukan pasangan saling sindir.
@Bela:Dasar anak kecil, egois, maunya menang sendiri!!! #nomention
Kemudian,
@Chico: Yg anak kecil siapa? RT@Bela:Dasar anak kecil, egois, maunya menang sendiri!!! #nomention
Jangan Menyalahkan
Kamu sudah mengikuti dua cara di atas. Pertengkaran yang terjadi beberapa jam yang lalu pun bisa ditemukan solusinya. Sedang asyik ngobrol tentang hal lain, tiba-tiba si dia nggak sengaja ngungkit masalah yang tadi. Dia langsung minta maaf, eh kamu malah bilang, “Lagian sih salah kamu juga nggak mau dengerin aku! Kan aku bilang nggak usah deh ikut campur urusan temen kamu itu. Kan jadi kita yang ribut begini. Sesekali dengerin omongan aku dong!”
Well, selamat! Menyalahkan pasangan saat masalah sudah selesai hanya akan membuat kalian ribut kembali. Percaya deh pasti dia langsung nggak terima dan kembali membantah. Kalau saling menyalahkan seperti itu, kapan selesainya masalah kalian?
Bagaimana? Tiga point di atas kayaknya terlihat sederhana banget ya. Tapi, nggak semua orang bisa mengikutinya karena mereka lebih mementingkan egonya masing-masing daripada hubungan yang mereka jalani. Kalau pertengkaran dibiarkan terus berkobar, jangan heran jika sewaktu-waktu kamu atau dia mengeluarkan kata kramat: PUTUS.